Label

Perjanjian Lama Dan Perubahannya


Oleh Prof. Dr. M.M al A'zami

Di langit, Tuhan dan para malaikat belajar Taurat persis, seperti para rabi (pemimpin agama Yahudi) mempelajarinya di bumi. Tuhan mengenakan jubah layaknya seorang Yahudi dan bersembahyang menurut cara para rabi. Dia melakukan tindakan-tindakan kasih sayang yang dianjurkan etika Yahudi. Dia mengatur urusan-urusan dunia sesuai dengan aturan­aturan Taurat, persis seperti yang dilakukan seorang rabi di pengadilan­nya. Satu tafsir legenda penciptaan mengajarkan bahwa Tuhan mengkaji Taurat dahulu dan kemudian menciptakan dunia darinya.[1] Adalah suatu kebiasaan bahwa bila seseorang membangun suatu istana, dia tidak membangunnya menurut kebijakannya sendiri, tapi menurut ke­bijakan seorang ahli. Seorang ahli tidak membangun menurut kebijak­annya sendiri, melainkan dia mempunyai rancangan-rancangan dan catat­an-catatan untuk mengetahui bagaimana membuat kamar-kamar dan koridor-koridor. Zat yang mahasuci, juga melakukan hal yang sama. Dia meneliti Taurat dahulu baru menciptakan dunia.[2]

1. Sejarah Perjanjian Lama

Bab yang sebelumnya telah memberikan pandangan sekilas tentang kon­disi historis yang secara gamblang sangat meyakinkan tidak mungkin terpe­liharanya PL (dari berbagai macam perusakan dan penggelapan), dan dalam bagian ini saya akan memaparkan sejarah teks itu sendiri. Penukilan-penukilan teks yang cukup banyak dan panjang yang saya lakukan baik di sini maupun di bab-bab yang lain adalah murni dari pihak-pihak Judeo-Kristen sendiri. Tidak seperti keyakinan yang kedaluwarsa bahwasanya orang-orang Timur tidak dapat merepresentasikan diri dan harus diwakili, saya akan biarkan para ilmuwan ini untuk merepresentasikan diri mereka sendiri dan menyatakan pernyataan mereka sendiri sebelum saya menyuguhkan argumen-argumen saya me­ngenai pendapat-pendapat mereka. Dalam bahasa Ibrani PL (Perjanjian Lama) terdiri dari tiga bagian: Pentateuch (lima buku pertama dari PL), Nabi-nabi, dan Tulisan-tulisan, yang dianggap Bangsa Yahudi sebagai dua puluh empat buku. Teks PL yang berbahasa Ibrani dikenal sebagai Teks Massoreti (Massoretic Text-MT).3
 
i. Sejarah Taurat Menurut Sumber-Sumber Yahudi
 
a) Musa Menyampaikan Taurat Kepada Imam-Imam Lewi yang Meletak­kannya di Sarnping Peti
 
9 - Dan Musa menuliskan hukum Tuhan, dan memberikannya kepada imam-imam Lewi yang ditugaskan untuk mengurus Pen Perjanjian Tuhan, dan kepada para pemimpin Israel. 10 - Dan Musa memerintahkan kepada mereka, "Pada akhir tiap tahun. Ketujuh, dalam tahun penghapusan utang, pada pesta Pondok Daun, 11 - Ketika orang-orang Israel datang menyembah Tuhanmu di tempat yang dipilih-Nya, kamu harus membacakan hukum-hukum ini di depan mereka semua. 12 - Suruhlah semua orang laki-laki, perempuan dan anak-anak serta orang asing yang tinggal di kota-kotamu berkumpul untuk mendengar pem-bacaan itu, supaya mereka belajar menghormati dan takut kepada Tuhan-mu serta setia menaati perintah-perintah-Nya."[4] 24 - Lalu Musa menuliskan hukum Tuhan dalam sebuah buku. la me­nuliskannya dengan teliti dari awal sampai akhir. 25 - Ketika selesai, ia berkata kepada para imam Lewi yang ditugaskun untuk mengurus Peti perjanjian, 26 - "Ambillah buku hukum ini, dan taruhlah di sebelah Peti Perjanjian Tuhanmu, supaya tetap ada di situ sebagai kesaksian terhadap kamu. 27 - Karena saya tahu kamu pendurhaka, pemberontak dan keras kepala, Lihatlah, selagi saya masih hidup pun kamu berontak melawan Tuhan; apalagi nanti setelah saya mati! 29 - Karena saya tahu bahwa setelah saya mati, kamu akan sepenuhnya menjadi jahat dan menolak apa yang sudah saya perintahkan kepadamu; dan kelak bencana akan menimpamu; karena kamu berbuat jahat di mata Tuhan, membuat-Nya marah dengan melakukan apa yang dilarang­Nya."[5]
 
b) Taurat Hilang dan Ditemukan Kembali
 
Membuktikan eksistensi Taurat dan penggunaannya pada masa Rumah Tuhan yang Pertama adalah sangat sulit. Aaron Demsky berkata: Ciri lain tentang tahun sabbat adalah pembacaan Taurat secara publik sewaktu hari raya Booth ..., yang mengakhiri tahun itu (Ulangan 31: 10­13). Tidak terdapat bukti tekstual yang memperlihatkan perayaan tahun­tahun sabbat dan jubilee pada masa Rumah Tuhan yang Pertama. Pada kenyataannya, pengarang Tawarikh... menyatakan bahwa 70 tahun sabbat dari penaklukan Kanaan oleh bangsa Israel sampai runtuhnya Rumah Tuhan tidak pernah ditaati.[6]
 
Menurut dokumen Damsyik (yang tujuh kopi darinya ditemukan dalam Kertas Gulungan Laut Matt -the Dead Sea Scrolls) Tuhan memberikan Taurat kepada Musa secara keseluruhan dalam bentuk tertulis. Bagaimanapun juga, tulisan-tulisan ini disegel dalam Peti selama kira-kira lima abad, dan oleh karenanya tidak dikenal orang banyak. Membincangkan masalah hubungan perzinaan David dengan Bathsheba [7] dan kenapa dia tak dihukum mati, dokumen Damsyik menjawab, "Buku-buku Hukum telah disegel dalam Pen semenjak masa Yosua (± 1200 S.M.) sampai masa Raja Yosia dari Yehuda (abad ketujuh S.M.), ketika buku-buku tersebut ditemukan kembali dan dipublikasikan (lihat 2 Raja-raja 22)." [8] Artinya, bahwa David dan para rabbi yang sezamannya sepenuhnya tak tahu apa yang tertulis dalam Taurat.

Masalah apakah dulunya Taurat diletakkan di dalam Peti (the Ark) atau hanya di sampingnya, sangatlah pelik dan membingungkan. Peti itu sendiri hilang selama tujuh bulan sewaktu terjadi invasi Palestina (± 1050-1020 S.M.); pada saat ditemukan kembali, 50.070 orang Israel dari kota Bet-Semes dimusnahkan Tuhan karena berani coba-coba menengok di dalam Peti. [9] Tatkala Raja Salomon memerintahkan agar Peti diipindahkan ke Rumah Tuhan yang Pertama, 1 Raja-raja 8: 9 memberitahukan kita bahwa di dalamnya tak ada satu pun kecuali dua tablet (lempengan batu) yang dibawa Musa dari Sinai-tidak seluruh Hukum Tuhan. Bahkan seandainya Taurat disimpan terpisah dari Peti, itu pun tampaknya Taurat juga telah hilang seluruhnya dari kehidupan bangsa Yahudi selama berabad-abad. Tujuh puluh tahun sabbat (lima abad), jika tidak malah lebih, berlalu tanpa ada pembacaan Hukum Tuhan secara publik, yang berpuncak pada pengenalan tuhan-tuhan asing dan ritus-ritus pagan kepada rakyat Israel. Tentu hal ini merupakan indikasi jelas bahwa Taurat sejak itu telah terhapus dari memori kolektif bangsa ini. Baru sampai tahun kedelapan belas dari pemerintahan Raja Yosia (640-609 S.M.) Taurat ini `secara ajaib ditemukan kembali, [10] bertepatan dengan pembaruan menyeluruh yang dicanangkan Yosia melawan praktik kurban anak dan ritual-ritual pagan yang lain. Namun Taurat masih tidak dipergunakan secara umum untuk waktu dua abad lagi paling tidak. Tampaknya Taurat ini menghilang dari kesadaran orang­orang Yahudi secara tiba-tiba persis seperti kemunculannya. Ada bukti yang bagus untuk mengatakan bahwa pembacaan dan penjelasan Hukum Tuhan pertama kali dilakukan secara publik (setelah masa Musa) hanyalah terjadi pada saat pengumumannya oleh Ezra ± 449 S.M. Perlu dicatat bahwa terdapat gap yang sangat besar yang melebihi 170 tahun antara masa ditemukannya kembali Hukum Tuhan (621 S.M.) dan masa Ezra membacakannya secara publik.[11]
 
ii. Sejarah Taurat Menurut Para Ilmuwan Modern
 
Barangkali akan bermanfaat memulai sebuah kerangka kronologis Kitab-­kitab PL berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan kritik Biblikal yang telah diterima secara umum. Tabel berikut ini dinukil dari C.H. Dodd, The Bible Today.[12]
 
Catatan: tahun-tahun yang diberikan di sini lebih merupakan gambaran kasar, dan agaknya cenderung bergeser ke atas dan ke bawah atas dasar berkala. Rowley telah mengkaji tren-tren yang berbeda-beda dalam penentuan tanggal kitab-kitab PL ini, [13] tapi perbedaan-perbedaan semacam in] tidak banyak berpengaruh pada hasil pengkajian ini.
 
Abad S.M.
XIII
(atau lebih awal?)
Keluar dari Mesir
 
Tradisi lisan (hukum, legenda, puisi) yang dipelihara dalam tulisan-tulisan di kemudian hari
XII (?)
Tinggal menetap di Palestina
XI
Peperangan dengan bangsa Kanaan, dll.
Pendirian Monarki (Daud 1000 S.M.)
X
Tawarikh pengadilan bermula (digabungkan dalam kitab-kitab belakangan)
IX
Hukum-hukum dan tradisi-tradisi awal ditulis: koleksi Judea (`J') dan koleksi Efraim (`E'), belakangan digabungkan dalam Kejadian -sampai ­ Yosua.
VIII
Amos, Hosea, Mikha, Yesaya. (Jatuhnya Samaria, 721 S.M.)
VII
Reformasi Yosia, 621 S.M.: Ulangan, Yeremia, Zefania, Nahum.
VI
Habakuk, Hakim-hakim, Samuel, Raja-raja. (Jatuhnya Yerusalem, 586 S.M.). Yehezkiel, 'II Yesaya', Hagai, Zakharia.
V
Hukum-hukum dan riwayat-riwayat Kejadian ­sampai- Yosua versi Imam [Priest] (`P') ditulis atas dasar tradisi-tradisi yang lebih awal. Maleakhi, Ayub.
IV
Kompilasi Kejadian-sampai-Yosua (dari `J', `E', `P' dan Ulangan).
III
Tawarikh, Ecclesiastes.
II
Kitab Mazmur diselesaikan (sebagian besar dari puisi-puisi yang lebih awal). Ecclesiasticus, Daniel, dll.
I
Kitab Hikmah, dll.

Koleksi dan kodifikasi hukum-hukum kuno Israel menghasilkan apa yang disebut dengan Pentateuch, atau Lima Kitabnya Musa (meliputi Kejadian sampai Ulangan); menurut C.H. Dodd kitab-kitab ini mendapatkan bentuknya yang final sekitar abad ke-empat S.M. Perbuatan-perbuatan para nabi juga diedit, dengan catatan-catatan historis yang sering kali diubah agar sesuai dengan ajaran-ajaran nabi. [14]
 
a) Sumber-Sumber Biblikal Diedit Pada Abad Ke-5 Sampai Ke-2 S.M.

William G. Dever, Profesor bidang Arkeologi Timur Dekat dan antropologi di Universitas Arizona, mengemukakan pandangan lain. Dia menyatakan bahwa sumber-sumber Biblikal diedit pada era Persia belakangan (abad ke­5-ke-4 S.M.) dan Helenistik (abad ke-3-ke-2 S.M.). Dan masih ada banyak para ilmuwan lain seperti Tom Thompson dari Copenhagen, dan koleganya Niels Peter Lemche, Philip Davies dari Sheffield, "dan sejumlah pakar yang lain, baik yang berkebangsaan Amerika maupun Eropa, yang meyakini bahwa Bibel yang berbahasa Ibrani tidak hanya diedit pada periode Persia/Helenistik tapi memang ditulis pada masa itu."[15]

 
Sementara itu Profesor Frederick Cryer dari Copenhagen, menyimpulkan bahwa Bible yang berbahasa Ibrani "tidak dapat dibukti­kan memiliki kandungan-kandungan yang sekarang ini sebelum periode Helenistik." Sebuah bangsa yang kita sebut Israel tidak menggunakan istilah itu buat diri mereka, kata dia, sebelum abad keempat S.M. Ri­wayat-riwayat Saul dan David, misalnya, ditulis di bawah "kemungkinan pengaruh" dari literatur Helenistik tentang Iskandar Agung. Bahwa teks­teks Biblikal ini disusun begitu terlambat "secara niscaya memaksa kita untuk merendahkan estimasi kita terhadapnya sebagai sumber sejarah."[16]
 
Niels Lemche bahkan berpendapat lebih jauh lagi, menemukan pen­ciptaan Israel kuno pada "historiografi Jerman abad ke-19 yang memandang semua peradaban dari segi konsep negara-kebangsaan (the nation-state)-nya masing-masing."[17] Dengan demikian, menurutnya, konsep politis dan sosial sebuah Israel kuno adalah merupakan suatu ideal yang aneh dan tidak karuan, yang dilahirkan sebagai akibat dari keasyikan Eropa sendiri dengan negara­kebangsaan (the nation-state) pada tahun 1800-an.[18]
 
2. Sumber-Sumber Budaya Sastra Yahudi
 
i. Bahasa Asli Perjanjian Lama Tidak Disebut Ibrani
 
Bahasa masa pra-pengasingan (pre-exilic language) yang digunakan oleh Yahudi adalah dialek Kanaan dan tidak dikenal sebagai Ibrani. Orang-orang Funisia (atau lebih tepatnya, orang-orang Kanaan) menemukan alfabet yang benar pertama kali ± 1500 S.M., berdasarkan huruf-huruf ketimbang gambar­gambar deskriptif. Semua alfabet yang berturut-turut seterusnya adalah ber­utang budi pada, dan berasal dari, pencapaian Kanaani ini. [19]

Dalam budaya umum, bangsa Kanaan tidaklah kalah hebat, dan tidak se­dikit dari budaya Kanaan itu telah diambil alih oleh orang-orang Ibrani.... Orang-orang Ibrani bukanlah pembangun yang besar, juga bukan cerdas dalam seni dan keahlian. Akibatnya mereka dalam bidang ini, begitu juga hal-hal yang lain, harus bergantung berat pada orang-orang Kanaan. Bahasa apa pun yang digunakan orang-orang Ibrani sebelum menetap di Palestina, adalah dialek bahasa Kanaan yang kemudian menjadi bahasa rnereka setelah menetap. [20]

Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa bahasa Ibrani dan Aramaik merupakan dua dialek bahasa Kanaan.[21] Pada kenyataannya tulisan-tulisan Yahudi pra-pengasingan adalah berbahasa Kanaan, [22] walaupun sekarang secara salah dianggap sebagai bahasa Ibrani lama atau paleo-Ibrani. Abraham dan anak­cucunya merupakan suatu marga yang terlalu kecil di Kanaan untuk dapat menciptakan bahasa mereka sendiri, dan dengan terpaksa mereka harus menggunakan bahasa Kanaan yang predominan, sangat tidak mungkin bahwa orang-orang Israel, dalam jumlah yang demikian kecil dan terpaksa me­nanggung penderitaan dan perbudakan di Mesir, adalah dalam posisi yang kondusif untuk menciptakan sebuah bahasa baru. Sejauh yang mungkin di­lakukan hanyalah mengadopsi sebuah dialek bahasa Kanaan tertentu pada tahap tertentu, tetapi tentu saja tidak ada yang berbeda dan unik. Dan kenyata­annya PL itu sendiri tidak pernah merujuk pada bahasa Yahudi sebagai bahasa Ibrani, sebagaimana yang diilustrasikan oleh dua ayat dari Yesaya 36: 11- Lalu kata Elyakim, Sebna dan Yoah kepada Rab-Syakih, "Tuan, bicara saja dalam bahasa Siria dengan budak-budakmu; karena kami memahaminya: Jangan memakai bahasa Yahudi (Jew's language), nanti dimengerti rakyat di atas tembok kota itu." 13- Kemudian Rab-Syakih berdiri dan berteriak dalam bahasa Yahudi, dan berkata, "Dengarlah apa yang dikatakan raja besar, raja Asyur."

Demikianlah terjemahan dalam versi King James (King James Version), dan frasa yang sama juga ditemukan dalam versi New World Translation, [23] versi Holy Bible from the Ancient Eastern Text, [24] Revised Standard Version, [25] dan edisi bahasa Arab. Ketiga versi yang terakhir ini mengganti `bahasa Aram' dengan `bahasa Suriah', tapi tak satu pun menganggap yang lain sebagai bahasa Ibrani.[26] 2 Raja-raja 18:26 dan 2 Tawarikh 32:18 mencatat rentetan kejadian yang sama dan menggabungkan ekspresi yang sama. Dalam bab yang lain dari Yesaya kita membaca:

Pada waktu itu bahasa Kanaan akan dipakai dalam lima kota Mesir, dan mereka akan mengangkat sumpah demi Tuhan para penjamu mereka; salah satu kota itu akan dinamakan "Kota Kehancuran".[27]
 
Terjemahan-terjemahan di atas secara sepakat menyetujui kesimpulan ini; jika bahasa Ibrani telah ditemukan pada waktu itu, tentu saja PL akan memberikan kesaksian tentang hal itu, dan bukannya malah membuat istilah atau susunan kata-kata (wordings) yang kabur tentang `bahasa orang-orang Yahudi' (Jews' language) atau bahasa Kanaan (language of Canaan).[28] Dengan kenyataan bahwa teks secara generik merujuk pada bahasa Kanaan-yang secara simpel bisa dikatakan berbahasa Kanaan-kita dapat menyimpulkan bahwa bangsa Israel tidak mempunyai sebuah bahasa yang khusus pada waktu ter­pecahnya Kerajaan menjadi Israel dan Yehuda. Sebetulnya kata-kata `bahasa Ibrani' memang benar-benar ada, tapi ia mendahului bangsa Israel, dan tidak merujuk pada sesuatu yang berhubungan secara jauh dengan Yahudi. Kata-kata `ibri (Habiru) dan `ibrani (Hebrew) telah lama dipakai bahkan sebelum 2000 S.M. dan merujuk pada sebuah grup dari suku-suku Arab di daerah-daerah bagian utara Jazirah Arabia, di padang pasir Suriah. Sebutan itu menyebar ke suku-suku Arab yang lain di daerah itu hingga menjadi sinonim dengan `son of the desert' (anak padang pasir). Teks-teks Cuneiform dan Fir'aunis semenjak sebelum bangsa Israel pun menggunakan kata-kata seperti `ibri, Habiri, Habiru, Khabiru, dan `abiru. Dalam hal ini istilah `ibrani, seperti dianggap berasal dari Abraham dalam Bibel, berarti seorang anggota dari `abiru (atau suku-suku Arab nomad), yang dia sendiri merupakan salah satu anggotanya. Frase `ibrit, yang menunjukkan orang-orang Yahudi, diciptakan belakangan oleh para rabi di Palestina.[29]
 
ii. Tulisan Yahudi Periode Awal: Bahasa Kanaan dan Asyur
 
Tulisan Yahudi masa pra-pengasingan adalah berbahasa Kanaan.[30] Tat­kala bahasa Aram menjadi bahasa dominan kawasan Timur Dekat kuno, orang­orang Yahudi mengadopsi bahasa ini dan segera mengambil tulisannya juga­yang saat itu dikenal sebagai bahasa Asyur.[31]

`Tulisan Asyur' http://alquranfirmanallah.freeiz.com/sejarah-teks-alquran/images/2bab15/14a.gifatau http://alquranfirmanallah.freeiz.com/sejarah-teks-alquran/images/2bab15/14b.gif  ini disebut demikian karena asalnya merupakan bentuk Aram dari `Tulisan berbahasa Funisia' yang telah jamak digunakan...sejak abad ke-8 S.M. dan dibawa kembali orang­orang Yahudi pulang dari Pengasingan. Square script (tulisan persegi) http://alquranfirmanallah.freeiz.com/sejarah-teks-alquran/images/2bab15/14c.gifadalah berasal dari bentuk alfabet ini.[32]

Tulisan persegi ini secara formal tidak dianggap sebagai tulisan Ibrani hingga terjadi karya-karya Bin Sira dan Josephus pada abad pertama Masehi, dan di dalam Mishna dan Talmud, [33] yang kesemuanya merupakan perkem­bangan-perkembangan yang terjadi sangat belakangan.
 
Jadi, aslinya ditulis dalam bahasa apakah PL itu? Dari informasi di atas kita lihat ada sebuah proses evolusi penulisan: bahasa Kanaan, Aram (Asyur), dan akhirnya square, yang kemudian belakangan dianggap sebagai bahasa Ibrani. Kita bisa menyimpulkan bahwa, menjelang kepulangan mereka dari Pengasingan Bibel pada tahun 538 S.M., orang-orang Yahudi tidak mempunyai alat komunikasi tertulis apa pun yang secara khas milik mereka sendiri. Menariknya Wurthwein menggabungkan alphabet Kanaan ini seraya menegaskan, "Ini adalah tulisan Funisia-Ibrani kuno, pendahulu setnua alfabet yang terdahulu maupun kini."[34]
 
iii. Sumber-Sumber Taurat
 
a) Sumber-Sumber yang Berasal dari Yahudi
 
Sebagaimana merupakan kebiasaan untuk mencari pengaruh dari sumber-sumber yang tersembunyi dalam Al-Qur'an (suatu topik yang akan kami bicarakan kemudian), [35] para sarjana Barat di masa lalu telah sibuk mencari sumber-sumber Taurat. Julius Welhausen (1844-1918) menjelaskan empat asal yang utama: J (narasi Profetik Yahwistik, ± 850 S.M.); E (narasi Profetik Elohistik, ± 750 S.M.); D (Deuteronomy dan catatan-catatan Deuteronomik di lain tempat, ± 600 S.M.); dan P (the Priestly Code, Kode Imam, ter­presentasikan secara khusus dalam Imamat dan dalam pembaruan-pembaruan di lain tempat, ± 400 S.M.).[36] Sumber-sumber yang lain juga sudah ditemukan, dan kesemuanya menurut dugaan berasal Yahudi.
 
b) Sumber-Sumber yang Berasa] Non- Yahudi
 
Bagaimana pun, dilemma terbesar yang kita hadapi adalah ditemukannya tulisan-tulisan/karya-karya serupa di dalam sumber-sumber non-Yahudi-yang sebagiannya mendahului PL tidak kurang dari lima abad sebelumnya. Menurut Keluaran 20, Tuhan secara verbal memproklamasikan Sepuluh Perintah (the Ten Commandments) dan menuliskannya di atas dua lempengan batu, dan menyerahkannya kepada Musa di Gunung Sinai.

Kumpulan tulisan-tulisan yang sangat serupa adalah, tentu saja, Kode Hammurabi (the Code of Hammurabi) ... (tertanggal kurang lebih pada tahun 1700 S.M.). Yang begitu mencolok adalah kesamaan yang terdapat pada pernyataan-pernyataan awal yang menunjukkan bahwa Kode Perjanjian (the Covenant Code) diambil atau dipinjam dari hukum Hammurabi. Sekarang bisa dipahami bahwa kedua kode berasal dari sebuah latar-belakang legislasi yang sama yang tersebar luas. Meskipun kode Ibrani ini tanggalnya lebih belakangan, dalam hal-hal tertentu kode ini dalam karakternya lebih simpel dan primitif daripada kode Ham­murabi...[37]

Contoh lain yang mengundang penasaran adalah yang bersumber dari tulisan-tulisan yang ditemukan di Ras Syamra, kini di Suriah. Majalah Geografi Nasional mengutip: Bahkan Adam dan Hawa disebut dalam teks-teks Ras Syamra. Mereka hidup di sebuah taman yang indah sekali di Timur, alamat yang sedikit kabur, yang, bagaimana pun, cocok dengan yang disebutkan dalam Bibel... Dalam suatu cerita yang ditulis oleh pengarang Ugarit, Adam merupakan pendiri sebuah bangsa, Semit Kanaan, yang barangkali salah satu syekh atau raja tertua, dan oleh karena itu rupanya ia adalah seorang tokoh historis. [38] Catatan-catatan ini, menurut pengarang ini, bertarikh dari abad ke-14 atau ke-15 S.M., dan oleh karenanya mendahului Musa paling tidak satu abad.
 

1. Jacob Neusner, The Way of Torah, hlm. 81. Bagi Neusner, ini adalah mitos sentral yang Terlandasi Judaisme klasik. Namun mitos tak harus berarti sesuatu yang tak benar; dia mengutip definisinya Streng, bahwa mitos adalah "struktur realitas yang pokok yang menjelma pada momen-momen tertentu yang diingat-ingat dan diulang-ulang dari generasi ke generasi." [Ibid, hlm. 42].
2. Dennis Fischman, Political Discourse in Exile, Karl Marx and the Jewish Question, hIm. 77, mengutip Susan Handelman The Slayers of Moses the Emergence of Rabbinic Interpretation in Modern Literary Theory, Albany State University of New York Press, 1982, hlm 67, yang mengutip Bereishit Rabbah 1:1
3. Dictionary of the Bible, hlm 972 Untuk definisi Masorah Lihat buku ini hlm 266
4. Ulangan 31 9-12
5. Ibid., 31: 24-29.
6. A. Demsky, "Who Returned First: Ezra or Nehemiah", Bible Review, vl. xii, no. 2, April 1966, hlm. 33.
7. Untuk kisah Bathsheba lihat 2 Samuel 11.
8. G A Anderson,Torah Before Sinai - The Do's and Don'ts Before the Ten Commandments", Bible Review. vol xii no 3, June 1996, hlm 43
9. Lihat 1 Samuel 6:19
10. 2 Raja-raja 23:2-10.
11. Dictionary of the Bible, hlm. 954.
12. C'.H. Dood, The Bible To-day, Cambridge University Press, 1952, hlm 13
13. H H. Rowley, The OT and Modern Study, Oxford University Press, 1901. him xxvii
14. C.H. Dodd, The Bible Today, hlm. 59-60.
15. H. Shanks, "Is This Man a Biblical Archaeologist?", Biblical Archaeology Review, July/ August 1996, vol. 22, no. 4, hlm. 35.
16. H. Shanks, "New Orleans Gumbo Plenty of Spice at Annual Meeting", Biblical Archaeology Review, March/April 1997, vol 2l, no 2, hlm 58
17. Ibid., hlm 58
18. Orang-orang Muslim tidak bisa mclakukan sinismc seperti itu; mereka harus mempercayai eksistensi Daud dan Sulaiman, hegitu juga Taurat (sebagaimana yang diwahyukan kepada Musa yang sisa-sisa ajarannya nungkin ditemukan dalam beberapa kitab PL).
19. Isra'il Wilfinson, Tarikh al-Lughat as-Samiyyah (History of Semitic Language), Dar al­Qalam, Beirut, Lebanon, P.O Box 3874, ND, hlm. 54. Selanjutnya ditulis Wilfinson.
20. Dictionary of the Bible, hlm. 121; cetakan miring dari penulis
21. Wilfinson, hlm 75
22 Wilfinson, hlm 91
23. New World Translation of the Holy Scriptures, Watchtower Bible and Track Society of New York, Inc., 1984.
24. Terjemahannya George M. Lamsa dari Peshitta yang berbahasa Aram, Harper, San Francisco.
25. Thomas Nelson & Sons, 1952.
26. Bibel versi Revised Standard menggunakan 'bahasa Yehuda'.
27. KJV Yesaya 19:18.
28. Dari koleksi Bibel yang saya miliki hanya CEV yang secara eksplisit menulis 'bahasa Ibrani' dalam Yesaya 19:18, Yesaya 36:11-13, 2 Raja-raja 18:26, dan 2 Tawarikh 32:18 Namun akurasi versi ini sangat mencurigakan, sementara versi-versi yang lain mengikuti jauh lebih dekat dengan teks aslinya Lihat buku ini hlm 327-8.
29. Wilfinson, him. 73-79.
30. Wilfinson, hlm. 91.
31. Ernst Wurthwein, The Text of the Old Testament, Edisi ke-2, William B. Eerdmans Publishing Company. Grand Rapids, Michigan, 1995, hlm. I-2. Selanjutnya ditulis Wurthwein.
32.Ibid. hlm 2, catatan kaki 4
33. Wilfinson, hlm 75
34. Wurthwein, hlm. 2. Cetakan miring dari penulis. Masih terdapat suatu pembelokan lain yang mengganjal dalam sejarah pemalsuan ini. Sekarang di Wadi el-Hol di Mesir, dekat Luxor, sebuah `inskripsi Semitik' tertanggal antara 1900 dan 1800 S.M. telah ditemukan oleh Dr. Damells dan istrinya Deborah. Direktur The West Semitic Research Project pada Universitas California, Dr. Zuckermann, telah melakukan perjalanan ke tempat penemuan untuk mengambil detail gambar­gambar inskripsi itu [J.N. Wilford, "Penemuan Inskripsi-inskripsi Mesir Menunjukkan Tarikh Lebih Awal bagi Asal Mula Alfabet," The New York Times, Nov. 13, 1999]. OIeh karena kata-kata Semitik dan anti-Semitik sekarang ini dicadangkan secara eksklusif untuk orang-orang Yahudi (ketimbang bangsa Arab atau Aram), maka tampaknya prestasi menciptakan alphabet secara gradual bisu dicuri dari bangsa Funisia dan diberikan kepada pendahulu-penduhulu bangsa Yahudi
35. Lihat Bab 18.
36. Dictionary of the Bible, hlm 104.
37 Ibid., him. 569; cetakan miring dari penulis. Buku Perjanjian atau Kode Perjanjian secara kasarnya adalah Keluaran 211:22-23:19 [ibid., 568], Fredrick Delitzsch, pendiri kajian Assyriologi, dalam karya-karyanya Babel and Bible dan Die Grosse Tauschung telah membuktikan bahwa sumber-sumber keyakinan, agama dan masyarakat Israel sebagian besarya berasal dari sumber-sumber Babilonia. [ Lihat S Bunimovitz,, "How Mute stones Speak: Interpreting What We Dig Up", Biblical Archaeology Review, March/April 1995, vol 21, no. 2, hlm. 61 ]
38. C F A Schaeffer, "Secrets from Syrian Hills", The National Geographic Magazine, vol Ixiv, no 1, July 1933, hlm  125-6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar