Oleh
Paramahansa
Yogananda (Spiritualis)
Novelis
besar Leo Tolstoy pernah menulis cerita yang menyenangkan,
judulnya Tiga Pertapa. Temannya, Nicholas Roerich, telah meringkas kisah
ini, sebagai berikut: “Di sebuah pulau tinggal tiga pertapa tua. Mereka begitu
sederhana sehingga satu satunya doa yang mereka teriakkan adalah: “Kami
bertiga; Engkau penguasa kami bertiga –kasihanilah kami!” Tetapi mukjizat besar
terwujud dalam doa naif ini. “Uskup lokal datang untuk
mendengar tentang tiga pertapa ini dan doa mereka yang dianggap tidak
dapat diterima, dan memutuskan untuk mengunjungi mereka untuk mengajari mereka
doa “yang benar”. Dia tiba di pulau itu, dan mengatakan kepada para pertapa
bahwa permohonan mereka tidak bermartabat, dan mengajarkan mereka banyak
doa-doa adat. Uskup itu kemudian meninggalkan mereka dengan
menaiki perahu. Tapi kemudian dia melihat cahaya di kejauhan. Saat
mendekat, ternyata dilihatnya tiga pertapa tersebut, yang
saling berpegangan tangan dan berjalan di atas gelombang laut dalam upaya
untuk mengejar kapal tersebut.
“Kami telah lupa doa yang Anda ajarkan pada kami, teriak mereka ketika mereka tiba, dan kami meminta Anda untuk mengulanginya.” Uskup tersebut menggelengkan kepala terpesona. Yang terhormat, jawabnya dengan rendah hati,’ teruslah hidup dengan doa lama Anda!’ Bagaimana tiga orang suci ini bisa berjalan di atas air? Bagaimana Lahiri Mahasaya dan Sri Yukteswar melakukan mujizat mereka? Ilmu pengetahuan modern saat ini belum memiliki jawaban, meskipun dengan munculnya bom atom dan keajaiban radar, ruang lingkup pemikiran –dunia telah tiba-tiba membesar. Kata ‘tidak mungkin’ menjadi kurang penting dalam kosa kata ilmiah. Tulisan suci Veda kuno menyatakan bahwa dunia fisik beroperasi di bawah satu hukum dasar maya, prinsip relativitas dan dualitas. Tuhan, Inti Kehidupan, adalah Kesatuan Mutlak; Dia tidak bisa muncul sebagai manifestasi ciptaan yang terpisah dan beragam kecuali di bawah tabir palsu atau tidak nyata. Ilusi kosmik tersebut adalah maya. Setiap penemuan ilmiah yang besar di zaman modern ini sesungguhnya adalah konfirmasi dari pernyataan sederhana dari para Resi.
Hukum Newton tentang Gerak adalah hukum maya: “Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama atau berlawanan; aksi bersama dua benda adalah selalu sama atau berlawanan”. Sehingga Aksi dan reaksi adalah persis sama. “Untuk memiliki gaya tunggal tidak mungkin. Harus ada, dan selalu ada, sepasang gaya yang sama dan berlawanan.“ Fundamental semua kegiatan alam semesta didasarkan pada prinsip dasar maya. Listrik, misalnya, adalah sebuah fenomena tolakan dan daya tarik; elektron dan proton adalah arus listrik yang berlawanan. Demikian pula, atom atau partikel akhir dari materi, seperti bumi itu sendiri, adalah sebuah magnet dengan kutub positif dan negatif. Fenomena di seluruh dunia adalah di bawah kekuasaan yang tak terhindarkan dari polaritas, tidak ada hukum fisika, kimia, atau ilmu lain yang terbebas dari keterikatan pada prinsip-prinsip berlawanan atau kontras. Ilmu fisika, kemudian, tidak bisa merumuskan hukum di luar maya, penciptaan yang sangat tekstural dan struktural. Alam itu sendiri adalah maya; dalam domainnya sendiri, ia adalah kekal dan tak ada habis-habisnya; ilmuwan di masa depan dapat melakukan tidak lebih dari satu aspek percobaan ke aspek lainnya dari variasi ketidakterbatasan ini. Ilmu pengetahuan dengan demikian tetap dalam fluktuasi yang terus-menerus, tidak dapat mencapai finalitas. Adanya gravitasi dan listrik telah menjadi dikenal, tapi apakah itu gravitasi dan listrik, tidak ada manusia yang tahu.
Untuk mengatasi ilusi/maya adalah tugas yang diberikan kepada umat manusia oleh para utusan milenium. Untuk bisa berada di atas dualitas penciptaan dan merasakan kesatuan dengan Pencipta adalah tujuan tertinggi manusia. Diantara triliun misteri kosmos, yang paling fenomenal adalah cahaya. Tidak seperti gelombang suara, yang memerlukan media transmisi udara atau bahan lain, gelombang cahaya bebas melalui ruang vakum antar bintang. Bahkan hipotetis tentang ether yang dianggap digunakan sebagai medium dari cahaya antar planet dalam teori gelombang, dapat diabaikan dengan alasan dari Einstein bahwa sifat geometri dari ruang membuat teori ether menjadi tidak perlu. Dalam konsepsi besar Einstein, kecepatan cahaya mendominasi seluruh Teori Relativitas. Dia membuktikan secara matematis bahwa kecepatan cahaya sejauh pikiran terbatas manusia yang bersangkutan, adalah satu satunya yang konstan dalam alam semesta yang terus berfluktuasi.
Di bawah kecepatan cahaya, semua standar manusia adalah tergantung waktu dan ruang. Tidak abstrak kekal sebagaimana dipertimbangkan sebelumnya, waktu dan ruang adalah faktor yang relatif dan terbatas, yang berasal dari validitas pengukuran mereka yang hanya merujuk pada ukuran-kecepatan cahaya. Dalam penggabungan dengan ruang sebagai dimensi relativitas, waktu telah tunduk pada klaim lama sebagai nilai yang tak berubah. Sekarang waktu ini telah ditelanjangi sifat alaminya, yaitu sebagai esensi sederhana dari ambiguitas! Dengan membuat beberapa persamaan, Einstein telah membuang setiap realitas kosmos yang dianggap konstan kecuali cahaya.
Diciptakan Oleh Maya
Dalam perkembangan kemudian, dalam usaha untuk membuat Unified Field Theory, fisikawan besar mencoba mewujudkan dalam satu rumus matematika hukum gravitasi dan elektromagnetisme. Dengan mengurangi variasi struktur kosmik menjadi satu hukum tunggal, Einstein telah mencapai lintas zaman kembali ke ajaran para Resi yang menyatakan tekstur tunggal penciptaan- berasal dari maya. Teori Relativitas telah menjadi pijakan penting terhadap munculnya matematika kemungkinan untuk menjelajahi atom utama. Ilmuwan-ilmuwan besar sekarang telah berani menyatakan bahwa atom adalah energi bukan materi, energi atom telah membuktikan hal tersebut.
Dengan penemuan terbaru terhadap mikroskop elektron, telah datang bukti yang pasti esensi-cahaya dari atom dan dualitas alam yang tak terhindarkan. “Aliran pengetahuan,” Sir James Jeans menulis dalam The Mysterious Universe, ” adalah menuju realitas non-mekanis, alam semesta mulai terlihat lebih mirip sebuah pikiran besar daripada seperti mesin besar” ilmu pengetahuan abad ke dua puluh dengan demikian terdengar sama seperti tulisan dari Weda putih. Dari ilmu pengetahuan, orang belajar filsafat tentang kebenaran bahwa tidak ada material di alam semesta; semua adalah maya. Itu adalah realitas fatamorgana yang dipecahkan melalui analisis. Pelepasan energi atom dihasilkan melalui penghapusan partikel materi.Oleh karena itu, ‘kematian’ sebuah materi adalah kelahiran dari energi.
Kecepatan cahaya adalah standar matematika atau konstanta karena tidak ada tubuh material, yang masanya meningkat dengan kecepatannya, yang pernah bisa mencapai kecepatan cahaya. Dengan kata lain: hanya tubuh material yang massanya tak terbatas bisa sama dengan kecepatan cahaya. Konsep ini membawa kita pada hukum mukjizat. Para empu yang mampu mewujudkan dan menghilangkan tubuh mereka atau benda lainnya, dan bergerak dengan kecepatan cahaya, dan memanfaatkan sinar cahaya kreatif yang membawa visibilitas instan ke setiap manifestasi fisik, mereka telah memenuhi kondisi Einstein yang diperlukan: membuat massa mereka yang tak terbatas.
Kesadaran dari seorang yogi yang sempurna mudah diidentifikasi, bukan dengan tubuh yang kurus, namun dengan struktur pandangan universal. Gravitasi, yang disebut ’gaya ‘ menurut Newton atau ’bentuk inersia’ menurut Einstein’, ‘tak berdaya untuk memaksa seorang guru tunduk pada ‘berat’ yang membedakan kondisi gravitasi dari semua benda material. Dia yang mengetahui dirinya sebagai Jiwa yang ada dimana-mana dan tidak lagi tunduk pada kekakuan dari materi dalam ruang dan waktu. Kemampuan mereka untuk keluar dari penjara ini telah menghasilkan kesimpulan bahwa: “Aku adalah Dia”. Jadilah terang, jadilah terang dan ada cahaya disana. “Perintah pertama Tuhan kepada ciptaan-Nya (Kejadian 1:3) merujuk pada satu-satunya realitas atom: cahaya. Pada media bukan material ini terjadi semua manifestasi ilahi. Para saksi terhadap munculnya Tuhan di sepanjang jaman adalah sebagai api dan cahaya.
Massa Cahaya
Seorang yogi yang sempurna melalui meditasi memiliki kesadaran bergabung dengan Sang Pencipta merasakan esensi kosmiknya sebagai cahaya, tidak ada perbedaan antara cahaya yang menyusun air dan cahaya yang menyusun tanah. Bebas dari kesadaran materi, bebas dari tiga dimensi ruang dan dimensi keempat dari waktu, master mentransfer tubuh cahayanya dengan sama mudahnya diatas sinar cahaya bumi, air, api atau udara. Konsentrasi yang lama pada pembebasan mata rohani para yogi telah memungkinkan mereka untuk menghancurkan semua delusi tentang materi dan beban gravitasinya; sejak itu dia melihat alam semesta hanya sebagai masa cahaya yang pada dasarnya tidak dapat dibeda-bedakan.
Dalam mimpi, sesungguhnya manusia telah menurunkan kesadarannya dari keterbatasan ego yang sehari-hari menguasai dia. Sesungguhnya dalam mimpi itu mereka bisa bertemu dengan teman-teman yang sudah lama meninggal, melihat benua terpencil, adegan yang dibangkitkan dari masa kecilnya. Dengan kesadaran bebas dan tidak bersyarat, yang dikenal semua orang dalam fenomena mimpi, para master-telah ditempa oleh hubungan yang tidak pernah terputus dengan Kesatuan. Keluar dari semua motif pribadi, dan menggunakan kreatifitas yang dianugerahkan kepadanya oleh Sang Pencipta, para yogi menata kembali atom-atom cahaya alam semesta untuk memenuhi doa-doa yang tulus dari pemujanya. Manusia dan ciptaan dibuat untuk tujuan ini: bahwa ia harus bangkit sebagai penguasa maya, mengetahui kekuasaan-Nya atas kosmos.
Pada tahun 1915, tak lama setelah saya memasuki Orde Swami, saya menyaksikan visi kekerasan yang kontras. Di dalamnya relativitas dari kesadaran manusia itu jelas terbentuk; Saya dengan jelas melihat kesatuan Cahaya Abadi di belakang dualitas yang menyakitkan dari dunia maya. Visi ini turun pada saya ketika suatu pagi saya sedang duduk di kamar loteng kecil saya di Gurpar Road. Beberapa bulan kemudian Perang Dunia I berkecamuk di Eropa, saya sangat sedih dengan jumlah korban kematian yang sangat besar. Ketika saya memejamkan mata saya dalam meditasi, kesadaran saya tiba-tiba dipindahkan ke dalam tubuh seorang kapten di sebuah kapal komando. Gemuruh senjata membelah udara saat terjadinya saling tembak antara meriam pantai dan kapal. Sebuah peluru mesiu besar menabrak dan merobek kapalku. Saya melompat ke dalam air, bersama-sama dengan beberapa pelaut yang selamat dari ledakan.
Dengan jantung berdebar-debar, saya mencapai pantai dengan selamat. Tiba-tiba sebuah peluru mengenai di dada saya. Saya terjatuh mengerang ke tanah. Seluruh tubuhku kemudian seolah lumpuh, namun saya menyadari peristiwa tersebut seperti seorang yang akan pergi tidur. “Pada akhir peristiwa kematian yang telah saya alami tersebut, “pikir saya. Dengan napas terakhir, aku seolah akan tenggelam dalam ketidaksadaran ketika saya mendapati diri saya masih duduk dalam postur teratai di kamar saya Gurpar Road.
Air mata saya keluar saat saya dengan sukacita membelai, mencubit dan memiliki kembali tubuh saya yang terbebas dari lubang peluru di dada. Saya bergoyang ke sana kemari, menghirup dan membuang nafas untuk meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya masih hidup. Di tengah-tengah diri yang selamat, sekali lagi saya menemukan kesadaran saya yang dipindahkan ke mayat kapten di pantai berdarah tersebut. Kebingungan pikiran datang kepada saya. “Tuhan,” Saya berdoa, ”saya hidup atau mati?” Sebuah cahaya menyilaukan memenuhi seluruh cakrawala. Sebuah getaran gemuruh yang lembut dibentuk sendiri dalam kata-kata:
Apa hubungan kehidupan atau kematian dengan Cahaya? Dalam gambar Cahaya, Saya telah menciptakan Anda. Relatifitas dari kehidupan dan kematian adalah mimpi kosmik. Jadilah makhluk yang terjaga dari mimpi! Bangun, anakKu, bangun!” Sebagai langkah dalam kebangkitan manusia, Tuhan telah memberi inspirasi pada para ilmuwan untuk menemukan, pada waktu dan tempat yang tepat, rahasia-rahasia dari ciptaan-Nya. Banyak penemuan-penemuan modern membantu orang untuk memahami kosmos sebagai ekspresi bervariasi dari satu kekuatan-cahaya, dipandu oleh kecerdasan ilahi. Keajaiban dari film, radio, televisi, radar, dari sel foto-elektrik, semua mata elektrik ”, energi atom, semua berdasarkan pada fenomena cahaya elektromagnetik.
Seni film bisa menggambarkan banyak keajaiban. Dari sudut pandang visual yang mengesankan, kita sudah terbiasa dengan adanya trik fotografi. Tubuh astral yang transparan dari seseorang dapat terlihat naik dari bentuk fisiknya, dia bisa berjalan di atas air, membangkitkan orang mati, membalikan urutan alami perkembangan, dan bermain dengan waktu dan ruang. Dengan membentuk gambar cahaya yang menyenangkan, seorang fotografer mencapai keajaiban optik seperti yang dihasilkan oleh master sejati dengan sinar cahaya yang sebenarnya.
Gambaran seperti kehidupan dalam film menggambarkan banyak kebenaran tentang penciptaan. Pengatur Cosmic telah menulis drama-Nya sendiri, dan mengumpulkan adegan-adegan yang luar biasa untuk drama yang berlangsung berabad-abad. Dari bilik gelap keabadian, Dia menuangkan ide kreatif-Nya melalui film yang sambung menyambung, dan gambar-gambar yang disajikan pada ruang layar. Sama seperti gambar-gambar film yang tampak seperti nyata, tetapi sesungguhnya hanya kombinasi dari cahaya dan bayangan, begitu pula variasi alam semesta. Lingkup planet, dengan bentuk kehidupan yang tak terhitung, adalah sebuah kekosongan tetapi kita seolah menjadi tokoh dalam sebuah film kosmik, yang secara temporari melalui persepsi kelima indra manusia melihatnya sebagai adegan yang diberikan pada layar kesadaran manusia oleh pencipta kreatif yang tak terbatas.
Suatu hari saya memasuki bioskop untuk melihat film berita dari medan perang di Eropa. Perang Dunia I masih berkecamuk di Barat; berita film itu mencatat pembantaian dengan seolah begitu nyata sehingga saya meninggalkan teater tersebut dengan hati yang bimbang. “Tuhan,” Saya berdoa, “mengapa Engkau mengizinkan penderitaan seperti itu?” Yang mengejutkan saya, jawaban instan datang dalam bentuk visi medan perang Eropa yang sebenarnya. Kengerian perang yang dipenuhi dengan orang mati dan sekarat, jauh melampaui keganasan dari film berita perang itu.
“Lihat dengan saksama” Sebuah suara lembut berbicara kepada kesadaran batin saya!. “Anda akan melihat bahwa adegan-adegan ini yang sekarang sedang berlangsung di Perancis tidak lain hanyalah permainan. Mereka adalah sebuah adegan film kosmik, seperti nyata dan tidak nyata seperti film berita yang kamu lihat- sebuah permainan dalam permainan.“
Hati saya masih belum terhibur. Suara ilahi melanjutkan: “Penciptaan adalah cahaya dan bayangannya, tidak ada gambar lain yang mungkin. Kebaikan dan kejahatan dari ilusi harus saling melengkapi. Jika kegembiraan itu tak henti-hentinya ada di dunia ini, akankah pernah orang mencari yang lain? Tanpa penderitaan dia jarang peduli untuk ingat bahwa ia telah meninggalkan rumah abadinya. Rasa sakit adalah dorongan untuk mengingat. Cara untuk keluar adalah melalui kebijaksanaan! Tragedi kematian adalah tidak nyata; orang-orang yang gemetar itu adalah seperti seorang aktor yang meninggal karena ketakutan di atas panggung ketika tidak lebih dari peluru kosong yang ditembakkan ke arahnya. Anak-anakKu, kalian semua adalah anak-anak Cahaya, mereka tidak akan tidur selamanya di dalam delusi ini.”…
Sebuah Visi
Ketika saya selesai menulis bab ini, saya duduk di tempat tidur saya dalam postur teratai. Kamar saya terlihat remang-remang oleh dua lampu berbayang. Ketika mengangkat tatapan saya, saya melihat bahwa langit-langit itu dihiasi dengan lampu kecil berwarna mustard, gemilang dan bergetar dengan bentuk seperti radium. Kota yang terdiri dari cahaya kecil, seperti lembar hujan, berkumpul menjadi poros transparan dan memancar kepadaku secara diam-diam. Saat itu juga tubuh fisik saya kehilangan berat dan bermetamorfosis menjadi menjadi tekstur astral. Saya merasakan sensasi mengambang, hampir tidak menyentuh tempat tidur, tubuh ringan dan bergantian bergeser sedikit ke kiri dan kanan. Saya melihat sekeliling ruangan, perabot dan dinding adalah seperti biasa, tetapi langit-langit seolah tidak terlihat tertutup oleh cahaya. Saya heran dan takut.
“Ini adalah mekanisme gerakan gambar kosmik.” Sebuah suara berbicara seolah-olah dari dalam cahaya. “Cahaya pada layar putih di atas tempat tidur Anda, itulah yang menghasilkan gambar tubuh Anda. Lihatlah, bentuk Anda yang tidak lain adalah cahaya!” Saya menatap lengan saya dan memindahkan mereka bolak-balik, namun tidak bisa merasakan berat badan keduanya. Suatu kegembiraan meliputi diri saya. Ini adalah cabang kosmik cahaya, yang menjadi tubuh saya, tampak seperti sebuah replika cahaya ilahi yang keluar dari kotak proyeksi di bioskop rumah dan mewujudkan sebagai gambar pada layar. Untuk waktu yang lama saya mengalami gambar dari gerak tubuh saya seperti di teater yang diterangi lampu samar-samar di kamar tidur saya sendiri. Meskipun banyak penglihatan yang saya miliki, tidak satupun yang lebih daripada cahaya singular ini. Ilusi saya tentang tubuh padat ini benar-benar hilang, dan realisasi saya telah diperdalam bahwa esensi dari semua benda sesungguhnya tidak lain adalah cahaya.
“Kami telah lupa doa yang Anda ajarkan pada kami, teriak mereka ketika mereka tiba, dan kami meminta Anda untuk mengulanginya.” Uskup tersebut menggelengkan kepala terpesona. Yang terhormat, jawabnya dengan rendah hati,’ teruslah hidup dengan doa lama Anda!’ Bagaimana tiga orang suci ini bisa berjalan di atas air? Bagaimana Lahiri Mahasaya dan Sri Yukteswar melakukan mujizat mereka? Ilmu pengetahuan modern saat ini belum memiliki jawaban, meskipun dengan munculnya bom atom dan keajaiban radar, ruang lingkup pemikiran –dunia telah tiba-tiba membesar. Kata ‘tidak mungkin’ menjadi kurang penting dalam kosa kata ilmiah. Tulisan suci Veda kuno menyatakan bahwa dunia fisik beroperasi di bawah satu hukum dasar maya, prinsip relativitas dan dualitas. Tuhan, Inti Kehidupan, adalah Kesatuan Mutlak; Dia tidak bisa muncul sebagai manifestasi ciptaan yang terpisah dan beragam kecuali di bawah tabir palsu atau tidak nyata. Ilusi kosmik tersebut adalah maya. Setiap penemuan ilmiah yang besar di zaman modern ini sesungguhnya adalah konfirmasi dari pernyataan sederhana dari para Resi.
Hukum Newton tentang Gerak adalah hukum maya: “Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama atau berlawanan; aksi bersama dua benda adalah selalu sama atau berlawanan”. Sehingga Aksi dan reaksi adalah persis sama. “Untuk memiliki gaya tunggal tidak mungkin. Harus ada, dan selalu ada, sepasang gaya yang sama dan berlawanan.“ Fundamental semua kegiatan alam semesta didasarkan pada prinsip dasar maya. Listrik, misalnya, adalah sebuah fenomena tolakan dan daya tarik; elektron dan proton adalah arus listrik yang berlawanan. Demikian pula, atom atau partikel akhir dari materi, seperti bumi itu sendiri, adalah sebuah magnet dengan kutub positif dan negatif. Fenomena di seluruh dunia adalah di bawah kekuasaan yang tak terhindarkan dari polaritas, tidak ada hukum fisika, kimia, atau ilmu lain yang terbebas dari keterikatan pada prinsip-prinsip berlawanan atau kontras. Ilmu fisika, kemudian, tidak bisa merumuskan hukum di luar maya, penciptaan yang sangat tekstural dan struktural. Alam itu sendiri adalah maya; dalam domainnya sendiri, ia adalah kekal dan tak ada habis-habisnya; ilmuwan di masa depan dapat melakukan tidak lebih dari satu aspek percobaan ke aspek lainnya dari variasi ketidakterbatasan ini. Ilmu pengetahuan dengan demikian tetap dalam fluktuasi yang terus-menerus, tidak dapat mencapai finalitas. Adanya gravitasi dan listrik telah menjadi dikenal, tapi apakah itu gravitasi dan listrik, tidak ada manusia yang tahu.
Untuk mengatasi ilusi/maya adalah tugas yang diberikan kepada umat manusia oleh para utusan milenium. Untuk bisa berada di atas dualitas penciptaan dan merasakan kesatuan dengan Pencipta adalah tujuan tertinggi manusia. Diantara triliun misteri kosmos, yang paling fenomenal adalah cahaya. Tidak seperti gelombang suara, yang memerlukan media transmisi udara atau bahan lain, gelombang cahaya bebas melalui ruang vakum antar bintang. Bahkan hipotetis tentang ether yang dianggap digunakan sebagai medium dari cahaya antar planet dalam teori gelombang, dapat diabaikan dengan alasan dari Einstein bahwa sifat geometri dari ruang membuat teori ether menjadi tidak perlu. Dalam konsepsi besar Einstein, kecepatan cahaya mendominasi seluruh Teori Relativitas. Dia membuktikan secara matematis bahwa kecepatan cahaya sejauh pikiran terbatas manusia yang bersangkutan, adalah satu satunya yang konstan dalam alam semesta yang terus berfluktuasi.
Di bawah kecepatan cahaya, semua standar manusia adalah tergantung waktu dan ruang. Tidak abstrak kekal sebagaimana dipertimbangkan sebelumnya, waktu dan ruang adalah faktor yang relatif dan terbatas, yang berasal dari validitas pengukuran mereka yang hanya merujuk pada ukuran-kecepatan cahaya. Dalam penggabungan dengan ruang sebagai dimensi relativitas, waktu telah tunduk pada klaim lama sebagai nilai yang tak berubah. Sekarang waktu ini telah ditelanjangi sifat alaminya, yaitu sebagai esensi sederhana dari ambiguitas! Dengan membuat beberapa persamaan, Einstein telah membuang setiap realitas kosmos yang dianggap konstan kecuali cahaya.
Diciptakan Oleh Maya
Dalam perkembangan kemudian, dalam usaha untuk membuat Unified Field Theory, fisikawan besar mencoba mewujudkan dalam satu rumus matematika hukum gravitasi dan elektromagnetisme. Dengan mengurangi variasi struktur kosmik menjadi satu hukum tunggal, Einstein telah mencapai lintas zaman kembali ke ajaran para Resi yang menyatakan tekstur tunggal penciptaan- berasal dari maya. Teori Relativitas telah menjadi pijakan penting terhadap munculnya matematika kemungkinan untuk menjelajahi atom utama. Ilmuwan-ilmuwan besar sekarang telah berani menyatakan bahwa atom adalah energi bukan materi, energi atom telah membuktikan hal tersebut.
Dengan penemuan terbaru terhadap mikroskop elektron, telah datang bukti yang pasti esensi-cahaya dari atom dan dualitas alam yang tak terhindarkan. “Aliran pengetahuan,” Sir James Jeans menulis dalam The Mysterious Universe, ” adalah menuju realitas non-mekanis, alam semesta mulai terlihat lebih mirip sebuah pikiran besar daripada seperti mesin besar” ilmu pengetahuan abad ke dua puluh dengan demikian terdengar sama seperti tulisan dari Weda putih. Dari ilmu pengetahuan, orang belajar filsafat tentang kebenaran bahwa tidak ada material di alam semesta; semua adalah maya. Itu adalah realitas fatamorgana yang dipecahkan melalui analisis. Pelepasan energi atom dihasilkan melalui penghapusan partikel materi.Oleh karena itu, ‘kematian’ sebuah materi adalah kelahiran dari energi.
Kecepatan cahaya adalah standar matematika atau konstanta karena tidak ada tubuh material, yang masanya meningkat dengan kecepatannya, yang pernah bisa mencapai kecepatan cahaya. Dengan kata lain: hanya tubuh material yang massanya tak terbatas bisa sama dengan kecepatan cahaya. Konsep ini membawa kita pada hukum mukjizat. Para empu yang mampu mewujudkan dan menghilangkan tubuh mereka atau benda lainnya, dan bergerak dengan kecepatan cahaya, dan memanfaatkan sinar cahaya kreatif yang membawa visibilitas instan ke setiap manifestasi fisik, mereka telah memenuhi kondisi Einstein yang diperlukan: membuat massa mereka yang tak terbatas.
Kesadaran dari seorang yogi yang sempurna mudah diidentifikasi, bukan dengan tubuh yang kurus, namun dengan struktur pandangan universal. Gravitasi, yang disebut ’gaya ‘ menurut Newton atau ’bentuk inersia’ menurut Einstein’, ‘tak berdaya untuk memaksa seorang guru tunduk pada ‘berat’ yang membedakan kondisi gravitasi dari semua benda material. Dia yang mengetahui dirinya sebagai Jiwa yang ada dimana-mana dan tidak lagi tunduk pada kekakuan dari materi dalam ruang dan waktu. Kemampuan mereka untuk keluar dari penjara ini telah menghasilkan kesimpulan bahwa: “Aku adalah Dia”. Jadilah terang, jadilah terang dan ada cahaya disana. “Perintah pertama Tuhan kepada ciptaan-Nya (Kejadian 1:3) merujuk pada satu-satunya realitas atom: cahaya. Pada media bukan material ini terjadi semua manifestasi ilahi. Para saksi terhadap munculnya Tuhan di sepanjang jaman adalah sebagai api dan cahaya.
Massa Cahaya
Seorang yogi yang sempurna melalui meditasi memiliki kesadaran bergabung dengan Sang Pencipta merasakan esensi kosmiknya sebagai cahaya, tidak ada perbedaan antara cahaya yang menyusun air dan cahaya yang menyusun tanah. Bebas dari kesadaran materi, bebas dari tiga dimensi ruang dan dimensi keempat dari waktu, master mentransfer tubuh cahayanya dengan sama mudahnya diatas sinar cahaya bumi, air, api atau udara. Konsentrasi yang lama pada pembebasan mata rohani para yogi telah memungkinkan mereka untuk menghancurkan semua delusi tentang materi dan beban gravitasinya; sejak itu dia melihat alam semesta hanya sebagai masa cahaya yang pada dasarnya tidak dapat dibeda-bedakan.
Dalam mimpi, sesungguhnya manusia telah menurunkan kesadarannya dari keterbatasan ego yang sehari-hari menguasai dia. Sesungguhnya dalam mimpi itu mereka bisa bertemu dengan teman-teman yang sudah lama meninggal, melihat benua terpencil, adegan yang dibangkitkan dari masa kecilnya. Dengan kesadaran bebas dan tidak bersyarat, yang dikenal semua orang dalam fenomena mimpi, para master-telah ditempa oleh hubungan yang tidak pernah terputus dengan Kesatuan. Keluar dari semua motif pribadi, dan menggunakan kreatifitas yang dianugerahkan kepadanya oleh Sang Pencipta, para yogi menata kembali atom-atom cahaya alam semesta untuk memenuhi doa-doa yang tulus dari pemujanya. Manusia dan ciptaan dibuat untuk tujuan ini: bahwa ia harus bangkit sebagai penguasa maya, mengetahui kekuasaan-Nya atas kosmos.
Pada tahun 1915, tak lama setelah saya memasuki Orde Swami, saya menyaksikan visi kekerasan yang kontras. Di dalamnya relativitas dari kesadaran manusia itu jelas terbentuk; Saya dengan jelas melihat kesatuan Cahaya Abadi di belakang dualitas yang menyakitkan dari dunia maya. Visi ini turun pada saya ketika suatu pagi saya sedang duduk di kamar loteng kecil saya di Gurpar Road. Beberapa bulan kemudian Perang Dunia I berkecamuk di Eropa, saya sangat sedih dengan jumlah korban kematian yang sangat besar. Ketika saya memejamkan mata saya dalam meditasi, kesadaran saya tiba-tiba dipindahkan ke dalam tubuh seorang kapten di sebuah kapal komando. Gemuruh senjata membelah udara saat terjadinya saling tembak antara meriam pantai dan kapal. Sebuah peluru mesiu besar menabrak dan merobek kapalku. Saya melompat ke dalam air, bersama-sama dengan beberapa pelaut yang selamat dari ledakan.
Dengan jantung berdebar-debar, saya mencapai pantai dengan selamat. Tiba-tiba sebuah peluru mengenai di dada saya. Saya terjatuh mengerang ke tanah. Seluruh tubuhku kemudian seolah lumpuh, namun saya menyadari peristiwa tersebut seperti seorang yang akan pergi tidur. “Pada akhir peristiwa kematian yang telah saya alami tersebut, “pikir saya. Dengan napas terakhir, aku seolah akan tenggelam dalam ketidaksadaran ketika saya mendapati diri saya masih duduk dalam postur teratai di kamar saya Gurpar Road.
Air mata saya keluar saat saya dengan sukacita membelai, mencubit dan memiliki kembali tubuh saya yang terbebas dari lubang peluru di dada. Saya bergoyang ke sana kemari, menghirup dan membuang nafas untuk meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya masih hidup. Di tengah-tengah diri yang selamat, sekali lagi saya menemukan kesadaran saya yang dipindahkan ke mayat kapten di pantai berdarah tersebut. Kebingungan pikiran datang kepada saya. “Tuhan,” Saya berdoa, ”saya hidup atau mati?” Sebuah cahaya menyilaukan memenuhi seluruh cakrawala. Sebuah getaran gemuruh yang lembut dibentuk sendiri dalam kata-kata:
Apa hubungan kehidupan atau kematian dengan Cahaya? Dalam gambar Cahaya, Saya telah menciptakan Anda. Relatifitas dari kehidupan dan kematian adalah mimpi kosmik. Jadilah makhluk yang terjaga dari mimpi! Bangun, anakKu, bangun!” Sebagai langkah dalam kebangkitan manusia, Tuhan telah memberi inspirasi pada para ilmuwan untuk menemukan, pada waktu dan tempat yang tepat, rahasia-rahasia dari ciptaan-Nya. Banyak penemuan-penemuan modern membantu orang untuk memahami kosmos sebagai ekspresi bervariasi dari satu kekuatan-cahaya, dipandu oleh kecerdasan ilahi. Keajaiban dari film, radio, televisi, radar, dari sel foto-elektrik, semua mata elektrik ”, energi atom, semua berdasarkan pada fenomena cahaya elektromagnetik.
Seni film bisa menggambarkan banyak keajaiban. Dari sudut pandang visual yang mengesankan, kita sudah terbiasa dengan adanya trik fotografi. Tubuh astral yang transparan dari seseorang dapat terlihat naik dari bentuk fisiknya, dia bisa berjalan di atas air, membangkitkan orang mati, membalikan urutan alami perkembangan, dan bermain dengan waktu dan ruang. Dengan membentuk gambar cahaya yang menyenangkan, seorang fotografer mencapai keajaiban optik seperti yang dihasilkan oleh master sejati dengan sinar cahaya yang sebenarnya.
Gambaran seperti kehidupan dalam film menggambarkan banyak kebenaran tentang penciptaan. Pengatur Cosmic telah menulis drama-Nya sendiri, dan mengumpulkan adegan-adegan yang luar biasa untuk drama yang berlangsung berabad-abad. Dari bilik gelap keabadian, Dia menuangkan ide kreatif-Nya melalui film yang sambung menyambung, dan gambar-gambar yang disajikan pada ruang layar. Sama seperti gambar-gambar film yang tampak seperti nyata, tetapi sesungguhnya hanya kombinasi dari cahaya dan bayangan, begitu pula variasi alam semesta. Lingkup planet, dengan bentuk kehidupan yang tak terhitung, adalah sebuah kekosongan tetapi kita seolah menjadi tokoh dalam sebuah film kosmik, yang secara temporari melalui persepsi kelima indra manusia melihatnya sebagai adegan yang diberikan pada layar kesadaran manusia oleh pencipta kreatif yang tak terbatas.
Suatu hari saya memasuki bioskop untuk melihat film berita dari medan perang di Eropa. Perang Dunia I masih berkecamuk di Barat; berita film itu mencatat pembantaian dengan seolah begitu nyata sehingga saya meninggalkan teater tersebut dengan hati yang bimbang. “Tuhan,” Saya berdoa, “mengapa Engkau mengizinkan penderitaan seperti itu?” Yang mengejutkan saya, jawaban instan datang dalam bentuk visi medan perang Eropa yang sebenarnya. Kengerian perang yang dipenuhi dengan orang mati dan sekarat, jauh melampaui keganasan dari film berita perang itu.
“Lihat dengan saksama” Sebuah suara lembut berbicara kepada kesadaran batin saya!. “Anda akan melihat bahwa adegan-adegan ini yang sekarang sedang berlangsung di Perancis tidak lain hanyalah permainan. Mereka adalah sebuah adegan film kosmik, seperti nyata dan tidak nyata seperti film berita yang kamu lihat- sebuah permainan dalam permainan.“
Hati saya masih belum terhibur. Suara ilahi melanjutkan: “Penciptaan adalah cahaya dan bayangannya, tidak ada gambar lain yang mungkin. Kebaikan dan kejahatan dari ilusi harus saling melengkapi. Jika kegembiraan itu tak henti-hentinya ada di dunia ini, akankah pernah orang mencari yang lain? Tanpa penderitaan dia jarang peduli untuk ingat bahwa ia telah meninggalkan rumah abadinya. Rasa sakit adalah dorongan untuk mengingat. Cara untuk keluar adalah melalui kebijaksanaan! Tragedi kematian adalah tidak nyata; orang-orang yang gemetar itu adalah seperti seorang aktor yang meninggal karena ketakutan di atas panggung ketika tidak lebih dari peluru kosong yang ditembakkan ke arahnya. Anak-anakKu, kalian semua adalah anak-anak Cahaya, mereka tidak akan tidur selamanya di dalam delusi ini.”…
Sebuah Visi
Ketika saya selesai menulis bab ini, saya duduk di tempat tidur saya dalam postur teratai. Kamar saya terlihat remang-remang oleh dua lampu berbayang. Ketika mengangkat tatapan saya, saya melihat bahwa langit-langit itu dihiasi dengan lampu kecil berwarna mustard, gemilang dan bergetar dengan bentuk seperti radium. Kota yang terdiri dari cahaya kecil, seperti lembar hujan, berkumpul menjadi poros transparan dan memancar kepadaku secara diam-diam. Saat itu juga tubuh fisik saya kehilangan berat dan bermetamorfosis menjadi menjadi tekstur astral. Saya merasakan sensasi mengambang, hampir tidak menyentuh tempat tidur, tubuh ringan dan bergantian bergeser sedikit ke kiri dan kanan. Saya melihat sekeliling ruangan, perabot dan dinding adalah seperti biasa, tetapi langit-langit seolah tidak terlihat tertutup oleh cahaya. Saya heran dan takut.
“Ini adalah mekanisme gerakan gambar kosmik.” Sebuah suara berbicara seolah-olah dari dalam cahaya. “Cahaya pada layar putih di atas tempat tidur Anda, itulah yang menghasilkan gambar tubuh Anda. Lihatlah, bentuk Anda yang tidak lain adalah cahaya!” Saya menatap lengan saya dan memindahkan mereka bolak-balik, namun tidak bisa merasakan berat badan keduanya. Suatu kegembiraan meliputi diri saya. Ini adalah cabang kosmik cahaya, yang menjadi tubuh saya, tampak seperti sebuah replika cahaya ilahi yang keluar dari kotak proyeksi di bioskop rumah dan mewujudkan sebagai gambar pada layar. Untuk waktu yang lama saya mengalami gambar dari gerak tubuh saya seperti di teater yang diterangi lampu samar-samar di kamar tidur saya sendiri. Meskipun banyak penglihatan yang saya miliki, tidak satupun yang lebih daripada cahaya singular ini. Ilusi saya tentang tubuh padat ini benar-benar hilang, dan realisasi saya telah diperdalam bahwa esensi dari semua benda sesungguhnya tidak lain adalah cahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar