Label

Filsafat dan Kosmologi





Seorang astronot dan seorang ahli bedah otak berdiskusi tentang agama. Ahli bedah itu seorang Kristen (yang taat) dan seorang astronot tersebut adalah orang yang tidak beragama (atheis). Sang astronot pun berkata: “Saya pergi keluar angkasa berkali-kali tapi tidak pernah melihat Tuhan dan Malaikat”.

Mendengar perkataan seperti itu sang ahli bedah otak pun berkata: “Dan aku mengoperasi banyak otak cemerlang, namun aku tidak pernah menemukan satu pikiran pun.”

Dalam hal ini, barangkali bayangkan saja kita sebagai pengamat alam semesta yang di dalamnya hanya berisi dua dimensi ruang (katakanlah X dan Y), sehingga perlu satu dimensi lagi (katakanlah Z) dari pada makhluk-makhluk yang hidup di dalamnya di dua alam dimensional ini.

Katakanlah Budi memandang Ali, maka Budi hanya melihat satu sisi Ali dalam satu waktu (bagian depan, bagian belakang, samping kiri atau samping kanan) tergantung di mana posisi Budi, yang bentuknya hanya bidang. Singkatnya, Budi tidak akan mampu melihat Ali secara utuh dalam satu waktu.

Untuk mengetahui Ali secara utuh maka Budi harus mengelilingi Tubuh Ali, sehingga gambaran tubuh Ali secara utuh hanya ada pada pikiran Budi. Meskipun demikian, sebagai pengamat, dari dunia tiga dimensional kita bisa melihat Budi dan Ali secara keseluruhan.

Andai Budi atau Ali bersembunyi di dalam kamar, maka kita sebagai pengamat masih bisa melihatnya karena dinding temboknya tidak meluas ke dimensi kita, tetapi mereka tidak bisa melihat kita sebagai pengamat. Dengan memahami tentang ruang dimensional ini, kita bisa memahami mengapa malaikat dan Tuhan tidak bisa kita lihat. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar