Label

Contoh Kekeliruan Ibn Taimiyah


(Foto: Mesjid Jami Kota Cilegon) 

Kebencian Kepada Sayyidina Ali ra. atau Kejahilan Ibnu Taimiyah?

Ketika seorang ulama Syi’ah bernama Ibnu Muthahhar al Hilli menulis buku tentang keutamaan Sayyiduna Ali ra. yang ia beri judul Minhâj al Karâmah, Ibnu Taimiyah segera membantahnya dengan buku berjudul Minhâj as Sunnah. Gema kedua buku itu cukup ramai sehingga mendunia saat itu. Para ulama Ahlusunnah kemudian menelaah kitab Minhâj as Sunnah. Dan mereka meyaksikan bahwa dalam bantahannnya kepada Al Hilli, Ibnu Taimiyah tidak jarang menampakkan penghinaannya terhadap Khalifah Ali ra. dan juga ia sering sembrono dalam menvonis palsu hadis-hadis shahih keutamaan Khalifah Ali ra. disamping penyimpangan lain terkait dengan masalah akidah Ahlusunnah!

Demikianlah sebagaimana yang mereka katakan dalam menilai kitab Minhâj as Sunnah. Dan keterangan para ulama itu pernah kami sebutkan dalam tanggapan kami atas kecaman Ustadz Firanda. Dan tidak ada salahnya apabila kami sebutkan kembali beberapa bagian darinya. Ibnu Hajar berkata dalam kitab Lisân al Mizân, ketika menyebut biografi Ibnu Mutahahhar  al Hilli –seorang tokoh mazhab Syi’ah yang kitabnya sedang dibantah oleh Ibnu Taimiyah: “Ia (al Hilli) menulis buku tentang keutamaan Ali ra., buku tersebut telah dibantah oleh Taqiyyuddin Ibnu Taymiah dalam sebuah kitab besar. Syeikh Taqiyyuddin as Subki telah menyebut buku itu dalam bait-bait syairnya… dalam akhir bait syair itu ia mengecam akidah Ibnu Taymiah.

Ibnu Hajar melanjutkan: “Aku telah menelaah buku tersebut, aku temukan seperti yang dikatakan as Subki dalam al Istîfâ’, tetapi ia (Ibnu Taimiyah) sangat subyektif dalam menolak hadis-hadis yang dikemukakan Ibnu al Muthahhar (al Hilli): Ia banyak menolak hadis-hadis yang jiyâd (bagus). Betapa sering, demi melemahkan ucapan al Hilli, ia (Ibnu Taimiyah) menghinakan Ali ra.. Lembaran ini tidak cukup untuk menjelaskan hal itu berikut contoh-contohnya.”
.
Dalam kitabnya yang lain, Ibnu Hajar merangkum sikap ulama Islam terhadap Ibnu Taimiyah yang mereka jatuhkan berdasarkan bukti dan kenyataan dari sikap dan pernyataan Ibnu Taimiyah sendiri! (Tidak seperti yang selalu ditudingkan para Wahhâbiyyûn bahwa mereka yang mengecam Ibnu Taimiyah itu adalah Ahli Bid’ah, Para Pendengki dan orang-orang yang tidak mengerti dengan baik ucapan-ucapan Ibnu Taimiyah! Seakan yang mengerti hanya para Wahhâbiyyûn saja!).

Perhatikan apa kata Ibnu Hajar dalam kitab beliau yang berjudul ad Durar al Kâminah, yang di antaranya beliau berkata: “Di antara para ulama ada yang menggolongkan Ibn Taimiyah sebagai berakidah Tajsîm, ada pula yang menggolongkannya sebagai zindiq (tidak beragama dengan benar), ada pula yang menggolongkannya sebagai orang munafik, sebab ucapannya tentang Ali seperti telah lewat (di antaranya yaitu bahwa Ali, ia salah dalam tujuh belas kasus, di mana Ali menentang nash al Qur’an…), dan dikarenakan ucapannya bahwa Ali selalu terhina (tidak ditolong Allah) ke mana pun ia menuju. Dan beliau berulang kali berusaha merebut kekhalifahan namun tidak berhasil. Ali berperang hanya karena ingin berkuasa bukan demi agama!”

Nah, setelah Anda mengetahui bagaimana kualitas kitab Minhâj as Sunnah dan bagaimana sikap ulama Ahlusunnah terhadapnya dan juga kesaksian mereka…. kami ajak Anda –sobat setia absalafy- untuk menyaksikan beberap contoh sikap memalukan Ibnu Taimiyah seperti yang dikatakan para ulama itu.

Kebiasaan Buruk Ibnu Taimiyah Menolak Hadis Keutamaan Sayyiduna Khalifah Ali ra Tanpa Dalil!

Sekaitan dengan sikap sinis Ibnu Taimiyah terhadap Khalifah Ali ra dalam peperangan beliau menumpas para pemberontak, khususnya di perang Shiffîn yang dipimpin oleh Mu’awiyah yang berusaha menyudutkan bahwa Khalifah Ali ra tidak memiliki dalil/nash khusus yang membolehkan apalagi mengharuskan beliau menumpas kaum bughât itu, bahkan Khalifah Ali ra. berulang kali menampakkan penyesalannya atas keputusan perang itu! Demikian berulang kali Ibnu Taimiyah tekankan dalam banyak kesempatan! Karenanya adalah sudah terbayangkan jika kemudian Ibnu Taimiyah akan menolak segala nash nabawi yang terkait dengan perintah beliau saw. kepada Khalifah Ali ra agar menumpas para pemberontak itu!

Persis pada saat itulah, Ibnu Taimiyah mulai memamerkan kebiasaan buruknya dalam menolak hadis-hadis shahih, hanya kerena ia berbicara tentang keutamaan Khalifah Ali ra.  Dan hal itulah tampaknya yang mendasari sikap nekatnya menolak hadis dari Sayydina Ali betapa pun hadits itu sangat shahih! Perhatikanlah apa kata Ibnu Taimiyah tentang hadis Nabi saw. yang memerintah Khalifah Ali ra. agar memerangi tiga kelompok pemberontak di zamannya!

Ibnu Taimiyah berkata:
.
لم يرو علي ( رضي الله عنه ) في قتال الجمل وصفّين شيئاً … وأمّا قتال الجمل وصفّين فلم يرو أحد منهم فيه نصّاً إلاّ القاعدون ، فإنّهم رووا الاحاديث في ترك القتال في الفتنة ، وأمّا الحديث الذي يُروى أنّه أمر بقتل الناكثين والقاسطين والمارقين ، فهو حديث موضوع على النبي ( صلى الله عليه وسلم

“Ali ra. tidak meriwayatkan satu nash pun tentang peperangan Jamal dan Shiffîn… Adapun peparangan Jamal dan Shiffîn tidak seorang pun dari mereka meriwayatkan satu nash pun kecuali orang-orang yang tidak terlibat perang. Mereka meriwayatkan banyak hadis tentang meninggalkan berperang dalam kondisi fitnah (kekacauan tidak menentu). Adapun hadis yang diriwayatkan bahwa dia (Ali) diperintah untuk memerangi kaum Nâkitsîn, Qasithîn dan Mâriqîn, maka ia adalah hadis palsu atas nama Nabi saw.”   (Minhâj as Sunnah,6/112).

Demikianlah Ibnu Taimiyah, dengan entengnya ia menvonis bahwa hadis itu adalah palsu/maudhû’! sementara hadis itu telah diriwayatkan para ulama ahli hadis Ahlusunnah dari banyak sahabat Nabi saw. di antara mereka adalah: Abu Ayyub al Anshari ra., Sayyiduna Ali ra., Abdullah bin Mas’ud ra., Abu Saîd al Khudri ra., Ammâr bin Yasir ra. Dan beberapa lainnya. Hadis para sahabat di atas telah diriwayatkan dan diabadikan oleh para penjaga Sunnah dari ulama Ahli Hadis Ahlusunnah, seperti: Imam ath Thabari, Al Bazzâr, Abu Ya’la, Ibnu Mardawaih, Ath Thabrani, Al Hakim, Al Khathib al Baghdadi, Ibnu ‘Asâkir, Ibnu al Atsîr, Jalaluddîn as Suyuthi, Ibnu Katsir, Muhibbddîn ath Thabari, Al Haitsami, Al Muttaqi al Hindi. Sanad Hadis di Atas Shahih!
Hadis tersebut di atas telah diriwayatkan dengan berbagai jalur/sanad, dan tidak sedikit darinya yang shahih! Di atara sanad hadis ini yang shahih adalah sanad  dalam riwayat al bazzâr dan ath Thabarani dalam kitab Mu’jam Awsath-nya. Al Haitsami telah menegaskan keshahihan sanad hadis itu dalam riwayat al Bazzâr. Ia berkata:

    وأحد إسنادي البزّار رجاله رجال الصحيح ، غير الربيع بن سعيد ووثّقه ابن حبّان ، وله أسانيد أُخرى صحيحة.

“Dan salah satu sanad hadis riwayat al Bazzâr para parawinya adalah para parawi hadis shahih selain rabî’ bin Said, tetapi ia ditsiqahkan oleh Ibnu Hibbân. Dan hadis ini memiliki sanad-sanad lain yang shahih.”

Hadis Dari Riwayat Khalifah Ali ra Sendiri

Imam Abu Bakar al Haitsami meriwayatkan dalam Bab: Apa yang terjadi dalam peperangan Shihffîn, dari Ali, ‘Ia berkata:

عَهِدَ إليَّ رسولُ الله (ص) فِي قتال الناكثين و القاسطين و الْمارقين.

“Rasulullah saw. telah berpesan kepadaku untuk memerangi kaum Nâkitsîn, Qâsithîn dan Mâriqîn.” (Hadis di atas telah diriyatkan oleh al Bazzâr, ath Thabarani dalam Mu’jam Awsath.). Jadi, tampaklah kepalsuan (kebohongan) ucapan Ibnu Taimiyah bahwa: “Ali ra. tidak meriwayatkan satu nash pun tentang peperangan Jamal dan Shiffîn.”!

Hadis Dari Riwayat Ammâr bin Yâsir

Sahabat Ammâr bin Yâsir yang sangat dicintai Nabi saw. dan kesyahidannya dijadikan tanda kemunafikan kelompok yang membunuhnya dan bahwa mereka adalah Para Penganjur kepada Api Neraka... juga telah menegaskann adanya perintah itu dari Rasulullah saw. Al Haitsami juga telah meriwayatkan dari jalur Abu Sa’îd ‘Aqîshâ’, ia berkata, “Aku mendengar Ammâr berkata- dan saat itu kami sedang bergegas menuju Shiffîn-, “Rasulullah saw. memerintahku untuk memerangi kaum Nâkitsîn, Qâsithîn dan Mâriqîn.” Al Haitsmani berkata, “Hadis ini diriwayatkan oleh ath Thabarani. Dan Abu Sa’îd perawi yang ditinggalkan/matrûk.”

Dengan hadis Nabi saw. riwayat Sahabat Ammâr bin Yâsir di atas, telah menggugurkan ucapan Ibnu Taimiyah (yang selama ini dibanggakan kaum Salafi Wahhâbi sebagai “Syeikhul Islam” yang mumpuni di bidang ilmu hadis) alias telah menunjukkan kebohongan dan kepalsuan Ibn Taimiyah. Adapun anggapan bahwa Abu Sa’îd perawi yang ditinggalkan/matrûk, maka tidak dapat diterima begitu saja, sebab Imam al Hakim dan juga adz Dzahabi (yang juga sering diandalkan kaum Salafi Wahhâbi karena penyimpangan dan sikap sinisnya terhadap Ali dan keluarga Nabi ra) telah menegaskan bahwa parawi yang satu itu adalah tsiqah ma’mûn/jujur terpercaya. (Lebih lanjut silahkan Anda membaca al Mustadrak ‘Ala ash Shahîhain, Kitabu Manâqib Ali bin Abi Thalib, 3/134/hadis no.4628. dan Talkhîsh-nya oleh adz Dzahabi,4/94.).

Dengan demikian jelas bagi kita semua bahwa Ibnu Taimiyah sedang berbohong dan berkata palsu ketika ia menvonis hadis itu palsu tentang Perang Shiffin! Atau ia sedang memuntahkan kebusukan dan kedengkiannya kepada Sayyiduna Ali bin Abi Thalib –radhiyallah wa ardhâhu. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar