KH
Mudjibi atau yang lebih dikenal dengan Abah Jibi adalah sosok ulama
karismatik di Serang, Banten. Pendiri Pon-pes Al-Awwabin yang berlokasi di desa
Teras Tonjong, Kragilan, Serang-Banten. Beliau Adalah seorang ahli tarekat Qodiriah
wa Naqsabandiah. Beliau adalah cucu dari KH.Ilyas (Syekh
Ilyas) murid dari Imam Nawawi al Bantani yang ke-6. Beliau sejak kecil
gemar sekali menuntut ilmu. Beliau belajar dari satu pesantren ke pesantren
lainnya di daerah Banten, bahkan di Solo Tigo, Semarang, Jawa Tengah. Sewaktu
beliau mengikuti pasaran (mengaji) di Jawa Timur Bersama ulama-ulama Banten, di
antaranya: Abuya Damanhuri (Pandeglang), Abuya Lujen (Pelamunan), Abuya
Munfasir (Ciomas-Padarincang) dan lain-lain.
Kecerdasan
dan bakat yang dimilki oleh Abah Jibi. menjadikan Abah Jibi mampu
menguasai beberapa fan ilmu seperti: Nahwu, Shorof, Fiqih, Tafsir, Hadist,
Tashawuf, dan lain-lain. Beliau bisa disebut orang yang penyabar. Beliau juga
mempunyai tukilan (karangan) kitab risalah (tuntunan solat), dan ternyata kitab
karangan Abah Jibi tesebut sekarang didompleng (mengganti nama hak cipta) sama
KH.Haerudin penulis terkenal asal Banten, seperti AMIL, JURUMIYAH, dan
lain-lain. Tapi Abah Jibi tidak menegor atau menyuruh KH.Haerudin
untuk mengganti nama hak ciptanya. Ini lah contoh dari kesabaran Abah Jibi yang
patut kita pelajari dan kita amalkan. Penampilan yang sangat sederhana layaknya
masyarakat biasa, namun tingkat keilmuan yang beliau miliki sangat luas.
Kemahiran beliau dalam mengajar kitab-kitab salaf (Nahwu-Shorof) dan Fiqih.
Disamping
mengajar kepada santrinya, beliau juga mengajar kepada masyakarat sekitar, maka
tak heran beliau begitu dekat di hati masyakarat Kragilan. Keramahan serta
tutur bahasa yang lembut mampu meluluhkan hati-hati manusia yang keras. Kalimat
yang keluar dari mulut beliau penuh dengan hikmah ilmu. Bahkan beliau tidak
pernah memarahi siapapun termasuk para santrinya yang nakal secara langsung.
Dengan halus beliau ungkap teguran tersebut lewat ta’lim dengan menyebut si
fulan. Dan santri yang merasa bersalah tentu akan merasakan teguran
halus.tersebut sampai merasuki sampai relung hati yang dalam.
Beliau
ingin mewujudkan agar santrinya menanamkan nilai -nilai kebaikan lewat
kesederhanaan di semua bidang. Untuk itulah Abah Jibi membekali
santrinya dengan nilai dasar kebaikan yaitu “Keihklasan dan sabar.” Ihklas
adalah tanpa pamrih. Jiwa keihklasan santri tampak menonjol daripada
sikap-sikap lainnya. Semakin tebal jiwa keihklasan yang tertanam pada diri
santri maka akan membuat santri selalu optimis dan semakin maju. Semangat
keihklasan membuat santri bersedia memulai usahanya dari nol kembali. Membuat
santri rela berkorban demi agama dan bangsa. Hal ini dapat diteladani oleh Abah
Jibi itu sendiri yang memiliki jiwa keihklasan dan sabar yang tinggi.
Abh
Mudjibi yang tadinya tidak dikerumuni ratusan santri, menjadi rumahnya
terjepit di tengah-tengah kamar santri. Seorang santri ikhlas belajar, belajar
dengan tanpa pamrih, santri mengabdi tanpa pamrih, menolong tanpa pamrih,
berjuang tanpa pamrih. Pola tanpa pamrih itulah ajaran dari Abah Jibi. Karena
benar-benar tanpa pamrih, maka Abah Mudjibi selalu mendapat perkenan
di hati setiap orang, mendapat penuh kepercayaan, menjadi tempat mengadu dan
dijadikan pemutus kata. Dan, tanggal 11 oktober 2010, Abah Mudjibi berpulang
ke rahmatulloh. Linangan air mata mengalir dari masyarakat dan santri-santri
yang sangat mencintai beliau. Kesederhanaan dan ketawadhuan beliau telah
menorehkan kesan yang mendalam di hati para masarakat dan santrinya. (*)
al fatihah buat orang sholeh
BalasHapusKok nama pengarang ceritanya ngga di cantumin mas
BalasHapusSaya pernah bertemu, melihat wajahnya, suhanalloh luar biasa adem, teduh, nyaman sulit dilukis dg katakata padahal waktu itu beliau sedang sakit parah, tapi masih bisa tersenyum
BalasHapusTukilan dan karangan itu beda setahu saya
BalasHapus