Kau bertanya bagaimana
kata jadi sajak? Puisi tak pernah meminta dirinya untuk ditulis, sebelum kau
menerima dunia sebagai tempat bermain. Seperti ketika aku duduk dan memikirkannya
sebagai anak-anak. Seperti ketika seorang lelaki ingin tidur di hamparan
dadamu. Dan mungkin kau pernah membacanya dalam sejilid buku cerita, ada banyak
mereka yang menangis tapi tak punya cukup airmata.
Tentu berbeda ketika kau
menonton sebuah sinema yang paling kau suka, di mana kaubayangkan dirimu
sebagai salah-seorang tokohnya. Mungkin seperti selembar foto yang kau lupakan,
lalu teringat kembali ketika membuka album lama. “Sudahkah kau makan malam,
sayang?” dan kau tak perlu menulis surat cinta sekedar untuk bilang rindu atau
kata-kata I love you. Sebab kau telah mengatakannya lewat status fesbukmu.
Dan kemarin, kalau tak
salah di hari Sabtu, kau bilang sedang flu setelah gerimis sehari yang lalu.
Saat itu aku berusaha, tentu saja dengan cermat, memahami jalinan sintaksis
status-status fesbukmu, yang menurutku lebih mirip serial puisi-puisi haiku dan
fiksi bersambung yang tak pernah rampung. “Apa yang sedang kaupikirkan,
sayang?” sungguh aku rindu kamu meski tak kunyatakan lewat status-status
fesbuk-ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar