Ketika itu Mutawakkil
memerintahkan kekuatan militernya untuk menyerang rumah Imam Ali Al-Hâdî as
pada malam hari dan menahannya. Mereka menyerang rumahnya di pertengahan malam
dan menemukannya sedang berada di dalam sebuah kamar yang tertutup. Pada saat
itu, ia mengenakan jubah yang terbuat dari bulu dan duduk di atas pasir dan
kerikil yang terhampar di atas lantai kamar itu dengan menghadap ke arah Kiblat
sembari membaca firman Allah swt:
"Apakah orang-orang
yang berbuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara
kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu"
(Al-Qur’an Surah Al-Jâtsiyah ayat 21).
Mereka membawa Imam
Al-Hâdî as ke hadapan Mutawakkil, sedangkan ia masih tetap dalam kondisi semula
yang menggambarkan nilai spiritualitas para nabi as itu dan Mutawakkil sedang
duduk di depan hidangan khamar dalam kondisi mabuk sempoyongan.
Ketika melihat Imam
Al-Hâdî as, ia menawarkan segelas khamar kepadanya. Imam Al-Hâdî as menghardiknya
seraya berkata: "Demi Allah, daging dan darahku tidak pernah dikotori oleh
khamar untuk selamanya." Mutawakkil menoleh ke arah Imam Al-Hâdî as seraya
berkata: "Senandungkanlah syair untukku." Imam Al-Hâdî as. menjawab: "Aku
tidak banyak meriwayatkan syair." Sang lalim itu memaksa sembari berkata:
"Engkau harus menyenandungkan syair untukku."
Imam Al-Hâdî as tidak
memiliki pilihan lain kecuali harus mengabulkan permintaannya itu. Lalu, ia
membacakan bait-bait syair menyedihkan berikut ini yang dapat merubah sang
lalim yang sedang mabuk sempoyongan itu menjadi sedih dan menangis:
“Mereka hidup di atas puncak kekuasaan dengan dikawal oleh pengawal-pengawal kuat, tapi puncak kekuasaan tak bermanfaat bagi mereka. Mereka diturunkan dari kedudukannya setelah beberapa saat merasa mulia, dan diletakkan di liang kuburan. Oh, alangkah buruknya liang mereka. Sebuah suara menyeru mereka setelah mereka dikuburkan: "Manakah takhta, manakah pernik perhiasan, dan manakah gemerlap mahkota? Manakah wajah-wajah yang sebelumnya bergelimangan nikmat, yang seluruh kelambu dan tirai dibentangkan di hadapannya? Liang kubur pun berbicara ketika ia mempertanyakan mereka: Itulah wajah-wajah itu tengah digerayangi ulat-ulat berpesta-pora. Mereka telah banyak makan dan minum setelah beberapa masa, dan setelah berselang masa yang lama itu, mereka telah jadi mangsa”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar