Isa Al-Masih (as) diutus
di tengah-tengah kaum yang dijerumuskan oleh falsafah yang dasarnya mengatakan
bahwa penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti sebab dari akibat. Jadi,
alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang materialis
ini, di mana ruh diingkari, maka secara logis mukjizat Isa Al-Masih as terkait
dengan usaha menunjukkan alam ruhani.
Demikianlah Isa Al-Masih
dilahirkan tanpa seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang
mengatakan bahwa alam memiliki sumber pertama. Jelas bahwa alam tidak memiliki
wujud yang mendahuluinya. Kita berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan
sistem bagi segala sesuatu dan menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia
menjadikan proses kelahiran anak berasal dari hubungan laki-laki dan wanita,
tetapi Pencipta ini sendiri menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk
kepadanya sedangkan Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu.
Dengan kehendak-Nya yang bebas,
Dia mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu
lahir. Dan, kelahiran Isa Al-Masih pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup
ditiupkan ruh kepadanya: "Lalu Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh
dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar
bagi semesta alam" (Al-Qur’an Surah Al-Anbiya: 91).
Kelahiran Isa Al-Masih
membawa mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua hal: PERTAMA, kebebasan
kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan sebab karena Dia adalah Pencipta
sebab-sebab, dan KEDUA pentingnya ruh dan menjelaskan kedudukannya serta
nilainya di antara kaum yang hanya mementingkan fisik sehingga mereka
mengingkari ruh.
Seandainya kita mengamati
sebagian besar mukjizat Isa Al-Masih as, maka kita akan melihatnya dan
mendukung pandangan tersebut. Misalnya mukjizat Isa Al-Masih as yang mampu
membentuk tanah seperti burung lalu beliau meniupkan nafasnya sehingga tanah
itu menjadi burung yang hidup. Mukjizat ini pun menguatkan adanya ruh. Semula
ia berupa tanah yang bersifat fisik yang tidak dapat disifati dengan kehidupan
tetapi ketika Isa Al-Masih as meniupnya, maka segenggam tanah itu menjadi
burung yang memiliki kehidupan.
Sungguh sesuatu yang bukan
fisik masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah ruh. Ruh itu masuk ke dalam tanah
sehingga ia menjadi burung. Jadi, ruh adalah nilai yang hakiki, bukan jasad
atau fisik. Disamping itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang yang
mati. Bukankah ini juga menunjukkan adanya ruh dan adanya hari akhir atau hari
kebangkitan? Orang yang mati telah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya
telah hancur berantakan sehingga ia hampir menjadi tulang-belulang yang hancur
lalu Isa Al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari
kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya berupa fisik
sebagaimana dikatakan kaum atheis materialis, maka ia tidak akan mampu bangkit
dari kematiannya karena fisiknya telah hancur, tetapi mayit itu mampu bangkit
dari kematian seperti ditunjukkan Isa Al-Masih as dengan mukjizatnya. "Sesungguhnya manusia hidup bukan dari roti
semata, tapi dari firman Tuhan"