Label

Iran dan Tiongkok dalam Kancah Global


“Iran dan Tiongkok tak pelak lagi membuat Amerika sakit kepala”. Ini merupakan penggalan wawancara Southern Metropolitan Daily (SMD) dengan Noam Chomsky. Semoga bermanfaat dan memberi informasi berharga bagi kita. Salam, Sulaiman Djaya (Penentang Zionisme dan Imperialisme Dunia Baru)

Southern Metropolitan Daily (selanjutnya hanya disebut SMD): Sebagian terbesar orang Tiongkok telah menerima globalisasi. Selama tigapuluh tahun belakangan ini, terutama setelah Tiongkok masuk WTO, banyak orangTiongkok telah banyak memanfaatkannya. Tetapi tampaknya Anda melihat globalisasi dalam sorotan suram.

Chomsky: Hasil-hasil ekonomi yang telah dicapai Tiongkok sedikit sangkut pautnya dengan globalisasi. Kaitannya adalah dengan perdagangan dan ekspor. Tiongkok berangsur-angsur menjadi negeri yang berorientasi ekspor. Tak seorangpun, termasuk saya, menentang ekspor. Tetapi ini bukan globalisasi. Kenyataannya Tiongkok telah menjadi pabrik di dalam sistem produksi Asia Timur Laut. Bila dilihat seluruh region tersebut, kita akan menemukan sistem tersebut sangat dinamis. Volume ekspor Tiongkok luar biasa. Tetapi ada sesuatu yang luput dari pandangan kita. Ekspor Tiongkok berat bersandar pada ekspor Jepang, Korea dan AS. Negeri-negeri ini memberikan Tiongkok komponen-komponen teknik-tinggi (hightech) dan teknologi. Tiongkok hanya melakukan perakitan, kemudian memberikan cap 'Made in China'.

“Tiongkok berkembang pesat sekali dengan mengikuti politik-politik yang bijaksana. Di satu pihak jutaan diangkat dari kemiskinan, tetapi, di lain pihak, ongkos-ongkos seperti perusakan lingkungan adalah sangat tinggi. Dan itu hanya ditransfer pada generasi berikutnya. Para ekonom tak mempedulikannya, tetapi itu adalah ongkos-ongkos yang akhirnya harus ada yang melunasinya. Mungkin itu adalah anak-anak kalian atau cucu-cucu kalian. Itu semua tak ada sangkut-pautnya dengan globalisasi dan WTO.

SMD: Apakah Anda berpendapat bahwa bangkitnya Tiongkok akan mengubah orde dunia. Apakah Tiongkok akan memainkan peranan seperti yang dimainkan Amerika sekarang?

Chomsky: “Saya kira tidak; saya juga tidak berharap demikian. Apakah Anda benar-benar berharap melihat Tiongkok dengan 800 pangkalan militer di seberang lautan, menginvasi dan menggulingkan pemerintah-pemerintah lain, atau melakukan tindakan teror? Ini apa yang dilakukan oleh Amerika sekarang. Saya kira hal ini tidak akan dan tidak mungkin dilakukan Tiongkok. Saya juga tidak menginginkan hal ini terjadi. Tiongkok sudah mengubah dunia. Tiongkok dan bersama India meliputi jumlah lebih separuh penduduk dunia. Mereka sedang tumbuh dan berkembang. Tapi secara relatif, kemakmuran mereka hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari kekayaan dunia. Kedua negeri tersebut masih akan menempuh jalan panjang dan akan menghadapi banyak masalah serius dalam negeri, yang saya harap akan dipecahkan berangsur-angsur. Tak ada gunanya untuk membanding-bandingkan pengaruh global mereka, dengan pengaruh negeri-negeri kaya. Harapan saya ialah, bahwa mereka akan memberikan pengaruh positif terhadap dunia, tetapi itu harus dicermati dengan hati-hati.

“Tiongkok harus bertanya pada diri sendiri, peranan apa yang (hendak) dimainkannya di dunia ini. Untung, Tiongkok tidak memainkan peranan sebagai agresor dengan anggaran militer yang besar, dan sebagainya.

Tetapi Tiongkok punya peranan yang harus dimainkannya. Ia merupakan sumber konsumer besar, dan terdapat yang pro dan yang menentangnya. Misalnya, Brazilia akan menarik keuntungan ekonomi bila ia mengekspor ke Tiongkok. Di segi lain, ekonominya juga akan mengalami kerusakan. Untuk negeri-negeri dengan sumber luar biasa seperti Brazilia dan Peru, ada satu masalah, ialah, bahwa mereka bersandar pada ekspor sumber-sumber utama. Hal mana bukan merupakan model perkembangan yang baik. Untuk mengubah cara perkembangan mereka, pertama-tama mereka harus memecahkan masalah domestik mereka. Mengubah diri mereka menjadi produsen-produsen, tidak hanya mengekspor bahan-bahan ekspor utama kepada negeri-negeri lain.

SMD: Apakah sukses yang dicapai Tiongkok itu meruapakan ancaman bagi demokrasi Barat?

Chomsky: Baiklah kita bikin perbandingan historis. Apakah bangkitnya Amerika Serikat merupakan ancaman terhadap Inggris yang demokratik? AS didirikan dengan membantai penduduk bumiputera (suku Indian) dan dengan sistem perbudakan. Apakah model ini cocok untuk negeri-negeri lain? Apakah Anda ingin Tiongkok belajar dari model ini? Benar, bahwa AS berkembang menjadi negeri demokrasi yang kuat di banyak segi, tetapi demokrasi AS itu tidak dikembangkan dari model ini, yang setiap manusia rasionil tidak ingin menirunya.

“Tiongkok berkembang, tetapi tak ada bukti yang menunjukkan bahwa perkembangan intern-nya menyebabkan suatu ancaman bagi Barat. Apa yang menantang AS bukanlah perkembangan Tiongkok, tetapi kebebasannya. Itulah yang merupakan ancaman riil.

Anda bisa melihat dari setiap berita utama bahwa fokus politik luar negeri AS sekarang ini adalah Iran". Tahun 2010 dikatakan 'Tahun Iran'. Iran digambarkan sebagai ancaman terhadap politik luar negeri AS dan orde dunia. AS telah memaksakan sanksi unilateral yang keras, tetapi Tiongkok tidak mengikuti AS. Tiongkok tidak pernah mengekor AS. Sebaliknya, Tiongkok mendukung sanksi PBB, yang sangat lemah, dan tak ada arti samasekali. Beberapa hari sebelum saya berangkat ke Tiongkok, Kementerian Luar Negeri Amerika memperingatkan Tiongkok dengan cara yang menarik. Dikatakan oleh AS bahwa Tiongkok harus memikul tanggungjawab internasional, yaitu, mematuhi perintah AS. Ini adalah tanggungjawab internasional Tiongkok.

Ini adalah imperialisme tulen. Bahwa negeri lain harus bertindak menurut keinginan kita. Bila tidak, maka mereka tidak bertanggungjawab. Saya kira pejabat-pejabat Kementerian Luar Negeri Tiongkok akan tertawa bila mereka dengar hal itu. Tetapi itu adalah logika standar imperialisme. Kenyataannya, “Iran menjadi ancaman karena ia tidak mau mematuhi perintah AS”.  Tiongkok merupakan ancaman yang lebih besar, karena, adalah problem besar bila sebuah negara besar menolak melakukan perintah-perintah. Iran dan Tiongkok tak pelak lagi membuat Amerika sakit kepala.

Konsep Keadilan Menurut Nahjul Balaghah



Di Uhud, ketika pasukan kafir Quraisy berhasil membuat barisan muslimin kocar-kacir, bahkan banyak yang melarikan diri, Ali tetap menyertai Nabi dan berperang dengan gigih di sisi orang yang ia cintai itu. Di tangan Ali-lah pasukan Quresy yang mengepung dan berusaha membunuh Nabi, berhasil dipukul mundur. Di medan yang penuh hiruk pikuk itu, luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya, tidak membuat kendur semangat Ali untuk berkorban dan membela Rasulullah SAW. Di Uhud inilah terdengar suara Jibril yang memuji Ali dengan mengatakan,"Tidak ada pahlawan seperti Ali dan tidak ada pedang seperti Dzul Fiqar."

Di sisi lain, di pojok sebuah mesjid sederhana, Imam Ali as. Bisa menangis tersedu-sedu di hadapan Sang Khalik. Meneteskan air mata sampai membasahi janggut dan tanahnya sambil bermunajat, “Allahumma, Ya Allah, Engkaulah yang paling dekat menghibur para wali-Mu, yang paling menjamin kecukupan bagi siapa saja yang ber­tawakal kepada-Mu. Engkau melihat sampai ke lubuk hati mereka, menembus jauh dalam nurani mereka dan mengetahui kedalaman pe­rasaan mereka. Semua rahasia mereka terbuka di hadapan-Mu, semua bisikan hati mereka mendamba rnengharap dari-Mu. Bila menderita keterasingan, mereka segera terhibur dengan sebutan-Mu. Dan bila ter­curah atas mereka aneka ragam musibah, mereka pun berlindung kepada-Mu. Mereka benar-benar menyadari bahwa kendali segalanya berada di tangan-Mu sebagaimana kemunculannya berasal dari ketentu­an-Mu.”

Itulah Imam Ali, hadiah bagi peradaban manusia. Ia bukan hanya anak zaman awal lahirnya Islam dan bukan juga hanya milik satu bangsa atau satu agama. Imam Ali adalah anak setiap zaman, anak masa depan, dan milik semua bangsa dan semua agama. Milik semua masa dan tempat. Milik semua umat manusia. Pikiran, ide dan petuahnya, seakan-akan hidup di tengah kita semua. Semua karya, pemikiran, dan ucapannya adalah madrasah bagi seluruh generasi.

Dalam Nahjul Balaghah, kumpulan khutbah, surat dan petuah-petuah,  Imam Ali memberi perhatian yang besar pada persoalan-persoalan tauhid, ibadah, suluk, kemasyarakatan, hubungan individu dan sosial, hubungan antara penguasa dan rakyat, persoalan keadilan dan hak asasi manusia. Muhammad Abduh, Syaikh Muhammad Abduh, salah seorang komentator Kitab Nahjul Balâghah mengatakan: "Di masyarakat Arab, tidak ada seorangpun yang tidak berkeyakinan bahwa ucapan Ali as adalah ucapan paling mulia, paling fasih, paling dalam maknanya dan paling lengkap sesudah al-Qur'an dan Hadits Nabi." Abduh juga berkata, "Dalam kalimat-kalimat Imam Ali terlihat hakikat mukjizat. Tokoh besar ini, dengan kalimat-kalimatnya ada kalanya mengantar manusia ke alam supernatural dan ada kalanya pula ia menggiring perhatian manusia kepada suasana alam dunia. Keberanian dan keteguhan telah beliau kristalkan, dan ketika beliau mensifatinya, seorang yang pemberani pun akan bergetar, dan jika ia menjelaskan mengenai cinta dan kasih sayang, orang yang keras hati pun akan tersentuh."

Di antara tema pemikiran Imam Ali dan pandangannya dalam Nahjul Balaghah yang sangat relevan hingga saat ini untuk dikaji adalah mengenai hak-hak asasi manusia.

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia.

Dalam sejarah peradaban Islam, Imam Ali pernah memangku jabatan tertinggi dalam komunitas Islam yaitu khalifah. Dengan posisi dan jabatan itu, demi keadilan Imam Ali tidak segan  duduk bersama satu bangku dengan pencuri baju perangnya. Imam Ali menunggu keputusan hakim yang menangani kasus tersebut. Berikut ini sekilas tentang hak-hak asasi manusia dalam Nahjul Balaghah tinjauan al-Quran dengan perspektif tafsir Imam Ali.

1.  Keadilan

Keadilan adalah salah satu prinsip agama Ilahi. Keadilan dalam pandangan Imam Ali ialah bahwa seluruh manusia memiliki hak yang sama. Allah swt banyak mengungkapkan masalah ini dalam Al-Quran di antaranya Surat al-Nahl [16]:90

Sesungguhnya Allah memerintahkan keadilan dan kebaikan dan pemberian perhatian kepada kaum kerabat. Dan Dia melarang hal-hal yang keji dan jahat. Dan memberi kamu sekalian petunjuk agar kamu merenungkan.

Dalam memahami makna ayat ini, Imam Ali berkata dalam Nahjul Balaghah, no. 421

Imam Ali A.S ditanya, manakah yang lebih utama antara keadilan dan Al-Juud ? Jika pertanyaan ini dijawab dengan kriteria moralitas individu maka al-Jud lebih utama daripada keadilan. Namun Imam Ali menjawab sebaliknya. Beliau lebih mengutamakan keadilan daripada al-Jud dengan dua alasan:

Pertama,keadilan secara terminologi adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya, sementara al-jud tidak demikian. Maksudnya keadilan adalah memperhatikan hak-hak secara kongkrit dan memberikan orang lain sesuai dengan amal dan kapasitasnya.

Kedua, keadilan adalah sebuah kendali yang bersifat umum, sementara Al-Juud atau murah tangan itu bersifat spesifik. Keadilan bisa dijadikan undang-undang bersifat umum, mengatur seluruh urusan masyarakat dimana seseorang harus komitmen kepadanya, sementara Al-Juud adalah kondisi yang bersifat eksklusif dan tidak bisa dijadikan undang-undang umum.

Keadilan yang dimaksud Imam Ali ialah bahwa seluruh manusia memiliki hak yang sama. Tidak ada perbedaan antara penguasa dan rakyat, antara yang miskin dan kaya, antara yang besar dan kecil. Seseorang dalam pandangan Imam Ali harus bekerja dalam lingkungan dan masyarakatnya, diberi imbalan sesuai dengan kenerjanya secara proporsional. Seseorang tidak boleh diberi lebih dari apa yang dilakukannya, meskipun orang itu memiliki kedudukan dan posisi tinggi dalam masyarakat.

Imam Ali telah meletakkan dasar hubungan yang adil antara penguasa dengan rakyat dan antara sesama manusia itu sendiri, jauh sebelum Eropa menyerukan konsep hak asasi manusianya. Imam Ali berkata : "Sungai adalah untuk yang memanfatkannya, bukan untuk yang menguasainya." Perkataanya yang lain: "Aku tidak pernah melihat adanya kenikmatan yang berlimpah ruah, kecuali di sana ada hak yang terabaikan. Tiap kenikmatan yang dirasakan orang kaya adalah kelaparan yang diderita orang miskin."

Imam Ali ibn Abi Thalib menganggap keadilan sebagai kewajiban dari Allah swt, karena itu beliau tidak membenarkan seorang Muslim berpanggku tangan menyaksikan norma-norma keadilan ditinggalkan masyarakat, sehingga terbentuk pengkotakan dan kelas-kelas dalam masyarakat. Imam Ali bin Abi Thalib, sempat menasehati para hakim, bahwa, “ketika kebenaran tiba, mereka harus menyampaikan penilaiannya tanpa rasa takut, tidak memihak atau berprasangka.” Sama halnya, ketika Imam Ali menekankan suatu lembaga peradilan yang berada di atas setiap jenis tekanan pengaruh atau campur tangan eksekutif, bebas dari rasa takut dan pamrih, intrik dan penyelewengan. Inilah salah satu deklarasi tertua dalam sejarah oleh seorang pemimpin negara mengenai pentingnya lembaga peradilan yang bebas.

Dalam surat al-Nisa: 135 dan al-Maidah: 8 adalah konsep Islam yang sangat jelas dalam membumikan nilai-nilai keadilan, kebaikan, dan persamaan, egaliter pada masyarakat sehingga malampaui sekat-sekat mazhab, ras, dan keagamaan. Konsep itu harus tetap ditegakkan sampai dengan orang yang berbeda pendapat atau berlainan keyakinan sekalipun.

Dalam penegasan Imam Ali, pemerintah dan pembela hak-hak maysarakat, haruslah berpegang teguh kepada konsep-konsep keadilan, jika tidak maka hendaknya tampuk pemerintahan harus diserahkan kepada orang lain. Logika ini dipetik dari ajaran-ajaran Al-Quran yang tersurat dalam beberapa ayat, antara lain dalam surah An-Nisa' ayat 58 yang artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.

Ada beberapa pendapat dalam penafsiran ayat ini.

Dalam memahami intepretasi ayat ini, kita bisa melihat surat-surat Imam Ali yang sebagian dirangkum dalam kitab Nahjul Balaghah. Dalam surat yang ditujukan kepada para pejabat, Imam Ali berkata:

"Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa kekuasaan yang telah diserahkan kepadamu itu adalah hasil buruan yang jatuh ke tanganmu. Itu adalah amanat yang diletakkan ke pundakmu. Pihak yang diatasmu mengharapkan engkau dapat menjaga dan melindungi hak-hak rakyat. Maka janganlah engkau berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat."

Imam Ali ketika menjabat sebagai khalifah pernah berpesan kepada gubernur Malik Al-Asytar:"Pikirlah baik-baik terlebih dahulu untuk memilih seseorang sebagai penanggungjawab. Angkatlah dia setelah dia siap untuk bekerja dan janganlah kau angkat mereka hanya dengan kemauanmu sendiri tanpa bermusyawarah dengannya, karena ini adalah perbuatan khianat.”

Ibnu Abil Hadid, seorang ulama terkenal mengomentari pesan Imam Ali dalam Kitab Nahjul Balaghah sebagai berikut: "Maksud dari kalimat Imam Ali ini ialah memilih seseorang tanpa berdasarkan seleksi yang semestinya adalah perbuatan khianat dan zalim. Kezaliman disini terjadi karena seorang pemimpin tidak menyerahkan tanggung jawab kepada orang yang berhak dan malah menyerahkannya kepada orang yang tidak patut. Kezaliman ini menimpa orang yang layak menerima tanggung jawab. "Adapun khianat disini, terjadi karena amanat menuntut penyerahan tugas kepada orang yang layak dan siapapun yang berbuat sebaliknya, berarti dia telah berkhianat kepada Allah dan umat."

Imam Ali yang hidup dan besar dalam tarbiyah Rasul dan wahyu telah menempatkan program-program utamanya untuk penentangan terhadap kezaliman. "Imam Ali ibn Abi Thalib, sebagai murid utama ajaran Islam, sangat sensitif terhadap kezaliman. Di banyak bagian dalam kitab Nahjul Balaghah, masalah ini sangat jelas. Antara lain beliau berkata: "Andaikan aku ditidurkan di atas duri padang pasir tanpa pakaian, atau seandainya aku dibelenggu rantai dan diseret di atas tanah, demi Allah aku bersumpah bahwa itu lebih baik daripada seandainya aku berjumpa Allah dan Rasul di hari kiamat sementara aku pernah menzalimi makhluk Allah atau aku merampas urusan-urusan duniawi."

Imam Ali juga pernah berkata kepada anak-anak dan generasinya: "Jadilah kamu musuh orang zalim dan sahabat orang mazlum atau tertindas. " Menurut Imam Ali, seorang Muslim bukan saja harus menjauhi kezaliman, tapi juga harus menjadi kawan dan merasa senasib dengan seorang yang mazlum atau tertindas. Jadi menurutnya, Islam tidak membenarkan umatnya diam tak bergeming menyaksikan seseorang menjadi obyek kezaliman.

Kezaliman sangat dicela oleh Islam. Berkenaan berbagai kezaliman, Hujjatul Islam Bahman Pur mengatakan: "Menurut Imam Ali, kezaliman ada tiga bentuk yaitu: Pertama, perbuatan syirik kepada Allah swt. Kezaliman ini sama sekali tidak akan mendapat pintu ampunan Allah, sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Quran. Kedua, kezaliman yang dapat diampuni oleh Allah swt yaitu berbuat dosa atau ada kekurangan dalam mengerjakan perintah Allah. Ketiga, kezaliman yang harus dibalas atau diqisas, baik di dunia maupun di akhirat. Kezaliman dalam kategori ini adalah tindakan aniaya yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Imam Ali pernah menuturkan bahwa balasan Allah sangat keras kepada orang yang berbuat zalim. Manusia yang paling sempurna dan guru Imam Ali, yaitu nabi besar Muhammad saww, menegaskan: "Hari dimana seorang yang mazlum atau teraniaya membalas si zalim, jauh lebih pedih ketimbang hari dimana si zalim menganiaya si mazlum." Imam Ali bertutur kepada putra-putri dan generasinya. "Jadilah kalian sahabat orang mazlum dan musuh orang zalim."

Wasiat Imam Ali ini bukan hanya datang dari seseorang yang berstatus pemimpin umat, tapi juga dari orang yang berhasil meraih kesempurnaan insani yang tak lupa berusaha menyirami naluri atau fitrah manusia dengan pesan ini. Kita berharap masyarakat penghuni dunia ini benar-benar meresapi dan kembali kepada fitrah mereka demi menjauhi fanatisme agama, golongan, bangsa dan etnis untuk kembali kemudian menyadari apa tugas mereka terhadap orang-orang tertindas yang dilanggar haknya.

2.  Imam Ali pengusung madhzab cinta

Landasan kedua dalam menjalankan hak asasi manusia yang dilakukan oleh imam Ali adalah landasan kecintaan pada nilai-nilai luhur kemanusiaan. Dalam surat kepada Malik Asytar Imam mengatakan, ”insafkan hatimu agar selalu memperlakukan rakyatmu dengan kasih sayang, cinta dan kelembutan hati. Jangan kaujadikan dirimu laksana binatang buas lalu menjadikan mereka sebagai mangsamu. Mereka itu sesungguhnya hanya satu di antara dua : saudaramu dalam agama atau makhluk Tuhan sepertimu.”  

Ibnu Abil Hadid menjelaskan, ”Jadikan kasih sayang sebagai syiarmu, yaitu satu karakter yang menonjol pada dirimu, karena rakyatmu adalah saudaramu dalam agama atau manusia sepertimu yang butuh akan kelembutan dan kasih sayang”

Hal ini dijiwai oleh Al Qur’an ”Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (Al maidah : 32)

Tentu saja kecintaan bukan hanya berarti kelembutan dan menyerah pada kesalahan. Imam Ali berkata, ”Jika kecintaan dan kelembutan hanya mengakibatkan timbulnya kekerasan maka kekerasan adalah suatu bentuk kelembutan hati.”

Imam Ali adalah diantara sedikit manusia yang bisa memadukan dua sifat yang sangat susah dipadukan yaitu keadilan dan kecintaan. Mudah-mudahan kita diberi berkah untuk dapat menjadi pengikutnya. Wallahu a’alam

(Syarah Nahjul Balaghah Muhammad Abduh, darul ma’rifah tt. Imam Ali ibn Abi Thalib, Sebuah Kumpulan Terpilih Nahj al-Balaghah, (Houston: FIL Incorporated, 1979) p. 15.
Ibid, p. 15.)

Selamat Jalan Syekh Said Ramadhan Al-Buthi



Dunia Islam lagi-lagi kehilangan seorang sosok pemikir Islam moderat, al-syaikh al-alim al-allamah Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi. Beliau wafat Kamis malam (21/3) akibat serangan bom bunuh diri yang dilakukan oleh teroris-ekstrem ketika sedang memberikan pengajian mingguan di Masjid Jami' Al-Iman, Mazraa, Damaskus.

Dalam kejadian yang menelan banyak korban itu, cucu Dr. Buthi—demikian beliau akrab disapa—yang bernama Ahmad juga ikut menjadi korban pengeboman.

Perihal kepergian Dr. Buthi ini, kurang lebih sekitar dua minggu sebelum kejadian tersebut, Habib Ali Al-Jufri ketika menelpon Dr. Buthi seakan sudah mendapat isyarat akan kwafatannya. Di akhir pembicaraan itu, Dr. Buthi berkata kepada Habib Ali: "Tidak akan tersisa umurku kecuali hanya beberapa hari lagi. Sungguh aku telah mencium bau surga di belakangnya. Maka jangan lupa untuk mendoakanku".

Dr. Al-Buthi adalah figur ulama yang mengabdikan hidupnya sebagai seorang pembimbing dan dai sembari terus menampilkan sikap zuhud di dunia yang fana. Orang yang berprinsip tegas jika memang benar itu adalah benar, tanpa peduli tindakannya nanti akan dicerca orang ataupun sebaliknya.

Beliau juga merupakan seorang pemikir Islam moderat sekaligus penulis yang sangat produktif. Karyanya mencapai bilangan tujuh puluh lima buku. Karya-karyanya juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, al-Hub fil Qur'an (Al-Qur'an Kitab Cinta), La ya'thil Bathil (Takkan Datang Kebathilan terhadap Al-Qur'an), Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah (Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasul Saw) dan masih banyak yang lainnya. Dalam konteks kepesantrenan, terutama pesantren salaf, bukunya yang berjudul Dhowabitul Maslahah merupakan referensi primer dalam kajian Bahtsul Masail (BM).

Tokoh yang paling berpengaruh di Timur Tengah ini juga termasuk barisan ulama yang getol membendung radikalisme Islam. Paham radikal adalah suatu paham yang anti dengan tradisi bermazhab, menyerukan pentingnya ijtihad, intoleran, cenderung eksklusif dan menganggap kebenaran hanya ada pada kelompok mereka. Kegigihannya dalam membendung paham radikal ini terekam dalam bukunya yang berjudul As-Salafiyyah; Marhalah Zamaniyyah Mubarokah la Mazhab Islamiyun dan al-La Mazhabiyyah: Akhtoru Bid'atin Tuhaddidus Syariah Islamiyyah.

Selain hal itu, beliau juga salah satu ulama yang menjadi rujukan kalangan Ahlussunnah Waljamaah dalam bidang akidah. Bahkan ada menyebut beliau sebagai ghazaliyu-l-ashr atau Imam Ghozali masa kini. Sebutan ini sebetulnya tidaklah berlebihan. Toh nyatanya beliau dapat membuktikan dengan menulis buku yang berjudul Kubra al-Yaqiniyyat al-Kauniyyah.

Sesuatu yang sama sekali baru dalam buku itu adalah, bahwa kerangka aqoid diletakkan sebagai basis penangkal aliran pemikiran yang sedang meruyak di era modern ini, seperti teori evolusi Darwin, filsafat dialektika, dan lain sebagainya.

Jadi ketika membaca buku ini, pembaca akan disuguhkan banyak pencerahan yang baru. Tak heran, jika salah seorang muridnya yang juga dai beken di kawasan Eropa, Habib Ali Al-Jufri pernah berujar: "Saya belum pernah menjumpai pembaharuan dasar-dasar agama (ushuluddin) yang benar-benar komprehensif di era sekarang ini kecuali dalam buku Kubra al-Yaqiniyyah karangan Dr. Buthi.

Dalam bidang tasawuf pun, juga tidak bisa diragukan lagi kemampuan intelektual-spiritual Dr. Buthi ini. Syarah kitab Al-Hikam karangan Ibnu 'Athoillah al-Iskandary yang terdiri dari lima jilid dengan ketebalan rata-rata 400-an halaman menjadi saksi bisu akal hal itu. Alkisah, ketika Dr. Buthi mempunyai keinginan untuk mensyarahi kitab tersebut, beliau tidak bisa memulai menulis sebelum berziarah ke makam Imam Ibnu 'Athoillah dan memohon kepada Allah Swt. supaya diberi jalan mudah dalam mensyarai kitab itu.

Ketika sedang merebak isu penyelewengan jihad atas nama agama, Dr. Buthi juga sangat tanggap dalam menyikapi masalah ini. Konsep jihad, menurutnya, telah ada semenjak Rasulullah Saw. berada di Kota Mekah. Landasan teologis yang dijadikan pijakan oleh Dr. Buthi di antaranya adalah QS Al-Furqan [25]: 52 yang berbunyi:

“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka dengannya (Al-Quran) dengan (semangat) perjuangan yang besar”

Menurut sebagian besar ulama tafsir, seperti Ibnu Zubayr, Hasan al-Bashri, ‛Ikrimah, ‛Atha’ dan Jabir ayat ini turun di kota Mekah. Sedangkan maksud kata "jihad" dalam ayat itu ialah perintah Allah Saw. kepada Rasul-Nya untuk berjihad dengan memperkenalkan Al-Quran serta menyampaikan segenap isinya kepada kafir Quraisy, berdakwah kepada mereka untuk masuk Islam dengan tanpa rasa takut atas akibat yang akan ditanggungnya nanti dan tabah dalam menghadapai segala macam siksaan. Jihad yang seperti inilah yang menjadi spirit hadits: “Afdlolul jihâd an-tujâhid nafsaka wa hawâka fî dzâtillâhi ta‛âlâ” (jihad yang paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu dalam jalan menuju Allah SWT) (HR. Al-Dailamî).

Masih menurut Dr. Buthi, jihad disyariatkan tidak untuk memberangus kekafiran di muka bumi ini. Akan tetapi, alasan (
ʻillat) diperanginya orang-orang kafir itu adalah karena kemakarannya. Uraian yang mendalam seputar jihad ini bisa ditemui dalam salah satu bukunya yang berjudul al-Jihad fil Islâm Kaifa Nafhamuhu wa Kaifa Numârisuhu.

Tidak dapat dipungkiri, akhir-akhir ini Dr. Buthi memang terlihat pro dengan pemerintah dan anti terhadap pemberontak. Beliau melakukan hal itu semata-mata karena tidak ingin terjadi pertumpahan darah. Bukan karena membela Asad ataupun pro dengan Syiah.

Terlepas dari semua itu, Al-Buthi tetaplah seorang ulama yang berwawasan luas, mempunyai ilmu yang dalam, dipadu dengan hati yang ikhlas dan bersih menempatkannya sebagai ulama berpengaruh yang dicintai masyarakat dan disegani penguasa. Selamat jalan syech Al-Buthi, semoga Allah Swt. mempertemukanmu dengan tokoh-tokoh pujaanmu, Muhammad Saw. dan para sahabatnya, Imam As-Syafi'i, Imam Abu Hasan al-Asy'ari, Imam Al-Ghozali dan Imam Ibnu 'Athoillah al-Iskandari.


ZA Fanani
Kader muda NU di Yaman; mahasiswa Al-Ahgaff University, Hadhramout YamanTop of Form

Tiga Munajat Imam Ali Zainal Abidin



Munajat Pezikir

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya

Tuhanku
Sekiranya tiada kewajiban menerima perintah-Mu
Akan kubersihkan Engkau dari zikirku pada-Mu
Tetapi zikirku pada-Mu hanya dengan kadarku, bukan kadar-Mu

Tidaklah disampaikan pada kemampuanku
Sampai aku dijadikan tempat untuk menyucikan-Mu

Di antara nikmat-Mu yang besar bagi kami
Kaualirkan pada lidah kami zikir pada-Mu
Kauizinkan kami berdoa pada-Mu
menyucikan dan bertasbih pada-Mu

Tuhanku
Ilhamkan pada kami zikir pada-Mu
dalam kesendirian dan kebersamaan
pada waktu siang clan malam
dalam suka dan duka
Sertai kami dengan zikir khafi
Bimbing kami melakukan amal suci
dan pekerjaan yang Kauridoi
Balaslah kami dengan timbangan yang memadai

Tuhanku
Kepada-Mu terpaut hati yang dipenuhi cinta
Untuk mengenal-Mu dihimpunkan semua akal yang berbeda
Tidak tenang kalbu kecuali dengan mengingat-Mu
Tidak tenteram jiwa kecuali ketika memandang-Mu

Engkaulah Yang Ditasbihkan di semua tempat
Yang Disembah di setiap zaman
Yang Maujud di seluruh waktu
Yang Diseru oleh setiap lidah
Yang Dibesarkan dalam setiap hati

Aku mohon ampun pada-Mu
dari setiap kelezatan tanpa mengingat-Mu
dari setiap ketenangan tanpa menyertai-Mu
dari setiap kebahagiaan tanpa mendekati-Mu
dari setiap kesibukan tanpa menaati-Mu

Tuhanku
Engkau berfirman dan firman-Mu benar
“Hai orang-orang yang beriman berzikirlah kepada Allah dengan zikir yang banyak bertasbihlah kepada-Nya pagi dan sore (Al-Ahzab: 41-42)

Engkau berfirman dan firman-Mu benar
“Ingatlah Aku, niscaya Aku ingat padamu” (Al-Baqarah: 152)

Engkau perintahkan kami mengingat-Mu
Engkau janjikan kami, Engkau akan mengingat kami
sebagai penghormatan, pemuliaan, dan penyanjungan bagi kami.

Inilah kami, sedang mengingat-Mu, seperti yang Engkau perintahkan
Penuhi apa yang Kaujanjikan pada kami
Wahai Yang Mengingat orang yang mengingat
Ya Dzâkiradz-Dzâkirîn
Ya Arharnar-Rahimîn.


Munajat Pengharapan

 Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya

(1) Ilahi
Lukaku tak kan tersembuhkan kecuali dengan karunia dan kasih-Mu
Kefakiranku tak kan terkayakan kecuali dengan cinta dan kebaikan-Mu
Ketakutanku tak kan tertenangkan kecuali dengan kepercayaan-Mu
Keinginanku tak kan terpenuhi kecuali dengan anugerah-Mu
Keperluanku tak kan tertutupi kecuali dengan karunia-Mu
Kebutuhanku tak kan tercapai oleh selain-Mu
Kesulitanku tak kan teratasi kecuali dengan rahmat-Mu
Kesengsaraanku tak kan terhilangkan kecuali dengan kasih-Mu
Kehausanku tak kan terpuaskan kecuali dengan pertemuan-Mu
Kerinduanku tak kan teredakan kecuali dengan perjumpaan-Mu
Kedambaanku tak kan terpenuhi kecuali dengan memandang wajah-Mu
Ketenteramanku tak kan tenang kecuali dengan mendekati-Mu
Deritaku dapat ditolak hanya dengan karunia-Mu
Penyakitku dapat disembuhkan hanya dengan obat-Mu
Dukaku dapat dihilangkan hanya dengan kedekatan-Mu
Lukaku dapat ditutupi hanya dengan ampunan-Mu
Noda hatiku dapat dikikis hanya dengan maaf-Mu
Waswas dadaku dapat dilenyapkan hanya dengan perintah-Mu

(2) Wahai Akhir Harapan para pengharap
Wahai Puncak Permohonan para pemohon
Wahai Ujung Pencarian para pencari
Wahai Zenit Kedambaan para pendamba
Wahai Kekasih orang-orang yang saleh
Wahai Penentram orang-orang yang takut
Wahai Penyambut Seruan orang-orang yang menderita
Wahai Tabungan orang-orang yang sengsara
Wahai Perbendaharaan orang-orang yang papa
Wahai Perlindungan pars pencari perlindungan
Wahai Pemenuh Hajat fuqara dan masakin
Wahai Yang Paling Pemurah dari segala yang pemurah
Wahai Yang Paling Pengasih dari segala yang mengasihi
Untuk-Mu kerendahanku dan permohonanku
Bagi-Mu penyerahanku dan doaku

Aku mohon pada-Mu,
sampaikan daku pada kesenangan ridha-Mu
kekalkan bagiku kenikmatan pemberian-Mu
Inilah aku – berhenti di pintu kemurahan-Mu
menunggu hadiah kebajikan-Mu
berpegang pada tali-Mu yang kokoh
bergantung pads ikatan-Mu yang perkasa

(3) Ilahi
Sayangilah hamba-Mu yang hina, yang berlidah lemah beramal kurang
Berilah padanya karunia-Mu yang berlimpah
Lindungilah dia di bawah naungan-Mu yang teduh
Wahai Yang pemurah, wahai Yang Mahaindah Ya Arhamar-Rahimin.


Munajat Pecinta

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya

(1) Ilahi
Apakah orang yang t’lah mencicipi manisnya cinta-Mu
akan menginginkan pengganti selain-Mu
Apakah orang yang t’lah bersanding di samping-Mu
akan mencari penukar selain-Mu

(2) Ilahi
Jadikan kami di antara orang yang Kaupilih
untuk pendamping dan kekasih-Mu
yang Kauikhlaskan untuk memperoleh cinta dan kasih-Mu
yang Kaurindukan untuk datang menemui-Mu
yang Kauridhakan (hatinya) untuk menerima qadha-Mu
yang Kauanugerahkan (kebahagiaan) melihat wajah-Mu
yang Kaulimpahkan keridhaan-Mu
yang Kaulindungi dari pengusiran dan kebencian-Mu
yang Kaupersiapkan baginya kedudukan siddiq di samping-Mu
yang Kauistimewakan dengan makrifat-Mu
yang Kauarahkan untuk mengabdi-Mu
yang Kautenggelamkan hatinya dalam iradah-Mu
yang Kaupilih untuk menyaksikan-Mu
yang Kaukosongkan dirinya untuk-Mu
yang Kaubersihkan hatinya untuk (diisi) cinta-Mu
yang Kaubangkitkan hasratnya akan karunia-Mu
yang Kauilhamkan padanya mengingat-Mu
yang Kaudorong padanya mensyukuri-Mu
yang Kausibukkan dengan ketaatan-Mu
yang Kaujadikan dari makhluk-Mu yang saleh
yang Kaupilih untuk bermunajat pada-Mu
yang Kauputuskan daripadanya segala sesuatu
yang memutuskan hubungan dengan-Mu

(3) Ya Allah
Jadikan kami di antara orang-orang yang
kedambaannya adalah mencintai dan merindukan-Mu
nasibnya hanya merintih dan menangis
dahi-dahi mereka sujud karena kebesaran-Mu
mata-mata mereka terjaga dalam mengabdi-Mu
air mata mereka mengalir karena takut pads-Mu
hati-hati mereka terikat pada cinta-Mu
Kalbu-kalbu mereka terpesona dengan kehebatan-Mu
Wahai Yang cahaya kesucian-Nya bersinar dalam pandangan para pen¬cinta-Nya
Wahai Yang kesucian wajah-Nya membahagiakan hati pada pengenal-Nya
Wahai Kejaran Kalbu para perindu
Wahai Tujuan Cita para pecinta

Aku memohon cinta-Mu dan cinta orang yang mencintai-Mu
dan cinta amal yang membawaku ke samping-Mu
Jadikan Engkau lebih aku cintai daripada selain-Mu
Jadikan cintaku pada-Mu membimbingku pada ridha-Mu
kerinduanku pada-Mu mencegahku dari maksiat atas-Mu
Anugerahkan padaku memandang-Mu
Tataplah diriku dengan tatapan kasih dan sayang
Jangan palingkan wajah-Mu dariku
Jadikan aku dari penerima anugerah dan karunia-Mu
Wahai Pemberi Ijabah, ya Arhamar-Rahimin.

Munajat Sunyi Imam Ali Zainal Abidin Assajjad



“Tuhanku, gemintang langit-Mu telah tenggelam. Semua mata makhluk-Mu telah tertidur, tapi pintu-Mu terbuka lebar, buat pemohon kasihmu. Aku datang menghadap-Mu."

Saat itu, malam sudah larut, dinihari sudah hampir tiba, angin dingin sahara berhembus dalam kesepian. Bukit-bukit batu, rumah-rumah tanah, pepohonan semua tak bergerak, berdiri kaku dalam rangkaian silhuet. Namun di tengah Masjidil Haram, seorang pemuda berjalan mengitari Ka’bah sambil bergantung pada tirainya. Matanya menatap langit yang sunyi. Tak seorang pun berada di situ, kecuali Thawus Al-Yamani, yang menceritakan peristiwa ini kepada kita.

Tepat pada saat itulah Thawus mendengar pemuda itu merintih: “Tuhanku, gemintang langit-Mu telah tenggelam. Semua mata makhluk-Mu telah tertidur, tapi pintu-Mu terbuka lebar, buat pemohon kasihmu. Aku datang menghadap-Mu memohon ampunan-Mu, kasihilah daku, perlihatkan padaku wajah kakekku Muhammad SAW pada mahkamah hari kiamat. (Kemudian ia menangis). Demi kemuliaan dan kebesaran-Mu, maksiatku tidaklah untuk menentang-Mu, kala kulakukan maksiat kulakukan bukan karena meragukan-Mu, bukan karena mengabaikan siksa-Mu, bukan karena menentang hukum-Mu. Kulakukan karena pengaruh hawa nafsuku, dan karena Kau ulurkan tirai untuk menutub aibku. Kini siapakah yang akan menyelamatkan aku dari azab-Mu, kepada tali siapa aku akan bergantung, jikalau Kau putuskan tali-Mu malang nian daku kelak ketika bersimpuh dihadapan-Mu, kala si ringan dosa dipanggil: jalanlah! Kala si berat dosa dipanggil: berangkatlah! Aku tak tahu apakah aku berjalan dengan si ringan atau dengan si berat. Duhai celakalah aku bertambah umurku dan bertumpuk dosaku tak sempat aku bertobat kepada-Mu, sekarang aku malu menghadap pada-Mu. (Ia menangis lagi). Akankah Kaubakar aku dengan api-Mu wahai Tujuan segala kedambaan lalu, kemana harapku kemana cintaku. Aku menemui-Mu dengan memikul amal buruk dan hina diantara segenap makhluk-Mu, tak ada orang sejahat aku. (Ia menangis lagi). Mahasuci Engkau! Engkau dilawan seakan-akan engkau tiada. Engkau tetap pemurah seakan-akan Engkau tak pernah dilawan. Engkau curahkan kasih-Mu kepada makhluk-Mu seakan-akan Engkau memerlukan mereka, padahal Engkau wahai Junjunganku tak memerlukan semua itu. (Kemudian ia merebahkan diri bersujud)

Thawus pun bercerita: Aku dekati dia. Aku angkat kepalanya dan kuletakan pada pangkuanku. Aku menangis sampai airmataku membasahi pipinya. Ia bangun dan berkata, “Siapa yang menggangu dzikirku?” Aku berkata, “Aku Thawus, wahai putra Rasulullah. Untuk apa segala rintihan ini? Kamilah yang seharusnya berbuat seperti ini, karena hidup kami bergelimang dosa. Sedangkan ayahmu Husain bin Ali, ibumu Fathimah Az-Zahra dan kakekmu Rasulullah SAW. Ia memandangku seraya berkata,”Keliru kau Thawus. Jangan sebut-sebut perihal ayahku, ibuku dan kakekku. Allah menciptakan surga bagi yang menaati-Nya dan berbuat baik, walaupun ia budak dari Habsyi. Ia menciptakan neraka buat yang melawan-Nya walaupun ia bangsawan Quraisy. Tidakkah engkau ingat firman Allah-Ketika sangakala ditiup, tidaklah ada hubungan lagi diantara mereka hari itu dan tidak saling tolong-menolong. Demi Allah esok tidak ada yang bermanfaat selain amal shaleh yang telah engkau lakukan.”

Yang diceritakan Thawus dalam riwayat ini tidak lain Imam Ali Zainal Abidin. Imam keempat dalam rangkaian imam Ahlul Bayt Al-Mushtafa yang terkenal sebagai As-Sajjad, yang banyak bersujud. Doa-doanya dikumpulkan dalam ah-Shahifah As-Sajjadiyah; berisi kalimah-kalimah yang indah dan mengharukan. Berbeda dengan doa doa yang biasa kita ucapkan, doa-doa As-Sajjad lebih merupakan “percakapan ruhaniyah” dengan Allah SWT. Doa-doa yang biasa kita baca biasanya berisi perintah-perintah halus kepada Allah SWT seperti “Ya Allah, berilah daku rizki, panjangkan usiaku, naikkan pangkatku, dll”. Sementara doanya Imam Ali Zainal Abidin berisi kesadaran akan kehinaan diri dan kemuliaan Allah, kemaksiatan diri dan kasih sayang Allah.

Doa-doa Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad lebih mirip rintihan ketimbang permohonan. Kalimah-kalimahnya lebih mirip hubungan cinta kasih antara hamba dengan Tuhan, ketimbang hubungan kekuasaan.

Dari situlah terpancar dan tercermin dua cara dalam memandang Tuhan. Kita dapat memandang Dia sebagai Zat yang jauh dari kita, berbeda sama sekali dengan kita, memiliki sifat mukhalafat lil-hawadits, mempunyai jarak dengan makhluk-Nya. Inilah Tuhan transenden dalam pandangan para filsuf dan ahli kalam. Kita juga dapat melihat Dia sebagai Zat yang lebih dekat dengan kita dari urat leher kita, selalu beserta kita, kemanapun wajah kita menghadap, di situlah wajah Allah berada. Inilah Tuhan yang immanen dalam pandangan para wali-Nya. Inilah Tuhan dalam pandangan Ahlul Bayt. Inilah Tuhan dalam doa Ahlul Bayt. (Dr. Jalaluddin Rakhmat)




Nasihat Imam Hussain


Imam Husein as berkata:

"Wahai anak Adam! Berpikirlah dan katakan kepada dirimu sendiri, kemana perginya para raja dan pengumpul harta dunia? Mereka telah memakmurkan dunia, menggali sungai, menanam pohon dan membangun kota. Pada akhirnya mereka berpisah dengan semua itu dalam kondisi yang tidak baik. Sementara sekelompok yang lain mencengkeram dan menguasai semuanya. Kita dengan segera akan bergabung dengan mereka.

Wahai anak Adam! Ingatlah akan kematianmu. Lihatlah tempatmu di kuburan. Perhatikan tempat persinggahanmu di sisi Allah Swt. Pada waktu itu anggota badanmu akan bersaksi yang merugikanmu. Hari ketika langkah manusia tergelincir, jiwa manusia telah sampai di tenggorokannya, ada wajah yang putih dan bercahaya dan ada yang kelihatan kelam. Segala yang batin dan tersembunyi menjadi tampak dan timbangan keadilan Allah telah ditegakkan.

Wahai anak Adam! Ingatlah akan kematian ayah dan anakmu. Bagaimana mereka sebelum ini dan sekarang berada di mana. Seakan-akan engkau juga akan segera berada di tempat mereka dan dengan itu, engkau menjadi pelajaran bagi orang lain."

(Hassan bin Mohammad Dailami, Irsyad al-Qulub, Qom, Entesharat Sharif Razi, 1305 Hq, jilid 1, hal 29).