Nafil adalah seorang budak dari Kilab
bin Luay bin Ghalib al-Quraisy. Setelah majikannya wafat, dia pindah tangan
pada majikan baru, Abdul Muththalib. Selain mempunyai budak baru Nafil, Abdul
Muththalib mempunyai seorang budak wanita bernama Shohhak yang datang dari
Negri Habasyah (Ethiopia). Tugas Nafil adalah menggembalakan unta-unta Abdul
Mutthalib. Sedang tugas Shohhak adalah menggembalakan domba-dombanya.
Lahirnya Khathab
Lahirnya Khathab
Abdul Muththalib memisahkan Nafil dan
Shohhak ke dalam area penggembalaan yang berbeda. Suatu hari mereka bertemu di suatu tempat. Melihat
sosok fisik Shohhak, bangkitlah birahi Nafil. Gayung bersambut, mereka berdua
melakukan hubungan intim. Setiap melakukan tugas pengembalaan mereka saling
memadu kasih hingga Shohhak hamil.
Karena ketakutan akan ketahuan majikan mereka, begitu Shohhak melahirkan, orok yang diberi nama Khathab dibuang oleh Nafil. Pada tengah malam yang sunyi dan gelap, Nafil membuang orok ke tempat penimbunan sampah. Beruntung bagi si orok Khathab, dirinya ditemukan seorang pemulung wanita Yahudi dan selanjutnya dirawat di rumahnya hingga dewasa. Tugas Khathab adalah membelah kayu untuk dijadikan kayu bakar untuk kepentingan ibu pungutnya. Suatu hari pada saat Khathab sedang istirahat dari keletihan membelah kayu, lewatlah Shohhak yang sedang menggiring domba-dombanya. Melihat sosok fisik Shohhak yang menawan, Khathab langsung jatuh birahi. Khathab tidak mengetahui bahwa sejatinya Shohhak adalah ibu kandungnya. Demikian pula Shohhak tidak mengetahui bahwa Khathab adalah anak kandungnya sendiri yang dulu dibuang ke tempat sampah.
Karena ketakutan akan ketahuan majikan mereka, begitu Shohhak melahirkan, orok yang diberi nama Khathab dibuang oleh Nafil. Pada tengah malam yang sunyi dan gelap, Nafil membuang orok ke tempat penimbunan sampah. Beruntung bagi si orok Khathab, dirinya ditemukan seorang pemulung wanita Yahudi dan selanjutnya dirawat di rumahnya hingga dewasa. Tugas Khathab adalah membelah kayu untuk dijadikan kayu bakar untuk kepentingan ibu pungutnya. Suatu hari pada saat Khathab sedang istirahat dari keletihan membelah kayu, lewatlah Shohhak yang sedang menggiring domba-dombanya. Melihat sosok fisik Shohhak yang menawan, Khathab langsung jatuh birahi. Khathab tidak mengetahui bahwa sejatinya Shohhak adalah ibu kandungnya. Demikian pula Shohhak tidak mengetahui bahwa Khathab adalah anak kandungnya sendiri yang dulu dibuang ke tempat sampah.
Khathab Berhubungan Dengan Ibu Kandungnya
Karena
kerap bersua, akhirnya antara Khathab dengan Shohhak terjalin hubungan kasih.
Keduanya melakukan hubungan intim hingga Shohhak pun hamil. Riwayat berlanjut
mirip dengan kejadian saat Khathab lahir, hanya saja hubungan antara Khathab
dengan Shohhak menghasilkan orok wanita.
Karena
ketakutan akan ketahuan majikan mereka, begitu Shohhak melahirkan, orok yang
diberi nama Hantamah dibuang oleh Khathab. Pada tengah malam yang sunyi dan
gelap, Khathab membuang orok ke tempat penimbunan sampah di luar kota Makkah.
Beruntung bagi si orok Hantamah, dirinya ditemukan oleh Hisyam bin al-Mughirah
bin al-Walid.
Berbeda dengan si pemulung Yahudi yang menemukan Khathab, Hisyam mengadopsi dan mendidik Hantamah. Nasab Hantamah pun dinisbahkan pada nasab Hisyam, hingga dalam sejarah tercatat sebagai Hantamah binti Hisyam.
Lahirnya Umar Bin Khathab
Khathab
sering kali datang ke rumah Hisyam bin al-Mughirah bin Al-Walid untuk keperluan
mengirim kayu bakar. Suatu saat tiba-tiba Khathab melihat Hantamah yang muda
belia. Khathab terpesona dan sangat mengagumi. Khathab tidak mengetahui bahwa
sejatinya Hantamah adalah anak dari hubungannya dengan Shohhak, yang juga tak
lain adalah ibu kandungnya sendiri. Berbeda dengan hubungannya dengan Shohhak (ibu kandungnya), kali ini Khathab
mempunyai keberanian untuk meminang Hantamah. Khathab meminangnya pada Hisyam.
Hisyam pun menikahkan Hantamah dengan Khathab. Dari pernikahan Khathab dengan
Hantamah, lahirlah Umar bin Khathab.
Pustaka
(1) Idris Al Husainy Al Maghriby, Lagad
Syayya’atni Al-Husein, Hal. 176-177;
(2) Yusuf Al Bahreiny, Kasykuul, Juz 3, Hal. 212-213, menukil dari Muhammad bin Saib Al Kalby Al-Nassabah dan Abu Mukhannaf Luth bin Yahya Al Azdy Al Nassabah dalam kitab al Sholabah Fi Ma’rifah Al Shohabah
(3) Mashodir Nasab’Umar dalam kitab Al- Dzari’ah, Hal. 141
(2) Yusuf Al Bahreiny, Kasykuul, Juz 3, Hal. 212-213, menukil dari Muhammad bin Saib Al Kalby Al-Nassabah dan Abu Mukhannaf Luth bin Yahya Al Azdy Al Nassabah dalam kitab al Sholabah Fi Ma’rifah Al Shohabah
(3) Mashodir Nasab’Umar dalam kitab Al- Dzari’ah, Hal. 141
Tidak ada komentar:
Posting Komentar