Bantuan yang diterima oleh Rusia dari Barat juga langsung masuk ke dalam
kantong kelompok perbankan Yahudi. Ini terungkap ketika Washington Times
melaporkan bahwa Presiden Rusia, Boris Yeltsin, yang marah karena sebagian
besar pemasukan bantuan luar negeri disedot. Pada 16 September, Poundsterling Inggris ambruk ketika para spekulan
mata uang yang dipimpin oleh utusan Rothschild, seorang Yahudi Ashkenazi
bernama George Soros meminjam Poundsterling dan menjualnya untuk Mark Jerman
dengan harapan bisa membayar kembali hutang dalam mata uang yang merosot nilainya
dan mengantongi selisihnya.
Akibatnya, Konselor Bendahara Inggris, Norman Lamont (sebelum menjadi
anggota parlemen, dia adalah seorang bankir modal bersama N.M Rothschild and
Sons), mengumumkan kenaikan suku bunga bank sebanyak 5 % dalam satu hari. Inggris pun
terjerumus ke dalam resesi yang berlangsung bertahun-bertahun ketika banyak
bisnis jatuh dan pasar perumahan hancur.
1997: Edgar Bronfman, Ketua Konggres Yahudi Dunia, benar-benar memeras 1,5
Miliar Dollar dari Swiss untuk korban-korban holocoust yang dia klaim sudah
mendepositokan uang mereka di sana. Dia tidak punya bukti yang cukup, tapi
Pemerintah Swiss menyerah karena Bronfman adalah salah satu pendukung finansial
Presiden Clinton dan Swiss takut akan konsekwensi-konsekwensi diplomatis kalau
mereka tidak melakukannya.
Menariknya, pada tahun tersebut sebuah pengadilan dengan 17 anggota yang
berbasis di Zurich mengatur untuk menyelidiki identitas-identitas 5.500
rekening asing dan 10.000 rekening Swiss yang telah tidur sejak akhir Perang Dunia
II, lalu menemukan bahwa hanya 200 rekening berisi total sekitar 10 juta dolar,
kurang dari 1 % nya 1,5 Miliar Dollar yang diperas oleh Bronfman, bisa dilacak
kembali kepada korban-korban holocoust itu.
Apakah Bronfman mengembalikan sisa 99 % dari 1,5 Miliar Dollar itu kepada
Swiss? Tentu saja tidak, dan kebetulan, sekitar 6 tahun kemudian, dia hampir
tidak memberikan apa-apa kepada para korban holocoust. Orang-orang Yahudi
dituduh menyalahgunakan uang yang mereka dapatkan dengan meniup atas nama "keadilan
untuk korban" holocoust yang belum tentu benar memang korban.
Pada tanggal 2 Mei 1997, Pemimpin Partai Buruh Inggris, Tony Blair,
terpilih sebagai Perdana Menteri. Sedangkan pada 6 Mei di tahun yang sama atau
4 hari sesudahnya, Konselor Bendaharanya, Gordon Brown, mengumumkan bahwa dia
akan memberikan kemerdekaan penuh kepada Bank of England dari kendali politik.
1998: Pada tanggal 18 Januari, Michael Specter menerbitkan sebuah cerita di
New York Times yang berjudul "Trafficker's New Cargo: Naive Slavic Women
(Muatan Baru Para Pedagang Illegal: Wanita-Wanita Slavia yang Naif)".
Kisah ini mengungkap cara mafia Yahudi Rusia mendominasi perdagangan budak
wanita kulit putih dalam pelacuran. Banyak di antara wanita polos yang mereka
tipu itu berakhir di Israel.
2000: Seorang kepala Oligarki Yahudi Rusia, Boris Berezovsky, melarikan diri
ke London agar tidak ditangkap di Rusia dan mengalihkan urusan bisnisnya kepada
pelindungnya, seorang Yahudi Rusia lainnya, Roman Abramovich, yang kemudian
membeli Chelsea Football Club.
Pada 1 Oktober, Rome Observer menampilkan sebuah cerita tentang
bagaimana polisi Italia memutus jaringan pedofilia yang telah menculik
anak-anak non-Yahudi berusia antara 2 dan 5 tahun dari panti asuhan, lalu
memperkosa dan membunuh mereka. Jaringan pedofil (terdiri dari 11 anggota geng
Yahudi) ini telah memfilmkan pemerkosaan dan pembunuhan tersebut demi
keuntungan industri film porno sadis dan sudah menjual salinannya, lebih dari
1.700 pelanggan telah membayar sebanyak 20.000 Dollar untuk melihat anak-anak
berusia 2 sampai 5 tahun ini diperkosa secara brutal dan dibunuh.
2001: Seorang kepala Oligarki Yahudi Rusia, Vladimir Gusinsky, melarikan diri
ke Rusia. Di sana dia menghadapi tuntutan pencucian uang, lalu bersembunyi di
Israel. Dia berkewarganegaraan ganda Rusia dan Israel.
2003: Seorang kepala Oligarki Rusia, Mikhail Khodorkovsky, ditahan di penjara
Rusia dengan tuduhan penipuan, penggelepan dan mangkir pajak.
2005: Pada tanggal 30 September, surat kabar Denmark, Jyllands-Posten,
menerbitkan 20 ilustrasi kartun. Sebagian besar di antaranya menggambarkan Nabi
Muhammad. Kartun-kartun ini lalu dicetak ulang di lebih 50 negara yang mengakibatkan
protes skala besar dari komunitas muslim sedunia.
Alasan tepat dari percetakan kartun ini adalah untuk menyulut ketegangan
antara dunia Barat dan komunitas muslim. Menariknya, editor budaya
Jyllands-Posten yang bertanggung jawab atas terbitan asli kartun-kartun ini
adalah Flemming Rose, seorang Yahudi.
Pada 5 Desember, setelah tuduhan dari para perevisi holocoust bahwa
pemimpin-pemimpin Perang Dunia II tidak pernah menyebutkan holocoust
orang-orang Yahudi di kamar-kamar gas. Richard Lynn, Profesor Emeritus di
University of Ulster, melaporkan penelitiannya tentang masalah ini:
"Saya telah memeriksa tulisan dan pidato Perang Dunia II Churchill
dan pernyataannya sangat tepat, tidak sekali pun dia menyebut "kamar gas
Nazi", genosida orang Yahudi", atau "enam juta" korban
Yahudi dalam perang".
Pada 6 Desember, David Cameron terpilih sebagai Pemimpin Partai
Konservatif Inggris. Cameron adalah kesukaan lama Keluarga Rothschild. Cameron
telah menjadi penasehat khusus Norman Lamont ketika dia menumbangkan ekonomi
Inggris untuk Keluarga Rothschild pada tahun 1993. Cameron juga punya hubungan
dengan keluarga kerajaan Inggris.
Menariknya, organisasi "Conservative Friends of Israel (Teman-Teman
Konservatif bagi Israel)" berkoar dengan bangga di situs mereka bahwa
lebih dari dua pertiga anggota konservatif Inggris di parlemen adalah anggota
organisasi mereka. Hal ini sungguh menjadi luar biasa, karena angka pemerintah
resmi mengungkapkan bahwa orang-orang Yahudi hanya mewakili kurang dari
setengah persen penduduk Inggris.
2006: Sejarawan Inggris, David Irving, dihukum 3 tahun penjara di Austria
karena menyangkal holocoust orang-orang Yahudi pada Perang Dunia II. Penting
untuk dicatat bahwa satu-satunya peristiwa sejarah yang bisa membuat anda
ditangkap karena mempertanyakannya adalah holocoust ini.
Dinasti Rothschild di Asia
1830: David Sassoon (seorang Yahudi dan bankir Yahudi untuk David Sassoon and
Co., dengan cabang-cabang di Cina, Jepang dan Hongkong) menggunakan monopoli
perdagangan opium di daerah ini atas nama Rothschild, untuk mengendalikan
Pemerintah Inggris untuk memperjualbelikan 18.956 peti opium. Ini menghasilkan
jutaan Dollar bagi Keluarga Rothschild dan keluarga kerajaan Inggris.
1836: David Sassoon meningkatkan perdagangannya di Cina sampai lebih dari
30.000 peti opium pertahun, dan kecanduan obat-obatan di kota-kota pesisir
menjadi endemis.
1839: Cina mengalami kecanduan opium yang merajalela yang mengisi kocek David
Sassoon, keluarga kerajaan Inggris dan Keluarga Rothschild. Akibatnya, Kaisar
Manchu memerintahkan perdagangan opium dihentikan. Dia memilih Komisioner
Kanton, Lin Tse Hu, sebagai pemimpin kampanye melawan opium. Lin Tse Hu
mengatur penyitaan 2.000 peti opium Sassoon dan membuangnya ke sungai. David
Sassoon memberi tahu Keluarga Rothschild yang menuntut angkatan bersenjata
Inggris untuk membalas demi melindungi bisnis perdagangan narkoba mereka.
Angkatan bersenjata Inggris menyerang kota dan memblokade pelabuhan.
Tentara Cina sudah berkurang hingga tinggal sepersepuluhnya saja akibat
kecanduan opium, dan terbukti bukan tandingan tentara Inggris. Perang berakhir
pada tahun 1942 dengan penandatanganan Pakta Nanking, yang isinya:
Pengesahan penuh perdagangan opium di Cina. Kompensasi bagi David Sassoon 2 juta Poundsterling untuk opium yang
dibuang ke dalam sungai oleh Lin Tse Hu. Kedaulatan Teritorial untuk Raja Inggris atas beberapa pulau lepas
pantai yang dipilih. Ketentuan-ketentuan berikut dirancang untuk menjamin Keluarga Rothschild,
lewat boneka mereka, David Sassoon, hak untuk menyediakan opium bagi segenap
penduduk Cina.
1945: Pada tanggal 16 Juli, dilakukan uji coba atom pertama yang berhasil di
Situs Trinity, 200 mil ke Selatan Los Alamos. Penciptanya, J. Robert
Oppenheimer, seorang Rothschild, yang menyatakan:
"Saya menjadi kematian, penghancur dunia".
Dan pada bulan itu juga, ledakan berikutnya di Jepang mengakibatkan
matinya 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 orang di Nagasaki.
1949: Pada 1 Oktober, Mao Tse Tung menyatakan didirikannya Republik Rakyat
Cina (RRC) di lapangan Tiananmen, Beijing. Dia didanai oleh Komunisme yang
diciptakan oleh Rothschild di Rusia dan ditangani oleh utusan-utusan
Rothschild., yaitu:
Salomon Adler, mantan pejabat Bendahara Amerika Serikat yang juga
mata-mata Soviet; Israel Epstein, putera seorang Bolsheviks Yahudi yang dipenjara oleh
Tsar Rusia karena berusaha menyulut revolusi di sana; Frank Coe, pejabat terdepan IMF yang dimiliki oleh Rothschild
1984: Mossad terjerumus masalah. Mereka melatih angkatan bersenjata khusus
Sri Langka dan pemberontak Macan Tamil dari Sri Langka di sekolah pelatihan
Mossad yang sama, Kfar Sirkin, Israel. Ini terjadi setelah menjual kursus
latihan militer kepada kedua belah pihak, sebagai langkah maju dari Keluarga
Rothschild yang mendanai kedua pihak dalam perang. Dan ketika kedua faksi pergi
untuk kembali ke Sri Langka, tidak ada yang tahu bahwa musuh mereka dilatih di
perkemahan yang sama oleh organisasi yang sama.
1988: Pada tanggal 17 Agustus, Presiden Pakistan, Jenderal Zia ul Haq,
dibunuh dalam sebuah kecelakaan udara. Duta Besar Amerika Serikat untuk India
pada saat itu, John Dean, melaporkan kepada para atasannya bahwa dia punya
bukti kalau Mossad berada di balik pembunuhan ini untuk mencegah Pakistan
mengembangkan bom nuklir. Dean kemudian dituduh mempunyai ketidakseimbangan
mental dan dibebaskan dari tugasnya di Departemen Hubungan Luar Negeri.
Bagaimanapun, dia menolak untuk melepaskan pandangan ini dan membeberkannya
kepada publik pada tahun 2005 ketika dia berusia 80 tahun.
Bolshevisme adalah pelepasan kepemilikan negara Kristen dunia sampai
tingkat tidak ada modal tersisa di tangan orang Kristen. Dengan demikian, semua
orang Yahudi bisa bersama-sama memimpin dunia dan menguasai tempat manapun yang
mereka pilih" (George Pitter-Wilson)
Dinasti Rothschild di Afrika
1899: Berdasarkan temuan jumlah kekayaan yang semakin bertambah besar dalam
bentuk emas dan berlian di Afrika Selatan, Keluarga Rothschild, melalui
utusan-utusan mereka yang bernama Lord Alfred Milner dan Cecil Rhodes, mengirim
400.000 serdadu Inggris ke sana untuk berperang melawan "musuh" yang
terdiri dari 30.000 petani Boer bersenapan yang lebih memilih tidak
meninggalkan tanah mereka.
Selama perang inilah perkemahan terpusat diciptakan, ketika Inggris
mengumpulkan siapa pun yang bersimpati kepada para Boer, termasuk wanita dan
anak-anak, lalu menempatkan mereka di perkemahan-perkemahan tidak sehat dan
dijangkiti demam. Tentara Inggris Rothschild lalu menang perang, dan kekayaan besar
emas dan berlian mengalir ke kocek Keluarga Rothschild.
1972: World Health Organization (WHO, organisasi kesehatan dunia) melakukan
program vaksinasi cacar besar-besaran untuk jutaan orang Afrika. Vaksin cacar
ini ditempeli virus HIV/AIDS sehingga program pengurangan penduduk yang
didukung oleh Rothschild bisa dimulai di kalangan penduduk berkulit hitam
miskin yang tumbuh dengan kecepatan tinggi.
1994: Nelson Mandela terpilih menjadi menjadi Presiden Afrika Selatan yang
digembar-gemborkan oleh penjilat media di seluruh dunia. Ketika media milik
Yahudi memuji hari bersejarah tersebuat bahwa seorang pria berkulit hitam
terpilih untuk memimpin Afrika Selatan.
Sebelumnya, Nelson Mandela menjalani 26 tahun di penjara akibat, di
antara banyak hal lainnya, 193 tuduhan terorisme yang dilakukan sejak 1961
hingga 1963. Dia menyatakan di pengadilannya pada 1964:
"Saya tidak menyangkal bahwa saya melaksanakan sabotase itu".
Apa yang lalai media Yahudi sebutkan adalah bahwa Mandela yang kebetulan
sebelum dikurung menulis pamflet "Cara Menjadi Komunis yang Baik",
sekedar ditempatkan di penjara agar tidak ada gangguan bagi Afrika Selatan yang
dijalankan oleh Keluarga Oppenheimer Rothschild dan khususnya bisnis-bisnis
tambang emas dan berlian mereka.
Memang, Kepala Keluarga Oppenheimer sekarang, Harry Oppenheimer, memiliki
95 % tambang berlian dunia. Tidak mengejutkan bahwa media Yahudi lalai memberi
tahu pembaca kenapa orang-orang kulit hitam di Afrika Selatan memang
mendapatkan Afrika untuk rakyat Afrika, itu karena semua tambang emas dan
berlian (kekayaan Afrika Selatan) masih dikendalikan oleh orang-orang Yahudi.
Maka tidak mengejutkan bahwa African National Conggress (ANC) di Afrika
Selatan dibimbing oleh 2 orang Yahudi Komunis, yaitu Albie Sachs dan Yossel
Mashel Slovo (Joe Slovo). Bahkan, ketika ANC Nelson Mandela mengambil alih
Afrika Selatan, Slovo diangkat menjadi Menteri Perencanaan.
Akibatnya, negara itu menderita penurunan standard yang dramatis bagi
penduduk kulit hitamnya, dan dengan cepat menurun ke status negara yang paling
penuh kekerasan dan kejahatan. Infeksi AIDS melonjak sampai setidaknya 25 %
penduduk kulit hitam. Penerus Mandela, Govan Mbela, setelah menjadi penerus
Mandela sebagai Presiden, menyatakan bahwa kemiskinanlah, bukan HIV, penyebab
AIDS.
2000: Di Tanzania, dengan sekitar 1,3 juta orang sekarat akibat AIDS. Bank Dunia
dan IMF yang bertanggung jawab atas ekonomi Tanzania sejak 1985, memutuskan
Tanzania mengubah periksa gratis di rumah sakit. Mereka juga memerintahkan
Tanzania untuk mengubah biaya sekolah dari sistem pendidikan yang sebelumnya
gratis, lalu mengungkapkan keterkejutan ketika pendaftaran sekolah jatuh dari
80 % menjadi 66 %. Produk Domestik Bruto (PDB) Tanzania jatuh dari 309 Dollar
menjadi 210 Dollar perkapita, standard melek huruf jatuh dan rasio kemiskinan
melarat telah meningkat, meliputi 50 % penduduk.
2004: Para pemimpin Islam di Nigeria Utara, mengklaim kampanye imunisasi United
Nations Children's Fund (UNICEF, Dana Anak-Anak PBB) merupakan bagian dari plot
Amerika Serikat untuk mengurangi penduduk daerah itu dengan menyebarkan AIDS
dan alat-alat sterilisasi. Orang-orang Afrika berkaca uji-uji coba laboratorium
mereka sendiri menunjukkan vaksin itu terkontaminasi. Untuk membuktikan vaksin
itu aman, Pemerintah Amerika Serikat mengirim satu tim ilmuwan, pemimpin agama,
dan lain-lainnya ke sana untuk menyaksikan uji-uji coba vaksin itu di
laboratorium-laboratorium asing. Bagaimanapun, begitu uji-uji coba itu selesai,
mereka menolak untuk merilis hasilnya.
Dinasti Rothschild di Timur Tengah
1875: Keluarga Rothschild mengendalikan Terusan Suez untuk melindungi
kepentingan bisnis besar mereka di daerah itu. Maka Lionel de Rothschild (Anak
Pertama Nathan Mayer Rothschild) memerintahkan Perdana Menteri Yahudi, Benjamin
Disraeli, untuk membeli saham di Terusan Suez dari Khedive Said di Mesir.
Keluarga Rothschild meminjamkan uang kepada Pemerintah Inggris untuk memudahkan
pembelian ini. Karena mereka membutuhkan pemerintahan yang mereka kendalikan
sehingga mereka bisa menggunakan kekuatan militer pemerintah tersebut untuk
melindunginya.
1924: Edmond de Rothschild (Anak Jacob (James) Mayer Rothschild) mendirikan
Palestine Jewish Colonization Association (PJCA) yang memperoleh tanah seluas
lebih dari 500 Km2. Lalu dia mendirikan berbagai usaha bisnis di sana, termasuk mendirikan
industri anggur Israel.
Pada 1 Juli, ketika Edmond de Rothschild meninggalkan rumah sakit Zedek
Shaarei di Yerussalem, Dr. Yaakov Yisrael Dehan dibunuh oleh seorang Zionis
bernama Avraham Tahomi. Ini adalah hasil dari pertemuan organisasinya antara
delegasi para pemimpin ortodoks dan sekelompok pemimpin Arab yang dikepalai
oleh Raja Abdullah. Dr. Dehan adalah pejuang perdamaian bersama para penghuni
Arab veteran di tanah suci, kebalikan langsung dari apa yang diinginkan oleh
para zionis.
1925: Ensiklopedia Yahudi tahun itu membuat pernyataan tentang keberadaan
orang-orang Yahudi Ashkenazi (yang mewakili sekitar 90 % umat Yahudi) dengan
pengakuan mengejutkan bahwa musuh orang Yahudi, yaitu Esau (juga dikenal
sebagai Edom), sesungguhnya merupakan sebagian besar ras Yahudi.
1946: Pada 12 Februari, David Ben-Gurion, orang yang akan menjadi Perdana
Menteri Israel, seorang yahudi Ashkenazi, memerintahkan Menachem Begin, yang
juga akan menjadi Perdana Menteri Israel, juga seorang Yahudi Ashkenazi, untuk
melaksanakan sebuah serangan teoris terhadap Hotel King David di Palestina.
Serangan itu bertujuan untuk berusaha dan mendesak Inggris keluar. Akibat
kejadian ini, 91 orang terbunuh, kebanyakan mereka adalah rakyat sipil: 41
orang Arab, 28 orang Inggris, 17 orang Yahudi dan 5 orang lainnya. Sekitar 45
orang terluka.
Ketika ditanya oleh seorang jurnalis ternama Russell Warren Howe,
tentang apakah dia menganggap dirinya Bapak Terorisme di Timur Tengah. Menachem
Begin dengan bangga menjawab:
"Tidak, di seluruh dunia".
1947: Inggris menyerahkan kendali atas Palestina kepada PBB. PBB memutuskan
Palestina dibagi menjadi 2 negara. Satu Yahudi dan satu Arab, dengan Yerussalem
tetap menjadi Zona Internasional yang dinikmati oleh semua keyakinan agama.
Padahal PBB tidak punya hak untuk memberikan properti Arab kepada
siapapun. Orang Yahudi hanya memiliki 6 % dari total orang Palestina pada saat
itu, tapi Resolusi PBB 181 menghibahkan 57 % tanah Palestina kepada Yahudi.
Dengan demikian, orang Arab Palestina, yang pada saat itu sejumlah 94 %, hanya
disisakan 43 %.
Serangan-serangan teror terhadap Inggris di Palestina berlanjut, selama
musim panas, 3 teroris Yahudi (Jacob Weiss, Meir Nakar dan Aushalom Habib)
ditemukan bersalah atas serangan terhadap penjara Acre pada 4 Mei 1947. Mereka
akan dihukum gantung.
Pada waktu yang sama, geng teroris Irgun yang dikepalai oleh Menachen
Begin, menahan 2 sersan Inggris, yaitu Mervyn Paice dan Clifford Martin,
sebagai tawanan untuk 3 teroris Yahudi di atas.
Eksekusi para teroris dilakukan, dan para sersan Inggris ditemukan
dieksekusi juga, digantung dari 2 pohon eukaliptus. Tidak puas dengan membunuh
para prajurit Inggris ini, orang-orang Yahudi meranjau mayat mereka.
Menariknya, sebuah surat kabar Inggris, Daily Express, pada awalnya
memasang di berita utama sebuah foto besar kedua prajurit ini digantung di
pohon, tapi halaman depan ini sudah dihapus dari arsip Daily Express. Pemilik
Daily Express adalah Richard Desmond, seorang pornografi Yahudi.
1948: Pada dini hari tanggal 19 April, 132 teroris Yahudi dari geng Irgun yang
dipimpin oleh Menachem Bagin, dan geng Stren yang dipimpin oleh Yitzhak Shamir
memimpin pembantaian 200 pria, wanita dan anak-anak saat mereka sedang tidur
dengan damai di sebuah desa Arab bernama Deir Yassin.
Sesudah PBB mengubah Palestina menjadi sebuah negara Yahudi merdeka dan
sebuah negara Arab merdeka pada 15 Mei 1948, orang-orang Israel meluncurkan
serangan militer lainnya kepada orang-orang Arab (Palestina) dengan alat-alat
pengeras suara di atas truk-truk yang meraung-raung kepada orang-orang Arab
bahwa kalau mereka tidak segera pergi, mereka akan dibantai.
Sebanyak 800.000 orang Arab yang teringat pembantai Deir Yassin kabur
dengan panik sambil meninggalkan akta kelahiran mereka. Negara Israel kemudian
meluluskan hukum bahwa hanya orang Arab yang bisa membuktikan kewarganegaraan
mereka yang boleh kembali ke tanah mereka. Itu berarti 400.000 orang Arab tidak
bisa kembali dan kehilangan semua properti yang mereka miliki di sana.
Setelah rangkaian kejahatan perang genosida perbuatan Yahudi ini,
orang-orang Yahudi sekarang menguasai 78 % bekas Palestina, dibandingkan dengan
57 % yang telah diberikan kepada mereka secara illegal oleh PBB yang
dikendalikan oleh Yahudi. Ironisnya, orang-orang Arab, banyak di antara mereka
orang Kristen, tidak akan pernah mendapat ganti rugi atas rumah, properti dan
bisnis yang dicuri dari mereka selama genosida ini.
1954: Agen-agen Israel merekrut warga Mesir keturunan Yahudi untuk mengebom
sasaran-sasaran Barat di Mesir, untuk mengkambinghitamkan orang-orang Arab. Ini jelas
merupakan usaha untuk merusak hubungan Amerika dan Mesir. Menteri Pertahanan
Israel, seorang Yahudi Ashkenazi bernama Pinhas Lavon akhirnya dicopot dari
jabatannya, meskipun banyak orang berpikir sesungguhnya David Ben-Gurion lah
yang bertanggung jawab.
1957: Dalam sebuah invansi gabungan Inggris, Israel dan Perancis di Terusan
Suez, Ariel Sharon mengomando unit-unit yang membunuh tawanan-tawanan perang
Mesir, begitu pula para pekerja sipil Sudan yang ditangkap oleh orang-orang
Yahudi. Total 273 tahanan tak bersenjata dieksekusi dan dibuang ke
kuburan-kuburan massal. Cerita ini dipendam selama hampir 40 tahun sampai
muncul edisi 16 Agustus 1995 London Daily Telegraph.
1967: Perlakuan orang-orang Yahudi terhadap orang-orang Palestina akhirnya
menyulut kemarahan dunia Arab terutama di Mesir, Yordania dan Suriah untuk
bersiap-siap di perbatasan Israel. Ketiga negara ini mendadak diserang oleh
Israel, akibatnya, Sinai dicuri dari Mesir, sedangkan West Bank dan sungai
Yordania dicuri dari Yordania. Bahkan pada 9 Juni 1967, Israel secara illegal menduduki
Dataran Tinggi Golan yang direbutnya dari Suriah. Daerah ini lalu menyediakan
sepertiga air bersih Israel.
1973: Dalam usaha untuk mendapatkan tanah-tanah yang dicuri Israel tersebut.
Mesir, Yordania, Suriah dan Irak menyerang Israel dan mendesak pasukan Israel
untuk mundur. Karena Israel terancam kalah, pemerintah Amerika Serikat yang
dikendalikan oleh Yahudi mengirim banyak peralatan dan persenjataan militer
Amerika Serikat dari uang pajaknya untuk mendukung tentara Israel. Bahkan
Pemerintah Amerika Serikat menyiagakan angkatan bersenjata Amerika Serika baik
di Jerman maupun di Fort Bragg, Carolina Utara sehingga sewaktu-waktu bisa
dikirim ke Israel untuk membantu tentara Israel dalam perang ini.
1977: Pada tanggal 25 Desember, Knesset Israel meluluskan hukum anti
missionaris, 5738-1977, yang mendekritkan bahwa kalau ada orang Kristen
non-Yahudi memberikan sebuah Perjanjian Baru kepada seorang Israel, dia bisa
dipenjara sampai 5 tahun.
1978: Pada bulan Maret, tentara Israel memasuki Lebanon Selatan dan menduduki
bentangan tanah 6 mil ke utara perbatasan mereka. Peristiwa ini akibat serangan
kepada Israel dengan terbunuhnya 30 orang penumpang sebuah bus. Dari situ mereka
meluncurkan serangan-serangan bom Cluster tanpa pandang bulu. Serangan ini
mengakibatkan kematian lebih dari 1.500 orang Lebanon dan Palestina, kebanyakan
di antara mereka adalah rakyat sipil.
1981: Pada tanggal 10 Juli, kekerasan lagi-lagi meledak di Lebanon Selatan dan
Israel lagi-lagi membombardir Beirut hingga membunuh 450 orang. Menurut Kurt
Waldheim, Sekretaris Jenderal PBB, angkatan udara Israel membombardir
sasaran-sasaran Palestina di Lebanon Selatan.
1982: Dari 16 sampai dengan 18 September, Ariel Sharon, seorang Yahudi
Ashkenazi sekaligus orang yang akan menjadi Perdana Menteri Israel lalu Menteri
Pertahanan, dengan hati-hati mengatur invansi Israel ke Lebanon, yang
menyediakan penerangan udara untuk memudahkan pembunuhan antara 1.000 sampai
2.000 wanita dan anak-anak dalam pembantaian Sabra dan Shatilla. Mereka
menyebut operasi ini dalam Yahudi Inggris, "Operasi Kedamaian untuk
Galilee". Sharon lalu mengalihkan perhatiannya ke ibukota Beirut, dan
dalam rangkaian serangan udara terhadap sasaran-sasaran sipil, setidaknya
18.000 rakyat sipil Lebanon dan Palestina terbunuh.
Publik diberitahukan alasan invansi illegal terhadap Lebanon untuk
menghentikan serangan-serangan lintas perbatasan oleh para gerilyawan Palestina
di Lebanon Selatan terhadap pemukiman-pemukiman utara Israel. Bagaimanapun,
alasan sesungguhnya baru diketahui ketika penjagalan ini dihentikan, begitu
pemimpin Palestinian Liberation Organisation (PLO, Organisasi Pembebasan
Palestina), Yasser Arafat, yang tinggal di Beirut, kabur ke Tunisia.
1985: Israel menjalankan "Operasi Hitam" di kapal pesiar
"Achille Lauru", ketika kapal itu berlayar dari Alexandria ke Port
Said, Mesir. Kapal ini dibajak, Israel semakin memperburuk posisinya, ketika
seorang penumpang berkursi roda, seorang Yahudi Amerika, Leon Klinghoffer,
dieksekusi dan dilempar ke luar kapal, menyebabkan seluruh dunia marah,
terutama di Amerika. Lebih jauh lagi, orang-orang Yahudi memastikan hal ini
menjadi berita utama hari itu di seluruh dunia di media cetak dan televisi.
Taktik ini dijelaskan dalam buku "Profits of War (Keuntungan
Perang)". Di dalamnya mantan penasehat intelijen khusus untuk Perdana
Menteri Israel, Yitzhak Shamir, Ari Ben-Menashe, menjelaskan bagaimana
intelijen Israel telah mendanai kelompok-kelompok teror Palestina untuk
melakukan serangan kepada sasaran-sasaran Israel, agar dunia terutama Amerika,
bersimpati kepada Israel dan orang-orang Yahudi serta membenci orang-orang
Palestina.
1991: Menyusul invansi Irak terhadap Kuwait pada 2 Agustus 1990, pada 6 januari
1991, Amerika Serikat dan Inggris memulai rentetan pengeboman udara ke
sasaran-sasaran di dalam Irak. Pada 24 Februari, rentetan serangan darat di
mulai yang berlangsung selama 100 jam sampai 28 Februari, ketika sebuah
kejahatan terjadi.
Kejahatan ini adalah pembantaian 150.000 tentara Irak dengan bahan bom
udara bahan bakar. Orang-orang Irak ini melarikan diri lewat jalan tol yang
padat dari Kuwait ke Basrah. Presiden George Herbert Walker Bush memerintahkan
pesawat udara Amerika Serikat dan unit-unit darat untuk membunuh tentara yang
menyerah ini, yang kemudian di buldozer ke dalam kuburan massal tanpa tanda di
gurun pasir.
Kejadian ini bertepatan dengan jatuhnya Hari Purim (hari libur Yahudi) pada
tahun tersebut. Inilah hari orang-orang Yahudi merayakan kemenangan mereka atas
Babilonia kuno yang sekarang bertempat di dalam batas-batas Irak, dan hari
ketika orang-orang yahudi didorong untuk mendapatkan pembalasan berdarah
terhadap musuh-musuh mereka, yang Purim nyatakan pada dasarnya adalah semua
orang non-Yahudi.
1993: Pada 25 Juli, tentara Israel meluncurkan "Operasi
Pertanggungjawaban" terhadap Lebanon Selatan sebagai tanggapan terhadap
serangan tentara Hizbullah yang membunuh 7 prajurit Israel di Israel Utara.
Serangan Israel ini merupakan rangkaian serangan udara sepanjang minggu yang
membunuh 130 rakyat sipil Lebanon dan 300.000 orang lainnya terpaksa melarikan
diri dari rumah mereka.
1994: Pada 25 Februari, tepatnya pada hari Purim, di Israel, Dr. Baruch Kappel
Goldstein, yang melayani sebagai seorang dokter di Israeli Defense League (IDF,
Liga Pertahanan Israel), dan merupakan keturunan langsung dari Rabi Shneur
Zalman dari Liadi, pendiri gerakan Chabad Lubavitch, memasuki mesjid cave of
the Patriachs (gua para kepala keluarga) saat shalat dan membunuh 29 orang
muslim serta melukai 125 orang lainnya. Dia melakukan ini dengan menembaki mereka dengan sebuah
senjata otomatis. Akhirnya dia kalah jumlah oleh orang-orang yang selamat dan
dihajar sampai mati.
Hanya 2 hari setelah pembantaian Goldstein, Rabi Yaacov Perrin menyatakan:
"Satu juta orang Arab tidak sebanding dengan kuku
jari seorang Yahudi".
1996: dalam rangkaian serangan militer Israel terhadap tentara Hizbullah di
Lebanon Selatan yang disebut "Operation Grapes of Wrath (Operasi Anggur
Kemurkaan)", tentara Israel melancarkan semua roket kepada sebuah ambulans
di Beirut, membunuh 6 orang rakyat sipil, yaitu 2 wanita dan 4 anak-anak.
Kurang dari seminggu kemudian, tepatnya pada 18 April, Israel melakukan
"Tragedi yang Mengerikan" lagi ketika mereka dengan sengaja menembaki
sebuah perkemahan perlindungan PBB di desa Qana, Lebanon Selatan, membunuh 106
rakyat sipil Lebanon yang sedang mengungsi di sana. Mereka mengungsi ke sana
karena tahu tempat itu disetujui menjadi tempat tanpa pertempuran antara
tentara Hizbullah dan Israel yang sedang berperang.
2002: Perdana Menteri Israel, seorang penjahat perang, Ariel Sharon,
memerintahkan genosida Yahudi lainnya dengan pembantaian di perkemahan
pengungsi Jenin di West Bank. Sebagai tanggapan atas pembunuhan ini, Presiden
Bush awalnya menuntut tentara Israel langsung ditarik dari kota-kota Palestina.
Ariel Sharon secara publik menolak melakukannya. Bush pada 18 April 2002
menyatakan hal berikut ini:
"Ariel Sharon adalah orang yang damai".
2003: Pada 16 Maret, seorang Amerika berusia 23 tahun, Rachel Corrie, pergi
ke jalur gaza untuk melindungi orang-orang Palestina dari kejahatan perang
Israel yang dilakukan di sana. Dia terbunuh saat berusaha mencegah penggusuran
rumah seorang ahli farmasi Palestina, yang tinggal bersama isterinya dan 3 anak
mereka yang masih kecil. Ketika Corrie berdiri di depan rumah ini untuk
memprotes di depan sebuah Buldozer Caterpillar D9 milik Israeli Defence Force
(IDF), dia dengan sengaja dilindas oleh supir Buldozer itu.
Amerika Serikat tidak melakukan apa-apa untuk mengkritik Israel atas
peristiwa ini. Amerika Serikat menerima saja alasan mereka bahwa ini adalah
kecelakaan. Padahal beberapa saksi mata yang tanpa ragu berkata bahwa tindakan
ini disengaja dan bahkan ada bukti foto ketika pembunuhan ini terjadi di siang
hari, Corrie sedang mengenakan jaket orange terang.
2006: Hamas terpilih berkuasa dalam pemilihan umum Palestina. Israel menuntut
agar bantuan dihentikan untuk Palestina, dan dilakukan dengan taat oleh Amerika
Serika, Uni Eropa dan Kanada. Ini untuk mendukung cita-cita jangka panjang
Israel, yaitu genosida seluruh rakyat Palestina yang menolak meninggalkan Palestina.
Mantan Agen Mossad, Victor Ostrovsky, meramalkan bahwa terjadinya hal
ini pada halaman 252 di dalam bukunya "The Other Side of Deception",
yang diterbitkan pada tahun 1994:
"Kalau Mossad bisa mengatur agar Hamas (Partai Perjuangan Sejati
Rakyat Palestina) mengambil alih jalan-jalan Palestina dari PLO, maka rencana
itu terbukti benar".
Rencana yang dimaksudkannya adalah mendukung elemen-elemen radikal
muslim sehingga para fundamentalis tersebut tidak akan bisa bernegosiasi dengan
Barat.
Pada 12 Juli, 2 prajurit Israel menyasar ke wilayah Lebanon dan
ditangkap sebagai tahanan perang oleh tentara Lebanon. Media Yahudi di seluruh
dunia berteriak bahwa mereka diculik, tapi tidak menyebutkan fakta bahwa Israel
telah menangkap dan memenjarakan lebih dari 9.000 orang Palestina tanpa
peradilan. Israel mulai mengebom Lebanon tanpa pandang bulu.
Sehubungan dengan 9.000 orang palestina yang dipenjara tanpa peradilan.
Artikel 111 hukum Israel memandatkan bahwa pemerintah boleh menahan siapapun
selama waktu yang tidak terbatas, tanpa peradilan dan tanpa menyatakan
tuntutannya.
Ketika media Yahudi melaporkan konflik antara Israel dan Lebanon ini,
mereka tidak menyebutkan jumlah penganut Kristen di Lebanon yang mencapai 40-45
% dari populasi penduduknya. Mereka malah menggambar Lebanon sebagai
segerombolan teroris Al-Qaeda muslim yang jahat. Dalam sebulan, lebih dari
1.000 pria, wanita dan anak-anak Lebanon terbunuh. Ratusan ribu orang terluka, dan seperempat
penduduk negara itu mengungsi.
Perang berakhir dengan Israel menarik diri, banyak orang Yahudi tidak
puas dengan hasil akhir dan menuduh Perdana Menteri Ehud Olmert kalah dalam
perang ini. Bagaimanapun, ketika dia hadir di hadapan Komite Urusan Asing dan
Pertahanan Knesset pada 5 September 2006, dia menyatakan:
"Klaim bahwa kita kalah tidak punya landasan, setengah Lebanon
hancur, apakah itu kekalahan?"
"Tidak
akan pernah ada retorika Hak Asasi Manusia pada orang-orang Yahudi. Kalau pun
ada, itu pasti sebuah kesalahan".
Hak Cipta @ Andrew C. Hitchcock
Tidak ada komentar:
Posting Komentar