Label

Setiap Perbuatan, Meski Anda Pikir Kecil, Memiliki Dampak yang Tak Terduga



TENTANG EFEK KUPU-KUPU LORENZ dalam Kehidupan Sehari-hari (Gambar: Sejumlah Lukisan karya Seniman Realis Iran, Iman Maleki)

Di suatu hari, seorang wanita muda memberi secangkir susu hangat kepada seorang anak yang terlantar di jalanan. Dengan penuh rasa terima kasih, anak itu meneguk susu hangat tersebut dengan nikmat. Setelah minumannya habis, kemudian anak itu bertanya, “berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?”. Wanita itu menjawab, “kamu tidak perlu membayar apapun. Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan,” kata wanita itu menambahkan.

Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata, “dari dalam hatiku, aku berterima kasih pada Anda.”

Belasan tahun kemudian, wanita itu terserang penyakit parah. Dokter di kota tempat tinggalnya sudah tidak mampu lagi mengobati. Mereka akhirnya mengirim wanita tersebut ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.

Tersebutlah namanya DR Howard Kelly. Dokter tersebut dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbesit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit menuju kamar si wanita tersebut.

Dengan berpakaian jubah kedokteran, ia menemui wanita tersebut. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu.

Mulai hari itu, ia selalu memberikan perhatian khusus pada wanita itu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan. Wanita itu sembuh. Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly melihatnya dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi: “Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu….” Tertanda, DR Howard Kelly. 


Ujian Tiga Saringan Ala Sokrates





Hari itu salah seorang warga Athena bertemu dengan Sokrates, dan lalu berkata, "Apakah Anda tahu apa yang telah saya dengar tentang teman Anda?" "Tunggu sebentar," jawab Sokrates. "Sebelum Anda berbicara kepada saya tentang teman saya, saya ingin Anda mengikuti suatu ujian. Saya menyebutnya Ujian Tiga Saringan."

"Ujian Tiga Saringan?" "Betul sekali," ujar Sokrates. "Ada baiknya Anda meluangkan waktu sejenak untuk benar-benar menyaring apa yang akan Anda katakan kepada saya. Itulah mengapa saya menyebutnya Ujian Tiga Saringan. Saringan pertama adalah Kebenaran. Apakah Anda yakin bahwa apa yang akan Anda katakan kepada saya adalah benar?" "Hmm, tidak," kata pria itu, "sebenarnya saya hanya mendengar saja tentang hal itu."

"Baiklah," lanjut Sokrates. "Jadi Anda tidak benar-benar yakin apakah itu benar atau tidak. Sekarang, mari kita coba saringan kedua, yaitu Kebaikan. Apakah yang ingin Anda ceritakan kepada saya tentang teman saya adalah sesuatu hal yang baik?" "Hmmm, tidak, malah sebaliknya!"

"Jadi," Sokrates melanjutkan, "Anda ingin mengatakan sesuatu yang buruk tentang teman saya, tetapi Anda tidak yakin apakah berita itu benar." Baiklah, mungkin saja Anda masih bisa lulus ujian terakhir, karena ada satu saringan lagi yang masih tertinggal, yaitu Kegunaan. Apakah hal yang ingin Anda ceritakan tentang teman saya akan berguna dan bermanfaat bagi saya?" "Tidak, saya pikir tidak."

"Baiklah jika demikian," Sokrates pun menyimpulkan, "Jika apa yang ingin Anda katakan kepada saya itu adalah hal yang tidak benar, tidak baik, bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus mengatakannya kepada saya?" 

 A woman makes tea in the high ground of #Khalkhal, #Ardabil, #Iran. Photo by @maede_hjr

Menanam Sebagai Wujud Kesadaran Ekologi



Sejak revolusi industri dan berlanjut dengan merebaknya budaya konsumsi serta produksi barang-barang kemasan yang telah menghasilkan residu (sampah) yang sangat besar, dunia (Bumi) tempat kita tinggal menjadi sangat jauh berbeda dan berubah. Perubahan lingkungan dan peningkatan residu (sampah) secara drastis di jaman kita saat ini, membuat dunia tempat kita tinggal menjadi sangat mengkhawatirkan. Seperti yang telah kita ketahui, dunia mulai mengalami dampak buruk dari perubahan iklim global (akibat global warming).

Kondisi cuaca ekstrim di sejumlah wilayah mulai menyadarkan banyak orang dan sejumlah pihak (kalangan) untuk lebih peduli dan memperhatikan lingkungan tempat mereka berada.

Kita tahu juga, gas karbondioksida merupakan bagian terbesar dari gas rumah kaca (green house gasses) yang menjadi penyebab utama perubahan iklim global di era kita sekarang ini. Gas CO2 ini dihasilkan dari pembakaran fosil, seperti minyak, gas bumi, dan batu bara.

Salah-satu cara untuk membantu mengurangi perubahan (kerusakan iklim) adalah dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil tersebut.

Cara lainnya adalah menggalakan aksi dan tindakan menanam. Sebab, sudah menjadi hukum alam, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan yang menyerap gas CO2 dalam proses fotosintesis, berfungsi sebagai paru-paru dunia.

Salah-satu wujud menanam itu adalah menanam dengan menggunakan media-media barang-barang bekas (sampah) yang terbengkalai dan tak lagi digunakan. Sehingga ada dua manfaat ganda, mengurangi penyampahan sekaligus membantu menyehatkan lingkungan kita, selain jika tanaman yang kita tanam adalah tanaman untuk konsumsi, maka kita pun dapat memenuhi kebutuhan pangan kita. (Sulaiman Djaya


Imam Musa Sadr Sang Pejuang




Pada 25 Agustus 1978, Imam Musa Sadr bersama dua orang yaitu, Syeikh Muhammad Yaqub dan Abbas Badruddin, pimpinan redaksi kantor berita Lebanon, tiba di Libya. Menurut rencana tanggal 29 atau 30 Agustus, mereka akan berdialog dengan Presiden Libya, Muammar Gaddafi. Namun sejak itu hingga kini Imam Musa Sadr raib tanpa jejak. Para pejabat tinggi Libya mengklaim bahwa Gaddafi mendadak membatalkan pertemuannya dengan Imam Musa Sadr.

Peristiwa itu memang sudah lama terjadi. Meski demikian, ketokohan Imam Musa Sadr menjadi nostalgia tersendiri bagi orang-orang yang merindukan sosok ulama dan pejuang yang nyaris sempurna. Untuk itu, sangatlah tepat jika ada catatan ringkas yang mengulas ketokohan dan keagungan Imam Musa Sadr. Siapakah tokoh ini sehingga Parlemen Iran menaruh perhatian khusus bahkan membentuk komite khusus di parlemen dari semenjak raibnya pada tahun 1978 hingga kini?

Imam Musa Sadr dan Imam Khomeini
Ketika mendengar Imam Khomeini ra diasingkan ke Najaf, Imam Musa Shadr langsung ke tempat kediaman Imam Khomeini. Bersamaan dengan kedatangan Imam Musa Sadr, ada rombongan dari Iran. Rombongan itu bertanya kepada Imam Khomeini, siapakah yang akan melanjutkan perjuangan ini bila Imam Khomeini tiada? Pertanyaan ini sangatlah wajar. Terlebih Imam Khomeini saat itu mendapat ancaman dari rezim Shah Pahlevi (yang disokong Israel dan Amerika). Mendengar pertanyaan itu, Imam Khomeini dengan tenang menjawab, "Selama ada Imam Musa Shadr, kalian tidak perlu khawatir."

Jawaban itu kemudian dipahami bahwa Imam Musa Sadr adalah pengganti Imam Khomeini. Selain itu, pernyataan Imam Khomeini menjelaskan kesamaan perpektif dan idealisme Imam Khomeini dan Imam Musa Sadr.

Syi’ah, Sunni dan Kristen
Setelah Imam Musa Shadr pindah ke Lebanon, sosok kepemimpinan beliau mulai dikenal di dunia internasional. Bahkan sepak terjangnya menkhawatirkan Barat (Amerika) dan Rezim Zionis Israel. Siapapun yang menjadi musuh Barat dan Zionis Israel akan menjadi sosok yang menjadi perhatian luas di tingkat dunia. Imam Musa Sadr bukan saja sosok yang mampu mempersatukan Syi’ah dan Sunni di Libanon, tapi beliau juga tokoh yang mampu mempersatukan Islam dan Kristen. Uskup Agung Lebanon waktu itu mengatakan, "Seandainya kami memiliki tokoh seperti Imam Musa Shadr, kami dapat memimpin dunia."

Film The Message
Ingatkah Film The Message yang pemeran utamanya adalah Anthony Quinn? Film tentang Nabi Muhammad Saw, The Message yang disutradarai oleh Moustapha Akkad pada awalnya, ditentang oleh seluruh umat Islam sedunia. Tapi Akkad kemudian mendapatkan semangat baru untuk membuat film tersebut setelah mendapat dorongan dari Imam Musa Sadr. Karena Itulah nama Imam Musa Sadr tercantum setelah nama-nama pemain dan kru film yang biasa ditampilkan di akhir film.

Setelah membuat film itu dan mendapat pujian dari banyak kalangan bahkan ulama Islam, Imam Musa Sadr meminta Akkad untuk membuat film tentang Imam Ali as. Moustapha Akkad mengatakan, "Saya akan membuatnya tapi dengan syarat pemeran Imam Ali as adalah Anda sendiri." Imam Musa Sadr hanya menanggapinya dengan senyum. Kata Akkad, "Imam Musa Sadr hanya tersenyum mendengar usulan saya itu."

Qom
Imam Musa Sadr melewati masih muda di kota Qom. Beliau ketika masih muda tidak hanya belajar fiqih dan ushul fiqih, tapi juga Filsafat. Imam Musa Sadr juga belajar "Manzhumah" bersama saudaranya Sayyid Ridha.

Ketika Allamah Thaba'thaba'i mengajar buku Asfar Arba'ah, Imam Musa Shadr langsung juga ikut dalam kuliah Allamah dan menjadi salah satu murid terbaiknya. Syahid Muthahhari mengatakan, "Musa Sadr merupakan sosok terbaik yang dengan mudah menyelesaikan masalah-masalah kompleks dari buku Manzhumah. Ia adalah orang terbaik yang mampu memahami ucapan-ucapan Mulla Sadra dengan benar."

Najaf
Imam Musa Sadr ketika melanjutkan pendidikannya di Najaf, beliau belajar mata kuliah kharij fiqih dan ushul fiqih (jenjang terakhir kuliah fikih yang bisa disetarakan dengan jenjang kuliah doktoral) kepada Ayatullah Sayyid Muhsin al-Hakim, Sayyid Abul Qasim Khu'i, Sayyid Mahmoud Syahroudi dan Syeikh Murtadha Ali Yasin. Mereka adalah ulama besar Najaf waktu itu. Selain itu, Imam Musa Sadr juga belajar filsafat kepada Ayatullah Badkoubeh.

Ayatullah Sayyid Khu'i punya perhatian khusus kepadanya. Ketika Imam Musa Sadr meninggalkan hauzah Najaf, Ayatullah Khu'i mengatakan, "Bila dia tinggal dua atau tiga tahun lagi di Najaf, Imam Musa Sadr bakal menjadi ulama Syi’ah terbesar di dunia." Meratapi kepergian Imam Musa Sadr Ayatullah Khu'i mengatakan, "Sangat disayangkan dia meninggalkan Najaf. Akan lebih baik bila saya tidak pernah mengenalnya."

Banyak yang menyayangkan keputusan Imam Musa Sadr untuk pergi ke Libanon. Sayyid Muhammad Baqir Sadr (Syahid Sadr) yang juga sepupunya mengatakan, "Bila Imam Musa Sadr tetap komitmen dengan tradisi hauzah dan tinggal di Najaf, ia bakal menjadi satu-satunya marji’ mutlak Syi’ah."

Sebagian lainnya meyakini bahwa Libanon terlalu kecil bagi Imam Musa Sadr. Apalagi beliau dikenal sebagai sosok yang punya program untuk masa depan. Menurut mereka, sangat disayangkan bila Imam Musa Sadr membatasi dirinya di tempat yang kecil.

Imam Musa Sadr mendengar semua ucapan ini. Tapi beliau telah membulatkan tekadnya untuk bertolak ke Libanon. Untuk itu, beliau mencoba hidup selama sebulan di Lebanon dengan melihat kehidupan di sana dari dekat. Selama sebulan itu pula Imam Musa Shadr begitu terharu atas kondisi masyarakat Syi’ah di sana yang hidup dalam kemiskinan.