Oleh Syahid Ayatullah Murtadha Muthahhari (‘Ulama, Faqih, dan Filsuf)
Nabi Muhammad bin Abdullah
saw adalah nabi terakhir. Lahir pada tahun 570 M di Mekah. Diutus menjadi nabi
ketika berusia empat puluh tahun. Selama tiga belas tahun Nabi saw berdakwah
Islam di Mekah. Di Mekah Nabi saw mengalami banyak sekali kesulitan. Selama
periode Mekah ini Nabi saw mendidik beberapa orang pilihan. Kemudian Nabi saw
hijrah ke Madinah. Di Madinah Nabi saw mendirikan sentranya. Selama sepuluh
tahun Nabi saw terang-terangan berdakwah Islam di Madinah. Nabi saw melakukan
sejumlah perang yang berhasil menundukkan kaum Arab yang arogan. Pada akhir
periode ini seluruh jazirah Arab memeluk Islam. Al-Qur'an Suci diwahyukan
kepadanya secara bertahap dalam waktu dua puluh tiga tahun. Kaum Muslim
memperlihatkan dedikasi yang luar biasa dan takzim kepada Al-Qur'an dan kepada
pribadi Nabi Muhammad saw. Nabi saw wafat pada tahun 11 H pada tahun ke-23 misi
kenabiannya dalam usia enam puluh tiga tahun. Nabi saw meninggalkan suatu
masyarakat yang belum lama lahir, suatu masyarakat yang penuh dengan semangat
spiritual, suatu masyarakat yang mempercayai suatu ideologi yang konstruktif
dan yang menyadari tanggung jawabnya di dunia.
Ada dua hal yang memberi
masyarakat yang baru lahir ini semangat antusiasme dan persatuan: Pertama,
Al-Qur'an yang menyemangati kaum Muslim, yang senantiasa dibaca oleh kaum
Muslim. Kedua, pribadi mulia dan berpengaruh Nabi saw yang sangat memesona kaum
Muslim. Kini kami bahas secara ringkas pribadi Nabi Suci saw.
Masa Kanak-kanak
Muhammad saw masih berada
dalam rahim ibundanya, ketika ayahandanya, yang kembali dari perjalanan bisnis
ke Syiria, meninggal di Madinah. Kemudian Abdul Muthalib, kakeknya, mengambil
alih pengasuhannya. Sejak kanak-kanak, tanda-tanda bahwa kelak dia akan menjadi
nabi sudah terlihat jelas dari keistimewaan dan perilakunya. Abdul Muthalib
secara intuitif mendeteksi bahwa cucunya memiliki masa depan yang luar biasa
cemerlang.
Muhammad saw baru berusia
delapan tahun ketika kakeknya juga meninggal. Dan sesuai dengan wasiat
kakeknya, pengasuhan Muhammad saw diberikan kepada paman Muhammad saw yang
bernama Abu Thalib as. Abu Thalib as juga terkejut ketika tahu bahwa perilaku
anak ini beda dengan perilaku anak-anak lainnya. Tak seperti anak-anak sekitamya,
Muhammad saw tak pemah tamak dengan makanan. Dan tak seperti adat yang berlaku
pada masa itu, Muhammad saw selalu menyisir rapi rambutnya, dan wajah serta
tubuh Muhammad saw selalu bersih.
Suatu hari Abu Thalib
ingin Muhammad saw berganti pakaian di hadapan Abu Thalib sebelum pergi tidur.
Si kecil Muhammad saw tak menyukai keinginan seperti itu. Namun karena tak
dapat mentah-mentah menolak keinginan pamannya, si kecil Muhammad saw meminta
pamannya untuk memalingkan mukanya ketika Muhammad saw melepaskan pakaiannya.
Tentu saja Abu Thalib kaget, karena orang dewasa Arab sekalipun pada masa itu
tak menolak bila diminta telanjang bulat di hadapan orang lain. Kata Abu
Thalib: "Aku tak pernah mendengar dia berbohong, juga tak pernah aku
melihat dia melakukan sesuatu yang tak senonoh. Kalau perlu saja Muhammad
tertawa. Dia juga tak ingin ikut dalam permainan anak-anak. Dia lebih suka
sendirian, dan selalu sopan, rendah hati dan bersahaja."
Tak Suka Nganggur dan Malas-malasan
Beliau saw tak suka
nganggur dan bermalas-malasan. Beliau saw senantiasa mengucapkan: "Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, ketidakberdayaan dan sesuatu
yang tak ada nilainya." Beliau saw selalu menyuruh kaum Muslim untuk
bekerja keras dan kreatif. Beliau saw selalu mengatakan bahwa kemuliaan itu
memiliki tujuh bagian, dan bagian terbaiknya adalah mencari nafkah dengan
halal.
Jujur
Nabi saw, sebelum diutus
menjadi rasul, mengadakan perjalanan ke Syiria untuk kepentingan Khadijah as.
Dan Khadijah as ini di kemudian hari menjadi istrinya. Perjalanan ini, lebih
dari sebelumnya, memperjelas kejujuran dan efisiensinya. Kejujuran dan
keandalannya jadi begitu terkenal, sampai-sampai dia mendapat julukan tepercaya
(al-Amin). Orang mempercayakan penjagaari harta mereka yang berhafga kepada
Muhammad saw. Bahkan setelah diutus menjadi rasul, meskipun memusuhinya, kaum
Quraisy tetap saja menyerahkan penjagaan harta berharga mereka kepadanya karena
merasa yakin akan aman di tangannya. Itulah sebabnya ketika hijrah ke Madinah,
Muhammad saw meninggalkan Imam Ali bin Abi Thalib as untuk beberapa hari demi
mengembali-kan titipan kepada para pemiliknya.
Menentang Kezaliman
Pada masa pra-Islam, ada
perjanjian yang dibuat oleh para korban kekejaman dan kezaliman dengan tujuan
untuk melakukan upaya bersama guna melindungi kaum tertindas terhadap para
tiran yang zalim. Perjanjian ini dikenal dengan nama "Hilful Fudhûl".
Perjanjian ini dibuat di rumah Abdullah bin Jad'in di Mekah oleh tokoh-tokoh
penting tertentu pada masa itu. Kemudian, selama masa kenabiannya, Muhammad
sering menyebut perjanjian ini. Beliau mengatakan masih mau ikut dalam
perjanjian serupa, dan tak mungkin melanggar isi perjanjian.
Sikap Terhadap Keluarga
Muhammad saw baik hati
sikapnya terhadap keluarganya. Terhadap istri-istrinya, Muhammad saw tak pernah
kasar sikapnya. Orang-orang Mekah pada umumnya merasa aneh dengan perilaku baik
seperti itu. Nabi saw mentoleransi perkataan sebagian istrinya yang terasa
menyakitkan hati, meskipun perkataan semacam itu tidak disukai sebagian
istrinya yang lain. Nabi dengan penuh empati mengajak para pengikutnya untuk
bersikap baik hati terhadap istri-istri mereka, karena, seperti sering kali
diucapkannya, lelaki dan perempuan itu keduanya sama-sama memiliki sifat baik
dan sifat buruk. Suami tidak boleh cuma gara-gara kebiasaan istrinya yang tak
menyenangkan lalu menceraikannya. Jika suami tak menyukai beberapa sifat
istrinya, istri tentu memiliki sifat-sifat lain yang menyenangkannya. Dengan
demikian urusannya jadi seimbang. Nabi Suci saw sangat menyayangi anak-anak dan
cucu-cucunya. Nabi saw memperlihatkan rasa cinta dan kelembutan hatinya kepada
mereka. Nabi saw mencintai mereka, memangku mereka, mendudukkan mereka di atas
kedua bahunya dan menciumi mereka. Semua ini bertentangan dengan adat dan kebiasaan
masyarakat Arab pada masa itu.
Nabi saw juga
memperlihatkan rasa cinta dan kasih sayang kepada anak-anak kaum Muslim. Nabi
saw memangku mereka dan mengusap-usap kepala mereka. Para ibu sering kali
membawa anak-anak mereka kepada Nabi saw untuk mendapatkan berkahnya. Bahkan
pernah ada kejadian anak mengencingi pakaian Nabi saw. Dan para ibu pun jadi
marah serta merasa malu. Sebagian ibu mencoba menghentikan anak main air. Namun
Nabi Suci Saw. meminta ibu-ibu itu untuk tidak mengganggu anak tersebut. Nabi
saw mengatakan bahwa anak itu akan membersihkan pakaiannya kalau pakaian itu
kotor.
Sikap Terhadap Sahaya
Nabi saw luar biasa baik
hati sikapnya terhadap kaum sahaya. Nabi saw suka mengatakan kepada orang bahwa
sahaya adalah saudara. Nabi saw mengatakan: "Beri mereka makanan sepeiti
yang kamu makan, pakaian seperti yang kamu pakai. Jangan paksa mereka
mengerjakan sesuatu yang terlalu sulit bagi mereka. Beri mereka pekerjaan
mereka, dan bantulah mereka dalam melaksanakan pekerjaan. Jangan panggil mereka
dengan sebutan budak, karena semua manusia adalah hamba Allah. Allahlah Tuan
sejati bagi semua manusia. Panggillah sahaya lelaki dan sahaya perempuanmu
dengan panggilan anak muda."
Islam memberikan kepada
kaum sahaya semua kemudahan yang dapat diberikan, kemudahan yang melahirkan
kemerdekaan penuh mereka. Nabi Suci saw menggambarkan perdagangan sahaya
sebagai seburuk-buruk pekerjaan. Nabi saw mengatakan bahwa orang yang
memperdagangkan manusia adalah seburuk-buruk orang di mata Allah SWT.
Bersih, Rapi dan Memakai Wewangian
Nabi saw sangat menyukai
kebersihan, kerapian dan wewangian. Nabi saw mendorong sahabat dan pengikutnya
untuk menjaga kebersihan tubuh dan rumah mereka dan untuk memakai wewangian.
Nabi saw khususnya mengajak mereka untuk mandi dan memakai wewangian pada
hari-hari Jumat agar tak ada bau badan yang tak sedap yang dapat mengganggu
jamaah salat Jumat.
Perilaku Sosial
Dalam kehidupan di tengah
masyarakat, Nabi saw selalu baik hati, riang dan sopan terhadap semua orang.
Nabi saw selalu yang lebih duluan memberikan salam, sekalipun kepada anak-anak
dan para sahaya. Nabi saw tak pernah meregangkan kakinya di hadapan orang, dan
tak pernah berbaring di hadapan orang. Kalau tengah bersama Nabi saw, semua
orang duduk mengelilingi Nabi saw. Tak ada yang punya tempat khusus. Nabi saw
selalu memperhatikan sahabat-sahabatnya. Kalau Nabi saw tak melihat siapa pun
di antara sahabat-sahabatnya itu selama dua atau tiga hari, Nabi saw
menanyakannya. Jika ternyata sahabat itu sakit, Nabi saw menjenguknya. Dan jika
sahabat itu mendapat kesulitan, Nabi saw berupaya memecahkan problemnya. Dalam
majelis, Nabi saw tak pernah bicara atau memberi perhatian hanya kepada
seseorang, namun Nabi saw bicara dan memberikan perhatian kepada semuanya. Nabi
saw tak suka kalau Nabi saw tinggal duduk saja lalu orang melayaninya. Nabi saw
sendiri ikut dalam semua yang harus dikerjakan. Nabi saw suka mengatakan bahwa
Allah SWT tak suka melihat seorang hamba yang merasa unggul sendiri.
Lembut Namun Tegas
Dalam masalah pribadi,
Nabi saw lembut, simpatik dan toleran. Pada banyak peristiwa sejarah, toleransi
Nabi saw merupakan salah satu alasan kenapa Nabi saw sukses. Namun dalam
masalah prinsip ketika mengenai masalah kepentingan masyarakat atau hukum, Nabi
saw tegas dan tak pernah memperlihatkan sikap toleran. Ketika peristiwa
penaklukan atas Mekah dan kemenangan Nabi saw atas kaum Quraisy, Nabi saw
mengabaikan kesalahan-kesalahan yang pernah mereka lakukan terhadap diri Nabi
selama dua puluh tiga tahun. Nabi saw justru menyatakan amnesti umum. Nabi saw
menerima permintaan maaf pembunuh paman tercintanya, Hamzah. Namun Nabi saw
menjatuhkan hukuman kepada seorang wanita Bani Makhzum yang mencuri. Padahal
wanita ini dari keluarga yang sangat terhormat, yang memandang penerapan
hukuman atas dirinya sebagai penghinaan besar bagi keluarga tersebut. Keluarga
ini tak henti-hentinya meminta Nabi saw untuk memaafkannya. Beberapa sahabat
terkenal Nabi saw juga memintakan pengampunan baginya. Namun Nabi saw dengan
marah mengatakan bahwa tidaklah mungkin karena untuk kepentingan seseorang
lalu hukum Allah tidak diterapkan. Pada sore hari itu juga Nabi saw
menyampaikan khotbah:
"Bangsa-bangsa dan
umat-umat terdahulu mengalami kemunduran dan lalu punah akibat mereka bersikap
diskriminatif dalam pelaksanaan hukum Allah. Kalau orang berpengaruh berbuat
kejahatan, dia dibiarkan begitu saja. Namun jika orang lemah dan tak penting
berbuat kejahatan, dia dihukum. Aku bersumpah demi Allah yang di tangan-Nya
jiwaku bahwa aku akan tegas dalam melaksanakan keadilan sekalipun yang berbuat
salah itu salah seorang keluargaku."
Ibadah
Untuk sebagian malam,
terkadang separo malam, dan terkadang sepertiga atau dua pertiga malam, Nabi
saw selalu melakukan ibadah. Meski siang harinya sibuk, khususnya selama Nabi
saw berada di Madinah, Nabi saw tak pernah mengurangi waktu ibadahnya. Nabi saw
menemukan kenikmatan penuh dalam ibadah dan berkomunikasi dengan Allah SWT.
Ibadahnya merupakan ungkapan cinta dan rasa syukur, dan motivasinya bukan
keinginan masuk surga, juga bukan karena takut neraka.
Suatu hari salah seorang
istrinya bertanya kepada Nabi saw, bahwa kenapa Nabi saw begitu kuat
dedikasinya untuk ibadah? Jawab Nabi saw: "Kepada siapa lagi aku mesti
bersyukur, kalau bukan kepada Tuhanku?"
Nabi saw sangat sering
berpuasa. Di samping puasa di bulan Ramadhan dan di sebagian bulan Syakban,
Nabi saw selalu puasa dua hari sekali. Nabi saw selalu melewatkan sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan dengan iktikaf di masjid. Dalam iktikaf ini Nabi saw
mencurahkan segenap waktunya untuk ibadah. Namun kepada umatnya Nabi saw
mengatakan bahwa sudah cukup kalau berpuasa tiga hari setiap bulannya. Nabi saw
suka mengatakan bahwa ibadah dikerjakan menurut kemampuan masing-masing, dan
tidak boleh memaksakan diri, karena kalau dipaksakan, maka efeknya akan buruk.
Nabi saw menentang kehidupan rahib, menentang sikap hidup yang tak mau terlibat
dalam urusan duniawi, dan menentang sikap hidup yang menolak kehidupan
berkeluarga. Beberapa sahabat Nabi saw mengutarakan niat untuk hidup seperti
rahib. Nabi saw mencela mereka. Nabi saw sering mengatakan:
Tubuh, istri, anak-anak
dan sahabat-sahabatmu semuanya punya hak atas dirimu, dan kamu hams memenuhi
kewajibanmu."
Bila salat sendirian,
salat Nabi saw lama, bahkan terkadang Nabi saw berjamjam menunaikan salat
sebelum subuh. Namun bila salat berjamaah, salat Nabi saw tidak lama. Dalam hal
ini Nabi saw memandang penting memperhatikan orang-orang usia lanjut dan
orang-orang yang lemah jasmaninya di antara para pengikutnya.
Hidup Sederhana
Hidup sederhana merupakan
salah satu prinsip hidup Nabi saw. Makanan Nabi saw sederhana. Pakaian yang
dikenakannya sederhana. Nabi saw, bila mengadakan perjalanan, caranya
sederhana. Nabi saw lebih sering tidur di atas tikar, duduk di tanah, dan
memerah susu kambing dengan kedua tangannya sendiri. Nabi saw, bila naik
binatang tunggangan, tidak memakai pelana. Kalau sedang naik binatang
tunggangan, Nabi tak mau ada pengiringnya. Makanan pokok Nabi saw adalah roti
dan kurrna. Nabi saw memperbaiki sepatunya sendiri dan menjahit pakaiannya
sendiri dengan kedua tangannya sendiri. Kendati hidup bersahaja, Nabi saw tak
pernah menganjurkan filosofi asketisisme (hidup dengan disiplin diri yang keras
dan berpantang dari segala bentuk kesenangan atau kenikmatan—pen.). Nabi saw
percaya bahwa uang perlu dibelanjakan untuk kepentingan masyarakat dan untuk
tujuan-tujuan halal lainnya. Nabi saw biasa mengatakan: "Sungguh
menyenangkan kekayaan itu, jika didapat dengan cara yang halal oleh orang yang
tahu cara membelanjakannya." Nabi saw juga mengatakan: "Kekayaan
merupakan bantuan yang baik bagi ketakwaan."
Ketetapan Hati dan Sabar
Tekad atau kemauan keras
Nabi saw sungguh luar biasa. Tekad ini mempengaruhi para sahabatnya juga.
Periode kenabiannya benar-benar merupakan pelajaran tentang kemauan keras dan
kesabaran. Dalam masa hidupnya, beberapa kali kondisi sedemikian rupa sehingga
kelihatannya tak ada lagi harapan, namun tak pernah ada kata gagal dalam
benaknya. Keyakinannya bahwa dirinya pada akhirnya akan sukses, tak pernah
goyah sekejap pun.
Kepemimpinan, Administrasi dan Konsultasi
Sekalipun para sahabat
Nabi saw menjalankan setiap perintah Nabi saw tanpa ragu, dan berulang-ulang
mengatakan percaya penuh kepada Nabi saw dan bahkan mau terjun ke sungai atau
ke dalam kobaran api jika saja Nabi saw memerintahkannya, namun Nabi saw tak
pernah menggunakan cara-cara diktator. Mengenai masalah-masalah yang belum ada
ketentuan khususnya dari Allah SWT, Nabi saw berkonsultasi dengan
sahabat-sahabatnya dan menghargai pandangan mereka, dan dengan demikian membantu
mereka mengembangkan pribadi mereka. Ketika Perang Badar, Nabi saw menyerahkan
persoalan mengambil aksi militer untuk menghadapi musuh, memilih lahan untuk
mendirikan tenda, dan mengenai perlakuan terhadap tawanan, kepada nasihat
sahabat-sahabatnya. Ketika Perang Uhud, Nabi saw berkonsultasi soal perlu
tidaknya tentara Muslim bertempur dari dalam kota Madinah ataukah tentara
Muslim perlu keluar dari kota. Nabi saw juga berkonsultasi dengan para
sahabatnya ketika Perang Ahzab dan Tabuk.
Kebaikan had dan toleransi
Nabi saw, keinginannya untuk mengupayakan ampunan bagi dosa-dosa umatnya,
sahabat-sahabatnya dan konsultasi dengan mereka yang dipandangnya penting,
merupakan faktor-faktor utama yang memberikan sumbangsih bagi pengaruhnya yang
luar biasa di kalangan para sahabatnya. Fakta ini ditunjukkan oleh Al-Qur'an.
Al-Qur'an memfirmankan:
Maka disebabkan rahmat
dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan din dari sekelitingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Âli 'Imrân: 159)
Teratur dan Tertib
Semua tindakan Nabi saw
teratur dan tertib. Nabi saw bekerja sesuai dengan jadwal. Nabi saw mengajak
para sahabatnya untuk berbuat sama. Berkat pengaruh Nabi saw, para sahabat jadi
penuh disiplin. Bahkan ketika Nabi saw memandang perlu merahasiakan keputusan
tertentu agar musuh tidak menaruh syak wasangka terhadap kaum Muslim, para
sahabat serta merta melaksanakan perintah Nabi saw. Misal, Nabi saw pernah
memerintahkan agar para sahabat bergerak esok hari. Keesokan harinya semua
sahabat yang diperintah itu bergerak bersama Nabi saw tanpa tahu maksud
finalnya, dan para sahabat baru tahu maksudnya pada saat-saat terakhir.
Terkadang Nabi saw memerintahkan beberapa orang untuk bergerak ke arah tertentu,
memberikan surat untuk komandan mereka dan memerintahkan agar komandan tersebut
membuka surat itu begitu sampai di tempat tertentu dan agar bertindak sesuai
dengan perintah. Sebelum mencapai tempat tertentu, mereka tidak tahu maksud
mereka dan untuk apa mereka ke sana. Dengan cara ini Nabi saw membuat musuh dan
mata-mata tak tahu apa-apa, dan sering kali musuh serta mata-mata tak
menduganya.
Mau Mendengarkan Kritik dan Tak Suka Pujian yang
Bersifat Menjilat
Terkadang Nabi saw
terpaksa menghadapi kritik para sahabat. Namun tanpa bersikap keras terhadap
mereka, Nabi saw menjelas-kan keputusannya, dan para sahabat pun akhimya mau
menerima. Nabi saw membenci sekali pujian yang bersifat menjilat. Nabi saw
mengatakan: "Lemparkan debu ke wajah orang yang menjilat."
Nabi saw suka bekerja
sempurna. Nabi saw biasa mengerjakan sesuatu dengan benar dan efisien. Ketika
Sa'ad bin Mu'adz meninggal dan kemudian dibaringkan di makamnya, Nabi saw
dengan kedua tangannya sendiri meletakkan batu dan bata di makam Sa'ad persis pada
tempatnya dan dengan efisien. Nabi saw bersabda: "Aku mau segalanya
dikerjakan dengan benar dan efisien."
Memerangi Kelemahan
Nabi saw tidak
mengeksploitasi titik lemah dan kebodohan orang. Nabi saw justru berupaya
memperbaiki kelemahan orang dan membuat orang mengetahui apa yang tidak mereka
ketahui sebelumnya. Pada hari meninggalnya putra Nabi saw yang berusia tujuh
belas bulan, kebetulan terjadi gerhana matahari. Orang pada mengatakan bahwa
gerhana tersebut terjadi karena duka cita yang merundung Nabi saw. Nabi saw
tidak tinggal diam menghadapi pikiran yang keliru ini. Nabi saw kemudian naik
ke mimbar dan mengatakan: "Wahai manusia! Bulan dan matahari adalah dua
tanda dari Allah. Terjadinya gerhana keduanya bukan karena kematian
seseorang."
Memiliki Kualitas Sebagai Pemimpin
Nabi saw memiliki kualitas
maksimum kepemimpinan seperti sifat mau tahu orang, teguh had, efisien, berani,
tak takut menghadapi konsekuensi suatu tindakan, mampu melihat ke depan, mampu
menghadapi kritik, mengakui kemampuan orang lain, mendelegasikan kekuasaan
kepada orang lain yang mampu, luwes dalam masalah pribadinya, keras dalam
masalah prinsip, memandang penting orang lain, memajukan bakat intelektual,
emosional dan praktis mereka, menjauhkan diri dari praktik lalim, tidak meminta
ketaatan buta, bersahaja dan rendah hati, bermartabat dan sangat memperhatikan
pengelolaan sumber daya manusia. Nabi saw sering mengatakan: "Jika kamu
bertiga mengadakan perjalanan bersama, maka pilih salah satu dari kalian sebagai
pemimpin."
Di Madinah, Nabi saw
mendirikan sebuah sekretariat khusus. Nabi saw menunjuk sekelompok orang untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu. Ada ahli tulis wahyu yang bertugas menulis
Al-Qur'an. Beberapa orang diberi amanat membuat draft dan menulis surat khusus.
Beberapa orang diberi tugas mencatat transaksi legal. Beberapa orang diberi
tanggung jawab memegang pembukuan. Beberapa orang diberi tanggung jawab membuat
draft perjanjian. Semua perincian ini dicatat dalam buku sejarah seperti
"Tarikh Ibn Wazih, al-Ya'qubi, at-Tanbîh wa al-Isyrâf karya Mas'udi,
"Mu'jam al-Buldân" karya al-Bilâdzuri dan "at-Thabaqât"
karya Ibn Sa'ad.
Metode Berdakwah
Dalam mendakwahkan Islam,
metode Nabi saw lembut, tidak keras. Nabi saw terutama berupaya membangkitkan
harapan, dan menghindari penggunaan ancaman. Kepada salah seorang sahabat, yang
diutus Nabi saw untuk mendakwahkan Islam, Nabi saw mengatakan:
"Bersikaplah yang menyenangkan, dan jangan bersikap keras. Katakan apa
yang menyenangkan hati orang, dan jangan buat mereka jadi bend."
Nabi saw memiliki
perhatian yang aktif terhadap dakwah Islam. Pernah Nabi saw pergi ke Thaif
untuk berdakwah. Pada musim haji, Nabi saw suka menyeru berbagai suku dan
menyampaikan pesan Islam kepada mereka. Nabi saw pemah mengutus Imam Ali bin
Abi Thalib as dan pada kesempatan lain Mu'adz bin Jabal ke Yaman untuk
berdakwah. Sebelum ke Madinah, Nabi saw mengutus Mus'ab bin Umair untuk
berdakwah di Madinah. Nabi saw mengutus sejumlah sahabat ke Ediiopia. Di
samping untuk menghindari penganiayaan kaum musyrik Mekah, mereka mendakwahkan
Islam di Ethiopia dan memuluskan jalan bagi diterimanya Islam oleh Negus, Raja
Ethiopia, dan 50 persen penduduk Ediiopia. Pada tahun ke-6 Hijrah, Nabi saw
mengirim surat kepada pemimpin sejumlah negara di berbagai bagian dunia dan
mengenalkan kepada mereka tentang kenabiannya. Sekitar seratus surat yang
ditulis Nabi untuk berbagai pemimpin, sampai sekarang masih ada.
Mendorong Pengetahuan
Nabi saw mendorong para
sahabat untuk mencari ilmu. Nabi saw mewajibkan anak-anak mereka untuk belajar
membaca dan menulis. Nabi saw memerintahkan sebagian sahabat untuk belajar
bahasa Syiria kuno. Nabi saw sering berkata: "Setiap Muslim wajib menuntut
ilmu." Nabi saw juga mengatakan: "Di mana pun kamu mendapati satu
ilmu yang berguna, ambillah. Tak masalah apakah ilmu itu ada pada orang kafir
atau orang munafik." "Tuntutlah ilmu sekalipun hams pergi ke negeri
Cina."
Penekanan arti pentingnya
ilmu ini menjadi sebab kenapa kaum Muslim begitu cepat tersebar ke seluruh
penjuru dunia untuk menuntut ilmu dan untuk mencari karya-karya ilmiah. Kaum
Muslim tidak saja menerjemahkan karya-karya ini, namun juga menelitinya. Dengan
begitu mereka menjadi penghubung antara budaya-budaya kuno Yunani, Roma, Iran,
Mesir serta India, dan budaya modern Eropa. Dengan berlalunya waktu, kaum
Muslim sendiri menjadi pendiri salah satu peradaban dan budaya terbesar dalam
sejarah manusia, yang oleh dunia dikenal sebagai peradaban dan budaya Muslim.
Karakter dan perilaku Nabi
saw, seperti sabda dan agamanya, lengkap. Sejarah tak pernah menyaksikan
pribadi lain selain Nabi saw yang berhasil mencapai kesempurnaan dalam semua
dimensi manusia. Memang Nabi saw merupakan seorang manusia yang sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar