Label

Zuhud yang Keliru


Suatu ketika seorang –yang menganggap dirinya sufi dan zuhud- meninggalkan kehidupan masyarakat dan pergi ke padang pasir untuk menyibukkan diri beribadah di sebuah tempat yang sunyi. Ia memutuskan mengucilkan diri dan tidak masuk ke kota serta berkumpul dengan masyarakat.  

Dalam ibadahnya, ia memohon kepada Allah: Ya Allah, berikanlah rezekiku yang telah Engkau tentukan bagiku. Seminggu telah berlalu. Namun makanan yang diharapkan tak kunjung datang. Waktu itu rasa lapar sudah hampir membunuhnya. Ia lalu memohon kepada Allah: Ya Allah, berikanlah bagian rezekiku. Jika tidak, cabutlah nyawaku.

Tiba-tiba terdengarlah suara: Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, Aku tak akan memberimu rezeki sampai engkau kembali ke kota, dan berhubungan dengan masyarakat. Lalu ia pun terpaksa kembali ke kota.

Sesampainya di kota, seseorang memberinya makan dan yang lainnya memberinya minum, sampai akhirnya ia kekenyangan. Dikarenakan tidak menyadari kebijakan Ilahi tersebut, dalam benaknya terlintas: Mengapa justru masyarakat yang memberiku makan sementara Allah tidak memberikan apapun?

Ia lalu mendengar suara: Apakah engkau menginginkan untuk berzuhud dengan cara yang keliru, dan mengingkari kebijakan-Ku? Apakah engkau tak tahu bahwa Aku memberi rezeki hamba-hamba-Ku melalui tangan hamba-hamba-Ku juga? Cara semacam itu jauh lebih Aku sukai ketimbang Aku memberikannya secara langsung lewat tangan (kekuasaan)-Ku sendiri. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar