Sejarah
perkembangan ilmu fisika menunjukkan suatu hal yang menarik. Salah satu hal
yang menonjol adalah adanya upaya penyatuan/unifikasi berbagai hukum alam
menjadi satu ide tunggal yang bisa menjelaskan dua hal atau lebih yang
sebelumnya dianggap tidak berhubungan. Isaac Newton dapat dicatat sebagai
pencetus yang sukses dalam usaha unifikasi ini, dimana teori gravitasi yang dia
sodorkan dapat menjelaskan bahwa gaya yang menyebabkan apel jatuh ke bumi
adalah sama dengan yang menyebabkan bulan mengelilingi bumi. Penggabungan gaya
yang bekerja di langit (selestial) dan di bumi (terestial) menjadi satu yang
disebutnya gaya gravitasi, membuktikan hal yang fantastik tentang gaya yang
bekerja di alam ini.
Tiga
ratus tahun kemudian, James Maxwell, seorang fisikawan Skotlandia, juga sukses
dalam menggabungkan dua fenomena yang sebelumnya dianggap berbeda: listrik dan
magnet. Persamaan elektro-magnet dari Maxwell menunjukkan bahwa dua fenomena
alam yang berbeda ternyata itu sesungguhnya berasal dari satu prinsip yang
sama.
Unifikasi
selanjutnya menjadi salah satu agenda utama dari fisikawan untuk bisa
menjelaskan berbagai gaya yang bekerja di alam ini menjadi satu ide tunggal
atau satu persamaan induk yang tentunya bisa menjelaskan segala hal. Albert
Einstein pencetus teori relativitas umum yang memperbaiki teori gravitasi
Newton, berusaha pula untuk melakukan unifikasi ini. Dia mencoba untuk
menggabungkan gaya gravitasi dengan gaya elektromagnet karena keduanya bekerja
dalam jagat yang sama serta bergeraknya dalam kecepatan cahaya, sehingga diduga
juga keduanya punya hal mendasar yang sama. Sampai akhir masa hidupnya upaya
penggabungan kedua gaya ini gagal dilakukan oleh Einstein.
Usaha
Einstein tersebut tidak berhasil, karena teori relativitas umum yang telah
sukses menjelaskan bagaimana alam semesta bekerja dan terprediksi dalam
ruang-waktu berdasar gaya gravitasi, tidak bisa digabungkan dengan gaya
elektromagnet yang ternyata juga merupakan gaya yang bekerja dalam jagat yang
sangat kecil, atom dan sub-atom, yang didasari oleh azas ketidakpastian dimana
tingkat kejadian hanya bisa diramalkan dengan probabilitas saja.
Ilustrasi
Multi-Dimensi String
Perkembangan
ilmu fisika menunjukkan bahwa ternyata terdapat empat gaya dasar yang bekerja
di alam semesta ini. Keempat gaya dasar sejauh ini dijelaskan dengan dua teori: mekanika
kuantum yang menjelaskan adanya tiga gaya dasar yang bekerja dalam skala atom; sedangkan ada satu gaya lagi bekerja dalam jagat besar (yaitu
gravitasi). Ketiga gaya dasar
dalam skala atom ini yaitu gaya elektromagnetik (yang mengikat elektron untuk
tertarik ke inti atom dan yang mendasari interaksi antar atom), gaya inti kuat
(yang menyebabkan proton dan netron dalam inti tidak saling tertolak) serta
gaya inti lemah (yang bekerja dalam hal peluruhan sinar beta) telah sukses
dicoba digabungkan dengan apa yang disebut model standar.
Namun
upaya menggabungkan kedua teori besar ini belum berhasil; demikian juga bila
mencoba menggabungkan salah satu ataupun ketiga gaya dasar dari mekanika
kuantum dengan gaya gravitasi tidak pernah berhasil (seperti yang sudah
dilakuan oleh Einstein).
Hal
ini menjadi tantangan yang menarik bagi fisikawan karena untuk menjelaskan
beberapa fenomena alam, keempat gaya dasar ini harus bisa menjelaskannya dengan
tepat. Misalnya pada peristiwa penciptaan alam semesta yang disebut Ledakan
Besar (Big Bang) dimana terdapat kemunculan energi yang sangat besar pada saat
atom-atom belum terbentuk sama sekali; ataupun pada Lubang Hitam (Black Hole)
saat massa bintang yang sangat besar sekali menciut volumenya secara drastis
menjadi sangat kecil sekali. Sejauh ini upaya menjelaskan kedua peristiwa
tersebut dengan menggabungkan keempat gaya dasar tidak pernah sukses, salah
satu alasannya karena memang tidak ada teori tunggal yang bisa digunakan.
Sebagian
fisikawan percaya bahwa alam semesta ini didasari oleh suatu teori tunggal
dibandingkan apa yang dicoba dijelaskan secara terpisah oleh teori relativitas
umum dan mekanika kuantum. Berdasar alasan itu fisikawan mencoba untuk
menggabungkan keempat gaya dasar dalam satu teori tunggal. Ini tentu usaha
pencarian dalam sains yang luar biasa berat, mengingat upaya yang dilakukan
Einsten pun yang mencoba menggabungkan gaya elekromagnetik dengan gaya gravitasi
saja tidak membawa hasil.
Teori
Dawai (String Theory) adalah satu usaha formulasi keempat gaya dasar tadi yang
tengah dikerjakan oleh fisikawan berbagai negara saat ini. Inti dari
teori ini sangat sederhana, semua partikel di alam ini tersusun dari dawai
energi yang lebih kecil dibanding elektron. Teori Dawai ini menyatakan bahwa
semua partikel di alam semesta ini dan semua gaya yang menyebabkan materi
berinteraksi terbuat dari getaran energi tadi. Perbedaan getaran energi dari
dawai ini sangat unik yang menyebabkan munculnya partikel dengan massa dan
muatan berbeda misalnya. Teori ini mulai digagas akhir decade 1960-an dan
mempunyai perkembangan naik-turun. Pada tahun 1980-an tantangan dalam teori
dawai salah satunya adalah adanya anomali perhitungan, dimana kalkulasi
persamaan mendapati hasil yang berbeda (suatu inkonsistensi matematis).
Untungnya
pada tahun 1984 hal ini terpecahkan. Tantangan selanjutnya adalah berkembangnya
teori dawai ini menjadi lima variasi, yang tentu saja membingungkan para penggiatnya,
bagaimana mungkin satu teori dasar tentang alam semesta yang mencoba
menggabungkan empat gaya dasar bisa mempunyai versi yang berbeda-beda? Versi
manakah yang paling benar?
Kabar
baiknya adalah di pertengahan tahun 1990-an kelima teori ini bisa digabungkan
menjadi satu teori saja yang kemudian dinamakan M-Theory. Kalau teori ini
memang benar maka akan sangat membantu dalam menjelaskan tentang kejadian
asal-usul alam semesta ataupun terbentuknya Lubang Hitam. Sayangnya sejauh ini
Teori Dawai tidak mempunyai satu pun konfirmasi yang bisa didapatkan melalui
eskperimentasi laboratorium. Padahal sains
termasuk fisika di dalamnya adalah kegiatan pembuktian satu teori melalui
eksperimen yang wajib bisa direplikasi oleh pihak lain atau dalam kasus astronomi
dan geologi melalui observasi. Sehingga
status String Theory ini belum bisa diterima sebagai satu kebenaran ilmiah.
Malah beberapa fisikawan menganggapnya baru sekelas filsafat, bahkan ada yang
menyebutkan teori ini potensial salah dan selevel dengan fiksi ilmiah saja.
Beberapa
alasan kenapa belum ada bukti eksperimen yang mendukung teori ini menunjukkan
bahwa fisikawan string theory pun belum bisa memahami sepenuhnya tentang teori
ini. Hal lainnya adalah karena apa yang disebut dawai energi pun amat sangat
kecil sekali (sekitar satu per trilyun trilyun dari ukuran satu atom), dimana
tekhnologi seperti akselerator dan detektor yang ada saat ini belum mampu
menginderai-nya.
Berbeda
pada saat sains di sekitar tiga abad yang lalu yang belum banyak berkembang
misalnya, dimana justru hanya dengan observasi saja, ilmuwan bisa melakukan
konseptualisasi suatu teori (misalnya kisah jatuhnya apel yang diamati oleh
Newton dan membuat formulasi teori gravitasi). Sedangkan pada masa sekarang
menunjukkan bahwa makin berkembang dan canggihnya satu disiplin ilmu (dalam hal
ini fisika modern), maka pembuktian satu teori melalui eksperimen harus
dilakukan dan itupun biasanya diisyaratkan dari teori tersebut. Sayangnya,
dalam hal Teori Dawai, sampai saat ini kita belum bisa melakukan hal itu.
Sumber:
Green (2000), The Elegant Universe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar