Label

Nasruddin Hodja dan Sang Kingkong


Di hari itu, Nasruddin sedang berjalan-jalan santai. Tanpa ia duga, ada kerumunan massa. Nasruddin pun bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan. “Ada kerumunan apa di sana?” tanya Nasruddin. “Pertunjukkan keliling yang melibatkan monyet ajaib,” jawab kawannya. “Apa maksudmu dengan monyet ajaib?” Kata Nasruddin ingin tahu. “Monyet yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja.” kata kawan Nasruddin menambahkan. Nasruddin pun makin tertarik. la tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu.

Kini Nasruddin sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk. Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat monyet itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.

Melihat kegigihan monyet itu Nasruddin semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang itu Nasruddin bertanya, “Tahukah engkau siapa aku?” Monyet itu menggeleng. “Apakah engkau tidak takut kepadaku?” tanya Nasruddin lagi. Namun monyet itu tetap menggeleng. “Apakah engkau takut kepada tuanmu?” tanya Nsaruddin memancing. Monyet itu mulai ragu.

“Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu,” lanjut Nasruddin mulai mengancam. Akhirnya monyet itu terpaksa mengangguk-angguk. Atas keberhasilan Nasruddin membuat monyet itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu. Pemilik monyet itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih monyetnya mengangguk-angguk dan takkan lagi akan mengajarkan monyetnya menggeleng-geleng.

Si pemilik monyet itu pun bahkan mengancam akan menghukum berat monyetnya bila sampai bisa dipancing penonton terutama oleh Nasruddin. Tak peduli apapun pertanyaan yang diajukan. Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, banyak para penonton tidak sanggup memaksa monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya, Nasruddin maju. Ia mengulang pertanyaan yang sama.

“Tahukah engkau siapa daku?” Monyet itu mengangguk. “Apakah engkau tidak takut kepadaku?” Monyet itu tetap mengangguk. “Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?” pancing Nasruddin. Monyet itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada kepada Nasruddin. Akhirnya Nasruddin mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.

“Tahukah engkau apa guna balsam ini?” Monyet itu tetap mengangguk. “Baiklah, bolehkah kugosok selangkanganmu dengan balsam?” Monyet itu mengangguk. Lalu Nasruddin menggosok selangkangan binatang itu. Tentu saja monyet itu merasa agak kepanasan dan mulai-panik. Kemudian Nasruddin mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam. “Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkanganmu?” Nasruddin mulai mengancam. Monyet itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar