Label

Andaikan Aku Tak Dipenjara



Di suatu masa ribuan tahun silam, di sebuah kerajaan yang makmur, hiduplah seorang Kaisar yang pemberani dan penasehatnya yang cendekia. Di suatu hari, Kaisar yang pemberani dan penasehatnya yang cendekia itu pun pergi berburu ke sebuah hutan tempat mereka biasa berburu. Malangnya, terjadi kecelakaan yang mengakibatkan jari kelingking sang Kaisar terputus. Maka pulanglah rombongan itu dalam keadaan gundah.

Setelah mengalami perawatan selama beberapa hari, sang Kaisar mulai pulih secara fisik, tetapi dia masih sangat malu untuk muncul di depan umum. Maka dipanggillah sang penasehatnya yang cendekia itu. "Penasehatku, bagaimana menurut pendapatmu keadaanku yang tidak lengkap lagi ini?" "Tak masalah, baginda. Itu baik-baik saja. Bersyukurlah bahwa hanya jari kelingking yang hilang, bukan seluruh tangan baginda"

Mendengar ucapan penasehatnya yang cendekia itu, sang Kaisar malah marah. Dia pun berdebat panas dengan sang penasehatnya tersebut, yang akhirnya sang penasehat itu dipenjarakan karena dianggap menghina sang Kaisar. Dan diangkatlah seorang penasehat baru. Setelah sembuh total, dia bersama penasehat barunya berburu kembali ke hutan yang lain. Tetapi kembali sebuah kemalangan menimpa rombongan ini.

Kala sedang asyik-asyiknya mengejar kijang buruan, sang Kaisar dan penasehatnya itu tersesat di hutan tersebut. Mereka tertangkap oleh segerombolan suku liar, dan segera diikat untuk dikorbankan kepada dewa suku itu. Upacara dan ritual pengorbanan segera disiapkan. Kuali raksasa diisi air dan langsung dipanaskan. Kedua tawanan dibawa, sang Kaisar dan penasehatnya itu siap untuk disembelih dan dimasak.

Namun, tiba-tiba sang dukun yang merupakan perwakilan sakral dalam upacara dan ritual kurban itu berteriak, bahwa si Kaisar tidak boleh ikut disembelih karena cacat di kelingkingnya. Korban harus sempurna tidak boleh cacat. Maka sang Kaisar itu dibuang ke hutan, dan setelah tiga hari, ia bertemu para pasukan pencari yang sudah berhari-hari berkeliling mencari sang Kaisar.

Sang Kaisar pun pulang ke istananya dengan keadaan letih, tetapi merasa sangat lega dan bahagia karena tidak jadi dikurbankan oleh suku liar yang menangkapnya itu. Saat itu, yang pertama dikunjunginya adalah sang penasehat terdaulunya yang berada di penjara, yang segera ia keluarkan dari penjara dan sang Kaisar mengucapkan rasa terima kasih serta membenarkan pendapat sang penasehatnya itu yang dulu tak diamininya, bahwa memang kita harus bersyukur.

Penasehatnya yang kebingungan dengan perubahan hati sang Kaisar itu pun bertanya ada hal apa yang membuat sang Kaisar jadi berubah sikap seperti itu. Dan sang Kaisar pun menceritakan semua peristiwa di hutan itu. Dengan sedikit tersipu dan tersenyum, sang penasehat itu berkata kepada sang Kaisar, "Baginda, saya juga berterima kasih karena baginda telah memenjarakan saya. Jika saya tidak dipenjarakan, tentu saja saya yang sekarang sedang di masak oleh suku liar itu".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar