Label

Ibu Melarangku Jadi Pengemis




Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju restoran jalanan dan iapun menyantap makanan yang telah dipesan. Saat pemuda itu makan datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepada pemuda tersebut, "Pak, mau beli kue?" Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab "Tidak, saya sedang makan".

Anak kecil tersebut tidaklah berputus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue setelah pemuda itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab "Tidak dek saya sudah kenyang".

Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan beranjak pergi dari warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dengan usahanya yang sudah hampir seharian menjajakan kue buatan ibunya itu. Mungkin anak kecil ini berpikir "Saya coba lagi tawarkan kue ini kepada bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang di rumah".

Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut anak kecil penjaja kue menawarkan ketiga kali kue dagangan. "Pak, mau beli kue saya tidak?", pemuda yang ditawarkan jadi risih juga untuk menolak yang ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang Rp 1.500 dari dompet dan ia berikan sebagai sedekah saja. "Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekah dari saya buat adik".

Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil dan diberikan kepada pengemis yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasihkan kepada orang lain. "Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa tidak kamu ambil?".

Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu menjawab, "Saya sudah berjanji sama ibu di rumah, ingin menjualkan kue buatan ibu, bukan jadi pengemis, dan saya akan bangga pulang ke rumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu terjual habis. Dan uang yang saya berikan kepada ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tidak suka saya jadi pengemis". 



Logika & Retorika


Dua mahasiswa asik berdebat tentang ada atau tidak adanya Tuhan dengan bersemangat. Satu mahasiswa (A) adalah seorang pelajar dari Hauzah Ilmiyah Qom (Syi'ah), Iran dan yang satunya adalah mahasiswa ateis dari Trinity College (B) Amerika.

A: “Sahabatku, bagaimana pendapatmu, apakah Tuhan itu ada atau tidak ada?”

B: "Menurut saya Tuhan itu tidak ada."

A: "Bagaimana jika Tuhan itu ternyata ada?"

B: "Apa dalil, bukti, dan argumentasimu?"

A: "Bagaimana jika saya tidak akan menggunakan dalil dan argumen filsafat? Tapi cukup dengan logika dan retorika yang sederhana saja"

B: "Apa dalil sederhana tersebut?"

A: "Sahabatku! Saya akan mengajukan tiga jalan ini untuk melakukan pengujian terhadapmu."

B: "Apa maksud tiga jalan yang kau sebutkan itu?"

A: "Pertama, apakah Anda sendiri yang menciptakan diri Anda?"

B: "Tidak."

A: "Kedua, apakah yang menciptakan Anda adalah salah satu dari makhluk-makhluk seperti bapak Anda, ibu Anda, bulan, matahari, air, udara, ikan, burung dan telaga ataukah manusia lain?"

B: "Tidak."

A: "Ketiga, apakah pencipta Anda adalah sesuatu yang tidak ada?"

B: "Tidak....tidak mungkin sesuatu yang tidak ada menciptakan yang ada, seperti saya."

A: “Jika demikian, yakinkan saya bahwa Tuhan itu tidak ada" 


Album Sulaiman Djaya

 (Di Auditorium Universitas Sultan Ageng Tirtyasaya Tahun 2008. Fotografer: Wan Anwar)
 (Di Taman Ismail Marzuki Jakarta Tahun 2011. Fotografer: Jafar Fakhrurozi)
 (Di Taman Ismail Marzuki Jakarta Tahun 2011. Fotografer: Jafar Fakhrurozi)
 (Di Kragilan, Serang, Banten Tahun 2013. Fotografer: Asep S. Bahri)
 (Di Kubah Budaya, Kota Serang, Banten Tahun 2013. Fotografer: Asep S. Bahri)
(Di Hotel Flamengo, Kota Serang, Banten Tahun 2014)